Laba Garuda Turun Separo

Terbebani Beli Pesawat dan Kenaikan Avtur

Jumat, 01 April 2011 – 10:01 WIB

JAKARTA - Laba bersih PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) gagal take off pada 2010Tahun lalu, profit maskapai penerbangan pelat merah itu tergelincir 49,41 persen menjadi Rp 515,521 miliar

BACA JUGA: Mandiri Kucuri Distributor Semen Rp 1 Triliun

Melorotnya laba bersih emiten dengan kode perdagangan GIAA itu akibat beban operasi penerbangan yang meroket menjadi Rp 9,978 triliun.
           
Direktur Utama GIAA Emirsyah Satar mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan beban operasi meningkat
Di antaranya, membengkaknya biaya operasi akibat kenaikan harga bahan bakar (avtur) dari USD 70 per barel menjadi USD 90 per barel

BACA JUGA: Mercy Optimistis di Kuartal Kedua

"Fuel (avtur) ini mencapai 32 persen dari operating cost," ungkapnya di Jakarta kemarin.

Sepanjang tahun lalu, sambung Emir, perseroan memiliki beban berat lantaran mendatangkan 24 pesawat baru yang terdiri atas 23 Boeing 737-800 NG (Next Generation) dan Airbus A330-200.

Datangnya pesawat baru secara otomatis meningkatkan biaya lagi untuk pelatihan pilot yang harus bermigrasi teknologi dari pesawat Boeing classic ke NG
"Training untuk pilot selama 6-7 bulan biayanya USD 30 ribu-USD 50 ribu per pilot," imbuh Direktur Keuangan GIAA Elisa Lumbantoruan.
           
Ketika harga Avtur naik, lanjut Elisa, terjadi beberapa bencana alam pada 2010 yang membuat rute penerbangan menjadi mahal

BACA JUGA: Enam Tahun Profit BRI Tertinggi

Garuda hanya menghentikan sedikit rute dan selebihnya tetap beroperasi tetapi mencari jalur lain yang cenderung lebih jauh untuk menghindari kawasan berbahayaAkibatnya, bahan bakar lebih boros

"Ada beberapa off dan mengurangi frekuensi seperti Jogja, Solo, MalangTapi tidak cuma itu, karena kita harus terbang lebih lamaUntuk ke Surabaya, Denpasar, Australia, jadi lebih panjangUntuk ke Kalimantan harus lewat DenpasarDampaknya, fuel consumption bertambah," paparnya.
      
Pendapatan usaha GIAA 2010 memang naik dari Rp 17,86 triliun menjadi Rp 19,534 triliunNamun, total beban usaha ikut melonjak 15,69 persen menjadi Rp 19,601 triliun dibandingkan periode yang sama 2009 Rp 16,942 triliunLaba bersih per saham Rp 28, drop daripada sebelumnya Rp 62 per sahamAset perseroan melorot dari Rp 14,802 triliun menjadi Rp 13,66 triliun.

Dengan kondisi keuangan demikian, tahun ini GIAA belum pasti membagikan dividenElisa mengatakan, pihaknya berniat mengusulkan kuasi reorganisasi tahun ini melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) untuk bisa dapat kepastian ada dividen atau tidak"Begitu siap, kita gelar RUPSLBTapi, kita belum tahu dampaknya bagaimana," terang Elisa.

Kuasi reorganisasi merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan untuk merestrukturisasi ekuitasnya dengan menghilangkan defisit dan menilai kembali seluruh aset dan kewajibannyaPada 2011, dari total dana investasinya, mayoritas terserap untuk penambahan 11 armada baru senilai USD 130 juta

Selebihnya digunakan untuk peningkatan pelayanan kepada konsumen yang terdiri atas upgrade information technology (IT), dan berbagai services atau perbaikan"Total investasi tahun ini sekitar USD 250 juta," pungkas Elisa(gen/oki)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bank Mandiri akan Lepas Obligasi Rekap Rp 55 T


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler