jpnn.com - JAKARTA - Wacana Reshuffle (perombakan kabinet, red) Jilid II selama dua hari belakangan kembali menguat. Tak jelas siapa yang menghembuskan atau memaksakan hal ini. Namun desakan itu terjadi setelah Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan diri untuk mendukung pemerintahan Jokowi kendati dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 lalu, PAN bukan saja bergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) namun berhadapan secara terbuka dengan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Jokowi-JK.
“Amien Rais (Pendiri PAN, red) pun bahkan terus-menerus kritik pedas ke Jokowi hingga belakangan ini,” kata Mantan Wakil Ketua DPD RI, La Ode Ida melalui pesan singkatnya kepada JPNN.com, Rabu (4/11) pagi.
BACA JUGA: Dua Langkah Perkuat Jajaran Kesbangpol
Menurut La Ode, apakah reshuffle kabinet Jilid II itu akan dilakukan atau tidak, tergantung Presiden Jokowi. Namun jika Presiden Jokowi melakukan reshuffle Jilid II, maka sungguh jadi sejarah baru pengelolaan pemerintahan di negeri ini sejak orde baru.
“Soalnya baru setahun jadi presiden sudah dua kali ganti kabinetnya. Seperti negara dalam keadaan genting saja. Atau seperti pengelolaan politik lokal di daerah otonom saja, yang sebentar-bentar ganti pejabatnya karna ketak-sukaan pemimpinnya,” kata La Ode.
BACA JUGA: Revolusi Mental Penegakan Hukum Gagal di Kejaksaan
Menurut La Ode, Presiden Jokowi bisa jadi menganggap hal itu wajar, dan berpikir figur menterinyalah yang bermasalah. Padahal bukan mustahil banyak orang akan menilai justru pada presidennyalah akar masalahnya.
“Kelabilan jiwa seorang pemimpin sehingga dengan mudah dipengaruhi, ditekan dan digoda, lalu segera mengubah keputusannya atau mengganti para pejabat pembantunya. Ini berbahaya,” tegas La Ode Ida.
BACA JUGA: Jaksa Agung Masih Membawa Kepentingan Partai
La Ode menilai reshuffle Jilid II yang akan dilakukan Presiden Jokowi akan menimbulkan ketaktenangan jiwa-jiwa bagi para pembantunya yang niscaya berpengaruh pada kinerja. Selain itu, Jokowi akan terkesan melakukan transaksi jabtan menteri akibat ketakutan atau kegelisahannya sendiri.
“Juga akan menimbulka goncangan ketakpuasan dari parpol pendukung setia sejak awalnya, karena pergantian kabinet niscaya akan ambil jatah mereka. Jokowi pun akan dianggap sebagai figur yang tak konsisten,” katanya.
Yang perlu disadari oleh Jokowi, menurut La Ode, bahwa mengelola negara besar ini tak boleh main-main hanya karna faktor kegoncangan jiwa sendiri. Risikonya akan sangat besar.
“Ingatlah, tak ada figur yang sempurna, sehingga gonta-ganti pembantu tiap hari pun bukan saja tak akan menyelesaika masalah melainkan sebaliknya akan melahirkan masalah baru. Yang harus Anda lakukan adalah perbaiki kemampuan manajerial dlm dalam memimpin negara besar, yang justru barangkali bisa memperoleh masukan dari para pembantu berpengalaman,” katanya.(fri/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pembangunan Pembangkit Listrik 35 Ribu MW Serap 3,65 Juta Tenaga Kerja
Redaktur : Tim Redaksi