Lacak Jejak Gamelan Kuno sampai ke Gresik

Kamis, 19 Juni 2008 – 10:16 WIB
Ki Sumarsam

jpnn.com - Ki Sumarsam, doktor ahli gamelan yang sudah 37 tahun mengajar di Wesleyan University, Amerika, pulang ke tanah air untuk menelusuri jejak peninggalan produsen gamelan di masa lampauApa yang menyebabkan dia tertarik ke Gresik, Jatim?

 
AGUNG PUTU ISKANDAR, Surabaya

  HAMPIR empat dekade tinggal di luar negeri ternyata tak mengubah “kejawaan” Sumarsam

BACA JUGA: Dulu Keliling Diskotek Buru Mahasiswi Bispak

Aksen dan tutur kata doktor lulusan Universitas Cornell, Amerika, masih seperti bahasa ibunya di Bojonegoro, Jatim
Mengenakan kemeja baju putih lengan pendek serta kaca mata dengan bingkai plastik warna hitam, Pak Sam, panggilan akrabnya, sepintas seperti umumnya orang Indonesia.

 Sabtu siang (14/6) lelaki berusia 64 tahun itu memasuki Gedung Nasional Indonesia (GNI) di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Gresik

BACA JUGA: Munarman: SBY Antek Amerika

Gedung serba guna di pusat kota itu sedang mengadakan pameran handicraft
Beragam hasil kerajinan tangan dipajang

BACA JUGA: Alihkan Ketergantungan Pupuk Bersubsidi

Ada tas dari kulit, kalung manik-manik, dan gelang

   Seolah tak puas karena barang yang dicarinya tk ada, Sumarsam menuju salah seorang penjaga di gedung’’Saya mau mencari bukti-bukti peninggalan pembuatan gamelan di Gresik,’’ katanya.

Sejak berangkat dari tempatnya mengajar di Middletown, Negara Bagian Connecticut, Amerika, Sumarsam memang sedang penasaran dengan gamelan dari GresikSebab, dari literatur yang dia baca, kota yang dulu masuk karesidenan Surabaya adalah salah satu produsen gamelan terkemuka di tanah Jawa

   ’’Selain itu ya ada lainnyaMisalnya di Semarang, Solo, dan Demak (ketiganya di Jawa Tengah)Tapi, di Gresik, orang kan jarang yang pernah mendengarnya,’’ katanya dengan bahasa yang santun.

    Sudah sejak 1971 Ki Sumarsam mengajar di Universitas Wesleyan, salah satu perguruan tinggi tertua (didirikan pada 1831) di Negara Bagian Connecticut, Amerika   Universitas itu tergolong salah satu perguruan tinggi terbaik di Amerika yang memiliki berbagai program seni unggulanDibuka sejak 1960, departemen musik di Wesleyan, misalnya, selain punya pendidikan musik gamelan Jawa juga musik klasik India Selatan, Afrika Barat, Afro-Amerika, dan lain-lain.

Tentang gamelan di Gresik orang memang jarang tahuNamun, Sumarsam memiliki bukti-bukti literatur yang menguatkan hal itu.  ’’Residen Gresik bernama De Groot dengan jelas menunjukkan dalam catatannya bahwa daerahnya adalah tempat produksi gamelan,’’ katanya

   Bapak dua anak itu makin penasaran karena Gubernur Jenderal Inggris Sir Stamford Raffles juga pernah menyebutkan hal yang samaApalagi, literatur lain juga menyebut bahwa gamelan memang diproduksi di daerah-daerah pesisir seperti Gresik’’Makanya, gamelan kan sampai sekarang diproduksi di SemarangNah, Gresik itu juga disebutkan salah satunya,’’ kata suami Oerip Sri Maeni itu.

 Kunjungan ke Gresik kali ini, kata dia, memang bagian dari proyek penelitian dari liburan musim panas di kampusnyaSebelum turun ke lapangan, dia mengumpulkan dokumen sejarah Belanda abad 18 hingga 19Selain itu, Sumarsam pun menelusuri gamelan-gamelan kuno.

  ’’Itu yang sekarang sudah jarang (ditemui)Misalnya gamelan surapinggan, mataraman, pelog miring, dan sekaten,’’ katanya.

Gamelan-gamelan itu sudah mulai jarang terlihatPadahal, adalah salah satu bagian penting dari karya budaya JawaBarang itu pula yang dicari saat bertandang ke GNI di GresikSebab, menurut beberapa orang, beberapa gamelan kuno itu masih ada’’Katanya tersimpan di salah satu ruangan di GNI’’ ujarnya.

Sayangnya, ketika hendak melihat benda-benda itu, pintu gudang  terkunciYang membuat dia kecewa, seniman setempat mengatakan benda-benda tersebut tidak jelas rimbanya’’Ada yang bilang sudah sering dipakai berbagai pertunjukanAda yang campur sari, lalu apa gituPenjelasannya tidak jelas,’’ katanyaSumarsam pun balik ke hotel tempatnya menginap tanpa hasil.

Soal gamelan, Sumarsam memang ahlinyaMaklum, sejak kecil dia sudah akrab dengan alat musik tradisionalBahkan, ketika berusia delapan tahun, dia sudah ’’magang’’ di sebuah rombongan musisi tradisional di desa kelahirannya di Dander, Bojonegoro’’Sejak saya masih kanak-kanak, saya sudah biasa memainkan kendhang dan saron,’’ ungkapnya.

 Hal itu berlanjut saat berank remajaSaat ’’merayakan’’ lulus SMP, dua bulan Sumarsam menabuh gamelan bersama rombongan kethoprak yang kebetulan pentas di desanya’’Hampir tiap malam saya menabuh gamelan,’’ tuturnya.

Ketertarikan Sumarsam pada gamelan membuatnya hijrah ke SoloDi kota itu dia melanjutkan pendidikan formal tentang gamelan di Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar), SurakartaLulus pada 1964, Sumarsam menjadi pengajar freelance di SMP Kasatriyan, Surakarta sebelum akhirnya diangkat menjadi pengajar tetap di Kokar pada tahun berikutnya

  Bersamaan dengan itu, Akademi Seni Karawitan Indonesa (ASKI) baru saja didirikanSembari mengajar, dia pun mendaftar menjadi mahasiswa di sana.’’Saya ini lulusan ASKI generasi pertama lho,’’ ungkapnya.

Pengalaman mengajar gamelan Sumarsam semakin bertambah ketika pada 1971 dia ’’ditanggap’’ untuk mengajar gamelan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra, AustraliaDia tak kembali ke tanah airSebab, pada tahun yang sama Universitas Wesleyan di Connecticut, Amerika,  mengangkatnya sebagai visiting artist untuk mata kuliah gamelan.

 Hingga saat ini minat mahasiswa Amerika untuk mengikuti mata kulih gamelan masih besarSaking banyaknya, Sumarsam harus menyeleksi calon mahasiswanyaSebab, kuota yang disediakan hanya dua kelasMasing-masing terdiri atas 20 mahasiswa’’Kalau kebanyakan susah ngajarnya,” tuturnya.

Bagaimana menyeleksi mereka? Sumarsam memiliki strategi cukup jituDia menugaskan mereka untuk menulis esai tentang kenapa mereka ingin mengikuti mata kuliah gamelan’’Dari esai itulah, saya menilai mana alasan mahasiswa yang paling bagusKalau bagus ya diterima,’’ kata Sumarsam yang dinobatkan sebagai profesor sejak 1992 itu

Mengajar gamelan di Amerika, kat dia, berbeda dengan di IndonesiaSaat masih di Kokar, gamelan diajarkan secara mendalamSebab, lulusan sekolah yang kini berubah menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia itu akan menjadi pemain gamelan atau pengajar gamelan.

’’Kalau di Amerika jelas berbedaDi  sini gamelan diajarkan dalam konteks liberal educationGamelan diajarkan agar mereka tahu apa itu gamelan dan hal-hal yang berkaitan dengannya,’’ katamya.’’Mahasiswa di Amerika kan dididik tidak untuk menjadi pengajarYang penting mereka tahu gamelan dan konsep-konsepnya,’’ imbuhnya.

Memang, kelas gamelan yang diberikan dalam satu semester itu tidak mendalamMeski begitu, ada juga mahasiswa yang serius belajar gamelan’’Mereka biasanya mengambil kuliah lebih lamaPaling tidak dua semesterAda juga yang sampai S2,’’ katanya

Meski sudah 37 hidup di Amerika, Sumarsam masih fasih berbicara bahasa JawaBegitu pun anak pertamanya’’Soalnya anak saya yang pertama lahir di JawaBeda dengan anak kedua sayaDia tidak bisa berbicara bahasa Jawa sama sekaliDia lahir di AmerikaMakanya, dia juga jadi warga negara sana,’’ imbuhnya.

 Anak pertama Sumarsam (perempuan) sudah  memberikan dua cucu kepadanya dari pernikahannya dengan seorang lelaki lulusan criminal justice di sebuah perguruan tinggi di Amerika’’Menantu saya itu polisi di sana,’’ kata penulis buku Gamelan yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka pelajar (2005) itu.

 Apa resepnya bisa betah tingal di negeri orang? Sumarsam tersenyumMenurut dia, semangat hidup yang membuatnya terus bisa bertahan di negeri Paman Sam itu’’Saya tidak pernah mau berhenti dan nganggur,’’ katanyaKalau tidak sedang mengajar, Sumarsam mengisi hri-jarinya dengan melakukan riset dan penelitian(el/jpnn)


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler