jpnn.com, TAPSEL - Warga Lingkungan II, Kelurahan Aek Pining, Kecamatan Batangtoru, Tapanuli Selatan (Tapsel) dihebohkan dengan penemuan jasad yang tinggal tulang belulang, Minggu (1/10).
Seorang warga setempat Sugondo akhirnya melaporkannya ke Polsek Batangtoru. Mayat dengan jenis kelamin laki-laki itu tidak memiliki identitas sama sekali.
Kapolsek Batangtoru, AKP DMZ Harahap menerangkan, mayat pria yang diperkirakan berusia di atas 35 tahun itu sudah meninggal lebih dari 10 hari sebelum penemuan.
BACA JUGA: Sebelum Pembantaian Itu, Pelaku Sempat Bertemu Istri Korban
Terlihat dari kondisi jasad yang tinggal tulang dan sebagian daging mulai melebur dengan tanah.
“Namun, dari barang-barang yang ada pada mayat, kita menemukan nomor telepon seorang warga yang sudah kita suruh datang untuk penyelidikan,” kata mantan Wakapolsek Hutaimbaru itu seperti dilansir Metro Tabagsel (Jawa Pos Group).
BACA JUGA: Si Pemburu Babi Tewas di Hutan
Selanjutnya, setelah olah TKP di lahan kosong atau hutan baru di wilayah Aek Pining itu, jenazah itu dibawa ke RSUD Kota Padangsidimpuan guna penyelidikan lebih lanjut.
Pada pukul 17.30 WIB, jenazah tiba berbarengan dengan pemilik nomor telepon yang ada pada jenazah, yang diketahui bernama Sonoro Dakhi, seorang warga Sipirok.
BACA JUGA: Motif Pembantaian Pasutri di Tapsel Ternyata Cinta Segitiga
“Dia (korban) sempat tinggal semalam sama saya di Sipirok, kilang papan,” ungkap pria yang sesungguhnya tidak mengenal nama korban.
Awalnya, sekira lima bulan lalu yang tidak diingat tanggal pastinya, dia membantu korban pulang ke Nias dengan menyiapkan uang, pakaian serta memberangkatkannya melalui angkutan Umum di Pal IX, Angkola Timur.
Terakhir, dia memberikan nomor telepon miliknya bila mana korban memerlukan bantuan.
Dari jasad korban, selain pakaian dan beberapa peralatan, juga ditemukan uang sebesar Rp230 ribu yang disimpan dalam lipatan plastik transparan dalam kantongnya.
“Setelah itu tidak ada lagi kabarnya, saya yang menuliskan nama dan nomor saya, dia tak pandai menulis,” kata Sarono, yang dimintai Polisi keterangannya.
Dia mengenal korban berawal dari seorang polisi yang menyerahkannya pada keluarganya. Korban pertama ditangkap warga dan diserahkan ke Polsek Sipirok setelah berusaha menaiki pohon enau di Sipangimbar, Angkola Timur.
“Dia kan tersesat, dari Sipangimbar, sempat ditangkap warga karena menjamah enau orang di situ,” katanya yang terakhir dia dan keluarganya berusaha memulangkan korban ke Pulau Nias, tanpa seorang pendamping.
Belakangan, korban diketahui bernama Aluitoso Waruwu. Ini setelah kepolisian dan warga bernama Sanoro Dakhi melacak. Sanoro mengingat seseorang yang pernah mencari ayahnya yang merujuk pada korban.
Dari daftar nomor kontak di telepon genggamnya, dia mengingat mencantumkan nomor dengan nama Laiya Nias.
Dibantu Kepolisian, nomor itu pun dia hubungi, dan bertanya tentang seorang pria yang pernah dicari sebelumnya. Sanora pun kembali menanyakan nama dan alamat lengkapnya.
“Bapak namanya, Aluitoso Waruwu, umurnya saya tak tahu,” terang pria yang mengaku anak korban dari balik sambungan selular.
Kepada pria yang terakhir diketahui bernama Jeki Eli Waruwu (28) warga Desa Danai, Kecamatan Pulau Buru, Kabupaten Tembilahan itu, polisi dan Sanoro kemudian menerangkan bahwa ayahnya yang selama ini dia cari telah meninggal dunia dan saat ini berada di RSUD Kota Padangsidimpuan.
Setelah konfirmasi itu, Jeki Eli memastikan bahwa itu adalah ayah yang selama ini dicari-carinya dan akan beranjak dari Tembilahan segera menjemputnya ke Padangsidimpuan untuk dibawa ke Kampung Halaman mereka di Aramo, Kabupaten Nias Selatan. (san/mtbag)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Korban Selamat Diberi Penjagaan Ketat
Redaktur & Reporter : Budi