Lampung Masih Panas

Selasa, 20 Desember 2011 – 06:20 WIB

MESUJI - Kondisi perebutan tanah antara warga dan perusahaan perkebunan di dua daerah bernama Mesuji kini berbedaSituasi di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, masih cukup panas bila dibandingkan dengan Kecamatan Mesuji, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan

BACA JUGA: Baru 8 Restoran Hotel di Batam Bersertifikat Halal

Selama ini, sebagian orang kerap menyamakan konflik yang terjadi di dua daerah berbeda tersebut.

Kondisi Mesuji, OKI, memang jauh lebih kondusif
Padahal, selama ini konflik perebutan tanah antara warga dan perusahaan perkebunan di tempat ini sampai berujung pada pembantaian

BACA JUGA: Pengungsi Gamalama Dipulangkan

Total ada tujuh orang dari perusahaan dan warga yang tewas.

Tiga hari terakhir Jawa Pos menjelajah kawasan perkebunan di Kabupaten Mesuji, Lampung, kemudian berlanjut ke Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKI


Butuh waktu sekitar empat jam perjalanan mobil dari Mesuji, Lampung, menuju lahan perkebunan yang dikelola PT PT Sumber Wangi Alam (SWA) di Mesuji, OKI, Sumsel

BACA JUGA: Samosir Art Festifal 2011 Segera Digelar

Padahal, jaraknya hanya sekitar 30 km

Kondisi di Mesuji, Sumsel, relatif lebih tenangTidak ada pergerakan apa pun dari warga maupun perusahaan perkebunanPadahal, di daerah tersebut sempat gempar dengan kasus pembantaian yang melibatkan warga desa Sungai Sodong dan pamswakarsa PT SWA, pada 21 April 2011Dalam insiden tersebut tiga orang tewas mengenaskan dengan kepala terpenggalIni persis dengan kejadian dalam video rekaman yang beredar selama ini.

"Ya, ketika kejadian, kondisinya memang seperti ituAda pekerja di sini yang terpenggal dan kepalanya ditaruh di truk tersebut," ujar Seno, salah seorang pekerja PT SWA yang masih bertahanTruk dan bekas penyerbuan terhadap pabrik memang masih dibiarkan apa adanya

Seno mengatakan, pertikaian antara warga dan pamswakarsa yang dinamai Wirasandi memang diwarnai pembantaianLima pekerja tewas terbunuh, tiga di antaranya dengan kondisi kepala terpenggal.

Hingga kemarin aktivitas perkebunan masih berjalanMenurut Seno, pasca kejadian, pabrik hanya vakum sekitar dua bulan"Meski banyak pekerja yang takut kembali, sekarang kegiatan tetap berlangsungApalagi, pabrik mendatangkan sekitar 40 pekerja dari Banten.

Seno yang telah delapan tahun bekerja di PT SWA mengatakan, sebelum terjadi kerusuhan, sekitar 300 pekerja tinggal di mes perusahaanKini yang tersisa hanya sekitar empat persen"Ya, seperti ini kondisinya sekarangTapi, sebenarnya semuanya sudah membaik kokKami dan warga kampung pun sudah saling bertegur sapa," jelas pria yang bekerja di bagian pembantu kebun itu.

Hal senada diungkapkan Kunci Safi'i, warga Sungai SodongMenurut dia, kondisi di kampungnya memang sudah kondusifMenurut dia, pembantaian itu terjadi karena pamswakarsa PT SWA terlebih dulu membunuh dua warga Sungai SodongAda dua warga yang dipergoki mencuri sawit oleh petugas pamswakarsa

Setelah terjadi cekcok, dua warga tersebut dihabisi begitu saja"Prinsip orang sini, nyawa ya harus dibayar nyawaTapi, setelah pembalasan itu, ya selesai sudahKehidupan kami tenang lagi seperti sekarang ini," jelas Kunci di kampung Sungai SodongKampung itu sendiri berjarak sekitar 10 km dari kantor PT SWA.

Menurut Kunci, keberadaan pamswakarsa memang bikin onarMereka cenderung bertindak keras kepada wargaIni berbeda dengan ketika perkebunan PT SWA dijaga anggota brimobKunci mengatakan, warga mencuri karena terpaksa"Kalau tidak mencuri, mereka mau makan apa lagi" Yang diambil itu sawit di lahan plasma yang memang seharusnya hak kami," terangnya.

Kunci menjelaskan, meski konflik soal tanah plasma belum ada solusi, warga Sungai Sodong cenderung lebih memilih jalur damai"Kami menanti saja penyelesaian masalah dari pemerintah daerah dan pusat," paparnya

Kondisi berbeda justru terjadi di Kabupaten Mesuji, LampungDi kabupaten yang baru terbentuk dari pemekaran pada 2008 itu ada dua konflik tanah antara warga dan perusahaan perkebunan yang masih memanasKonflik yang pertama antara warga adat dan PT Silva Inhutani di tanah register 45 di kawasan Way BuayaDi sana warga tergusur dari tempat yang mereka tinggaliWarga masih bertahan di tenda-tenda dan terus menuntut

Konflik kedua terjadi antara warga Desa Sri Tanjung, Nipah Kuning, dan Keagungan Dalam versus PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI)Warga tiga desa itu masih bergesekan dengan perusahaan meski BSMI sudah tidak beroperasiPencurian sawit di lokasi tersebut juga terus terjadi.

Minggu (18/12), warga tiga desa itu berbondong-bondong datang ke lahan divisi II BSMILokasi tersebut yang menjadi awal dari pergolakan warga melawan pengamanan perusahaanDi sana mereka terus mencari bukti-bukti penembakan aparat yang menjaga perusahaan itu"Aparat yang menembaki kami ya dari brimob, " ujar Ajar Etikana, tokoh masyarakat Sri Tanjung

Mereka berharap kedatangan warga ke lahan BSMI bisa bertemu anggota DPR dan Komnas HAM yang kabarnya mampir ke lokasi ituNamun, wakil rakyat yang mereka harapkan tidak meninjau lokasi tersebut

Ajar juga menunjukkan puluhan selongsong peluru yang ditemukan setelah terjadi penembakanPeluru itu ada tiga jenis, yakni berselongsong 8 mm, 5,56 mm, dan 7,62 mmAkibat insiden tersebut, seorang warga Keagungan Dalam tewas dan tujuh orang terluka tembak"Kami akan terus menuntut pelanggaran HAM ini," paparnya.

Sementara itu, Komisi III DPR sendiri terkesan kurang serius meninjau konflik di Kabupaten Mesuji, Lampung, maupun Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKIRombongan yang diketuai Aziz Syamsudin itu hanya mendatangi lahan register 45Mereka juga hanya memberikan janji pencarian jalan keluar

"Kami akan carikan jalan keluar dengan mengecek ke BPN," ujar AzizSisa kunjungan mereka dalam sehari pada Minggu lalu hanya bertemu dan menerima paparan dari muspida di MesujiMereka tidak turun langsung ke lahan sengketa PT BSMI maupun PT SWA di Sumsel.

Ketidakseriusan anggota DPR itu langsung direspons wargaKemarin mereka berunjuk rasa di kantor bupati Mesuji, LampungMereka kebanyakan dari Kampung (Desa) Sri Tanjung, Kecamatan Tanjung Raya

Kepada pjs bupati, warga menyampaikan kekecewaan atas kedatangan anggota komisi III DPR dan tim pencari fakta (TPF) yang tidak mendatangi warga dan tempat kejadian perkaraPadahal, warga tiga kampung itu sudah menunggu di divisi II lahan PT BSMI yang menjadi awal mula pertikaian yang berujung pada penembakanDi sana mereka mengumpulkan sejumlah selongsong peluru yang ingin ditunjukkan kepada anggota DPR dan TPF.

Ajar Etigana, tokoh masyarakat Sritanjung, mengatakan, TPF seharusnya mendengar keluhan wargaSebab, meletusnya konflik 10 November 2011 itu menunjukkan permasalahan warga dengan PT BSMI sudah memuncakHarapan warga, pemerintah Mesuji berada di pihak yang benar"Bagaimana kasus yang menimpa kami akan selesai jika mereka tidak mendatangi kami?" keluh Ajar.

Demo warga itu sempat memanas sebelum akhirnya mereka diterima Pjs Bupati Mesuji Albar Hasan TanjungTapi, dia juga hanya bisa berjanjiMenurut dia, sebelum terjadi konflik, sebenarnya pemda pernah memanggil PT BSMI

Ketika itu pemda ingin menanyakan lahan plasma yang selama ini dipermasalahkan warga karena perusahaan dianggap tidak memenuhi janji"Kami akan terus perjuangkan hak-hak masyarakatKami akan minta terus data lahan plasma dari PT BSMI," ujarnya

Kekecewaan juga dirasakan warga Sungai Sodong, Kecamatan Mesuji, Kabupaten OKIKepala Desa Sungai Sodong Ma?unah mengatakan, warga siap menyambut kedatangan anggota DPR di balai desa, tapi anggota dewan tak kunjung datang.

Menurut Ma'unah, selama ini warganya memang sudah tenangNamun, warga sangat berharap kasus sengketa lahan plasma dengan PT SWA terselesaikan"Kami memang sudah berdamaiDengan karyawan pun kami tidak ada dendamTapi, masalah plasma belum selesaiWarga terus menuntut haknya," ujarnya

Karena itu, warga sangat berharap bisa menyampaikan masalah mereka kepada anggota DPRPasca kejadian berdarah pada 21 April lalu, menurut Ma?unah, tidak ada upaya penyelesaian masalah tanah plasma, baik dari pemda maupun pemerintah pusatBahkan, TPF yang sudah dibentuk beberapa instansi pun belum mendatangi kampung itu.

Bupati OKI H Ishak Mekki dalam keterangan persnya mengatakan, selama ini pemda tidak diam diri terhadap konflik antara warga dan PT SWA"Masalah itu sudah dimusyawarahkan di tingkat desa, kecamatan, sampai pemdaNamun, belum ada titik temu hingga sekarangKami memang hanya bisa melakukan mediasi," ujarnya(gun/c2/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Atasi Krisis Energi, Bangun Jaringan Pipa Gas 73 KM


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler