Lagi, Ikan-ikan Mati di Danau Toba

Selasa, 10 Januari 2017 – 19:02 WIB
Bangkai ikan di KJA milik warga Tipang, Kabupaten Humbahas, tampak mengambang. Secara tiba-tiba, puluhan ton ikan di lokasi ini bermatian. Kondisi yang sama juga terjadi di Muara, Taput. Foto: Bernard L Gaol/New Tapanuli/JPNN.com

jpnn.com - jpnn.com - Peristiwa ikan-ikan mati di keramba jaring apung (KJA) di Danau Toba, Sumut, kembali terjadi.

Kali ini terjadi di wilayah Tapanuli Utara (Taput) dan Humbang Hasundutan (Humbahas). Diperkirakan, ikan yang mati mencapai puluhan ton.

BACA JUGA: Peringati World Tourism Day 2016, Akpar Medan Bersih-bersih Destinasi Wisata

Sebelumnya terjadi di Kecamatan Haranggaol Horison, Kabupaten Simalungun.

Para petani KJA di sisi Desa Tipang, Kecamatan Baktiraja, Humbahas, tampak membersihkan danau dari bangkai ikan yang mengambang.

BACA JUGA: Harus Ada Aturan Agar Tujuh Naga di Sekitar Danau Toba Rukun

Informasi dihimpun, Senin (9/1), kasus kematian ikan secara mendadak ini mulai diketahui sejak Minggu (8/1). Ikan mas dan nila yang terdapat di KJA para petani, tiba-tiba mati dan mengambang di permukaan air.

Anton Simamora (40), salah seorang pemilik KJA di Desa Tipang, mengaku bingung apa yang menyebabkan kematian ikan-ikan mereka.

BACA JUGA: Rupanya, Ulah Tujuh Naga Penyebab Danau Toba Gagal jadi Geopark Dunia

‘’Enggak tahu kita. Tapi, seperti kekurangan oksigen. Nantilah kita tunggu hasil pemeriksaan petugas dari Dinas Peternakan dan Perikanan Humbahas. Tadi mereka sudah mengambil sampel air dan ikan yang mati,” ujarnya.

Menurutnya, sedikitnya 61 rumah tangga produksi (RTP) pemilik KJA di daerah itu mengalami nasib serupa.

Atas kondisi tersebut, Anton mengaku mengalami kerugian cukup besar. Ia berharap pemerintah memberikan solusi, juga membantu para petani untuk melakukan pembersihan terhadap bangkai-bangkai ikan itu guna mencegah pencemaran air.

‘’Kalau bisa kami berharap Pemkab Humbahas melalui instansi terkait membantu kami dengan mengirimkan alat berat untuk mengubur bangkai ikan-ikan itu. Sebab, kami tidak lagi mampu menguburnya dengan cara manual, mengingat jumlah bangkai ikan itu mencapai puluhan ribu ekor,” ucapnya.

Hal senada diungkapkan Situmorang, pemilik KJA lain di daerah itu. Ia juga berharap pemerintah memperhatikan kondisi itu untuk jangka panjang.

‘’Harapan kami, kondisi ini jangan lagi terulang lagi,” ucapnya.

Dia mengaku bahwa kematian ikan miliknya terjadi dalam kurun satu hari. ‘’Saya bingung. Kejadian ini membuat kami rugi besar,” keluhnya.

Kadis Peternakan Perikanan Humbahas Luhut Marbun melalui Kepala Bidang Perikanan Rudi Simamora belum dapat memberikan kesimpulan penyebab kematian ikan-ikan itu.

‘’Kami masih menunggu hasil pemeriksaan secara detail sehingga kita belum tahu apa penyebabnya. Masih diteliti,” ujarnya ketika ditemui di lokasi.

Namun demikian, dari hasil penelitian sementara, penyebab kematian ikan tersebut diduga karena kekurangan oksigen. Hal itu dampak dari kondisi cuaca ekstrem sejak sepekan terakhir.

“Belakangan ini memang cuaca kurang mendukung sehingga terjadi proses fotosintesis di keramba,” ujarnya.

Kemudian, adanya perubahan suhu udara dari dingin ke panas hingga menimbulkan up welling (pergerakan substard dasar ke permukaan danau).

“Up welling-nya suhu udara di permukaan mencapai 32 derajat Celsius. Sementara di dasar danau, kedinginannya berkisar 16 derajat Celsius dan mengakibatkan naiknya badan air ke permukaan, sehingga berdampak pada penurunan oksigen dalam air,” terangnya.

Ia mengatakan, akibat cuaca ekstrem yang terjadi beberapa hari ini juga telah mengakibatkan perubahan kualitas air.

‘’Tumbuhan air (plankton) naik ke permukaan (booming alga), sehingga air danau terlihat kehijauan. Sementara untuk pengaruh zat pencemaran lainnya tidak signifikan terlihat. Kemudian PH air masih batas normal untuk biota air,” paparnya.

Untuk mengantisipasi tidak terulangnya kejadian yang sama, ia mengimbau agar para pemilik KJA menambatkan kerambanya pada kedalaman antara 50-100 meter.

“Karena di kedalaman itu kondisi cuaca yang ekstrem tidak berpengaruh secara signifikan,” tandasnya.

Sementara, petani KJA di Huta Lontung, Kecamatan Muara, Kabupaten Taput, juga merasakan kerugian yang sama. Sejak dua hari ini, ribuan ikan mas bermatian.

Parlindungan Rajagukguk, salah seorang warga sekitar, Senin (9/1), mengungkapkan air Danau Toba di sekitar Muara, berwarna kehitaman, tak lagi bening. Ia menduga ikan mati karena kekurangan oksigen.

Kepala Desa Huta Lontung mengatakan, ada enam titik keramba di desanya. Tiga titik keramba milik Ramses Rajagukguk dan diperkirakan sekitar 3 ton ikan mati di tiga titik keramba itu.

Menyikapi kondisi itu, Dinas Perikanan Taput sudah datang ke lokasi untuk meneliti penyebab kematian ikan-ikan tersebut.

Kadis Perikanan Taput Longgos Pandiangan melalui Kabid Perikanan Sahat Silalahi mengatakan, ikan mati akibat kerapatan oksigen yang sedang berkurang. Ia menyarankan, untuk sementara keramba milik petani akan dipindahkan dulu.

‘’Kita lagi meneliti. Airnya akan dibawa ke kantor dan dicek kembali,” pungkasnya. (bl/as/ara)


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler