Laba Pertamina Turun Rp11,5 Triliun

Karena Nombok Turunnya Harga Elpiji

Sabtu, 25 September 2010 – 08:16 WIB

JAKARTA - Target laba bersih PT Pertamina (Persero) pada tahun ini tergerus untuk menutupi kerugian perusahaan migas pelat merah itu dalam kegiatan pendistribusian BBM bersubsidi dan juga penjualan elpiji ukuran 12 kg dan 50 kgPertamina menurunkan target laba bersihnya dari Rp 25 triliun menjadi Rp 13,5 triliun di 2010

BACA JUGA: Pemerintah Rekomendasikan Peran Baru Kadin



Direktur Keuangan Pertamina M Afdal Bahaudin menjelaskan, penetapan target laba bersih perseroan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP) tahun 2010 sebesar Rp 25 triliun ditetapkan dengan asumsi Pertamina mendapatkan margin dari pendistribusian BBM bersubsidi sebesar Rp 100 per liter dari alpha yang diusulkan Rp 656 per liter
Target laba bersih itu juga dapat dicapai jika harga elpiji 12 kg dan 50 kg diperbolehkan untuk naik

BACA JUGA: Audit Belum Rampung, IPO Garuda Mundur

"Namun dalam APBN 2010 kan usulan margin itu ditolak dan alpha ditetapkan Rp 556 per liter," katanya di Jakarta, kemarin malam.

Selain tidak ada margin, potensi kerugian lain dari pendistribusian BBM bersubsidi berasal dari adanya pembengkakan konsumsi BBM bersubsidi di masyarakat
"Fakta di lapangan diperkirakan akan kelebihan kuota (overquota) karena dari sisi konsumsi tidak bisa ditahan

BACA JUGA: Semua Peralatan Listrik Bandara Soeta Perlu Diganti

Kerugiannya kami estimasikan sekitar Rp 3 triliun," jelasnya.

Begitupun dengan rencana kenaikan harga elpiji 12 kg dan 50 kg yang belum dilakukan perseroan sehingga kerugian yang harus ditanggung Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai Rp 3,2 triliun"Harganya itu kan tidak disubsidi pemerintah tapi disubsidi oleh Pertamina, pasti ada koreksiPrognosa kami kerugian yang harus ditanggung Pertamina untuk elpiji ini saja sekitar Rp 3,2 triliun," paparnya.

Hal ini diamini oleh Direktur Utama Pertamina Karen AgustiawanMenurut dia, kerugian Pertamina dalam kegiatan hilir (downstream) perseroan telah membuat laba dari kegiatan hulu (upstream) tergerus"Padahal kalau dari hulu, profit unaudited-nya mencapai Rp 19 triliun, tapi karena hilirnya rugi jadi terpotongLaba bersih hulu capai Rp 19 triliun itu kan karena produksinya naik sehingga semakin tinggi lifting-nya," tambahnya(lum)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Masuk Bursa Februari


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler