Lahan Rawa Terbukti Hasilkan Padi Kualitas Unggul

Selasa, 29 Januari 2019 – 01:42 WIB
Lahan rawa. Foto: Natalia Laurens/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Program Serasi (Selamatkan Rawa, Sejahterakan Petani) terus digalakkan Kementerian Pertanian (Kementan) karena ternyata mampu menghasilkan padi kualitas unggul.

 Salah satunya lahan rawa dan gambut seluas 11 hektare di Desa Cendil, Belitung Timur, Kepulauan Bangka Belitung, kini mulai menghasilkan padi kualitas unggul.

BACA JUGA: Mekanisasi Pertanian Jadi Solusi Kekurangan Tenaga Kerja

Panen perdana yang dilakukan kelompok tani Air Limpas Jaya ditargetkan bisa berkelanjutan setiap tahunnya. Adapun bibit padi yang digunakan dari jenis Infari 32 yang merupakan program bantuan dari Kementan.

"Alhamdulillah dari 32 hektare lahan yang disiapkan, sebelas hektare sudah mulai dipanen. Setiap hektare hasilnya tiga sampai empat ton. Karena ini lahannya masih baru, kami patut bersyukur," kata Anggota Keltan Air Limpas Jaya, Keman, Senin (28/1).

BACA JUGA: IPB Ciptakan Inovasi untuk Dukung Kementan Wujudkan Kedaulatan Pangan

Dalam menggarap lahan rawa tersebut,  Keman dibantu personel TNI yang dikoordinasi Babinsa Desa Cendil, Sertu Budiman dan Pelda Herman Efendi, dalam pembukaan lahan hingga proses tanam.

Dalam penanaman selanjutnya sistem pengairan dan pemberian pupuk organik bakal dimaksimalkan dengan harapan panen padi bisa mencapai 7 sampai 8 ton per hektare.

BACA JUGA: Didukung Perbankan, Ditjen PSP Optimistis Program SERASI Sukses

Petugas Penyuluh Lapangan Desa Cendil Alinia, mengatakan, pembukaan lahan baru untuk tanaman pangan merupakan upaya pemerintah dalam swasembada pangan.

 Kesiapan lahan serta keterampilan masyarakat dalam bercocok tanam juga terus ditingkatkan secara bertahap.

"Paling tidak kebutuhan beras untuk Desa Cendil dan sekitarnya bisa terpenuhi dulu. Setelah keterampilan meningkat, Bangka Belitung diharapkan tidak mendatangkan beras dari daerah lain lagi," ucapnya.

Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Dadih Permana mengatakan, lahan rawa memiliki keunggulan soal ketersediaan air dibandingkan dengan lahan sawah lainnya. Air di sawah lahan rawa bisa tersedia sepanjang tahun.

"Keunggulan utama lahan rawa adalah airnya tersedia sepanjang tahun. Jadi, disaat wilayah lain kemarau dan kekeringan, lahan rawa justru dapat berproduksi optimal dan panen raya," kata Dadih Permana.

Ia mengatakan, Kementan terus melakukan pengembangan lahan pertanian dengan memanfaatkan rawa sebagai lahan produktif.

Setidaknya ada 34,1 juta hektare yang saat ini masuk tahap proses garapan, dengan 9,2 juta hektare di antaranya dimanfaatkan untuk pertanian sawah dan hortikultura. Lahan tersebut saat ini tersebar di tiga pulau besar, yakni Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

"Untuk padi atau sawah sudah mencapai 14,2 juta hektare, hortikultura mencapai 3,1 juta hektare, dan tanaman tahunan mencapai 1,9 juta hektare," lanjut Dadih Permana.

Kendati demikian, ia menyadari pengerjaan lahan rawa bukan tanpa kendala. Awalnya, program ini sulit mengubah sikap atau pola pikir sebagian besar petani yang masih tradisional.

Tantangan berikutnya adalah kelembagaan petani dan kelembagaan ekonomi yang belum sepenuhnya maju, serta masih terbatasnya implementasi teknologi sehingga produktivitasnya rendah.

"Tapi saat ini sudah ada program Serasi yang merupakan implementasi dari inovasi teknologi pertanian yang berhasil mengubah dan membudidayakan lahan tandus menjadi produktif. Apalagi sudah terintegrasi dengan peternakan ikan dan itik," katanya.

Dadih menambahkan, program ini berhasil meningkatkan indeks pertanaman (IP) dari 100 menjadi 200 melalui normalisasi tata air, baik saluran air, pintu air, tanggul, pompa, dan lain-lain. Selain itu, produktivitas padi juga meningkat.

"Namun, pelaksanaan program ini tetap wajib didukung koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan stakeholder lainnya," pungkasnya. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Modernisasi Pertanian Jadi Solusi Regenerasi Petani


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler