jpnn.com, BATAM - Sebanyak 40 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang pulang secara ilegal menuju Batam diamankan tim Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Batam, Minggu (16/9).
Setelah diturunkan dari kapal yang mengangkut mereka, smuanya dikumpulkan di dermaga Lanal Batam. Sulastri ada di antara mereka.
BACA JUGA: TKI Keluar Masuk Hutan, Naik Perahu di Tengah Pantai
Dia adalah TKI ilegal yang menyimpan kisah ketaatan terhadap agama sekaligus loyalitas kepada majikan.
Sulastri berasal dari dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Selama bekerja di Malaysia, perempuan 43 tahun itu harus menjalankan salat dengan cara sembunyi-sembunyi.
BACA JUGA: 9 Agen Ditangkap Saat Seludupkan 71 TKI Ilegal dari Malaysia
Sebab sang majikan melarangnya untuk menunaikan ibadah wajib dalam agama Islam. Bahkan, Sulastri juga dipaksa memakan daging babi yang jelas diharamkan dalam Islam.
Namun, hal itu tidak melunturkan iman Sulastri. Dia pun berani menolak memakan daging babi sekalipun dipaksa. Dengan penuh keyakinan, dia mengatakan bahwa itu bertentangan dengan agamanya.
BACA JUGA: Tepergok Patroli Singapura, 101 TKI Ilegal Terjun ke Laut
“Saya cari uang untuk akhirat. Mereka paksa saya makan daging babi, saya tidak mau. Sumpah, saya tidak pernah makan,” tegas Sulastri.
Awal mula Sulastri terjerumus dalam ujian keyakinan ini karena tertipu agen TKI yang mengurus kepergiannya ke Malaysia pada 2015.
Dia baru menyadari kalau diberangkatkan secara ilegal setelah berada di Malaysia. Dia pun terpaksa menjalani kekeliruan dengan tetap bekerja sesuai arahan pihak yang mengurusnya.
Selama kurang lebih tiga setengah tahun jadi TKI, Sulastri mengaku tidak memiliki masalah terkait pekerjaan.
Dia mendapat perlakuan baik dari Ramian, perempuan Tionghoa yang diurusnya. Ramian tidak mempersoalkan aktivitas ibadah, bahkan mengerti dan peduli dengan Sulastri.
“Nenek (Ramian) baik, anak-anaknya yang jahat. Setiap hari saya urus nenek. Saya diajak ke mana nenek pergi,” ungkap perempuan beranak tiga ini.
Sulastri kerap dimarahi anak-anak Ramian ketika ketahuan menjalankan salat. Mereka mengatakan bahwa kalau bekerja dengan harus mengikuti aturan yang dibuat. Salah satunya melarang Sulastri menjalankan salat.
Tapi Sulastri tak mengindahkan larangan itu. Dia sering ketahuan menjalankan salat selama tiga setengah tahun terakhir. Alat-alat salat milik Sulastri sampai dibuang.
Namun, dia tetap pada pendiriannya. Demikian juga ketika dipaksa untuk memakan daging babi. Dia yang ketahuan membuang daging tersebut langsung dimarahi.
“Katanya kenapa dibuang, daging itu mahal. Itu haram buat kami, saya bilang. Tetap saja saya dimarahi, tak apa ini untuk akhirat,” ucap Sulastri dengan penuh keyakinan.
Sulastri kemudian memutuskan kembali ke Indonesia setelah Ramian meninggal. Sebelumnya dia bertahan karena memang sayang dan ingin tetap menjaga majikannya meski anak-anaknya tidak suka.
Di luar kesulitannya menjalankan ibadah, hak-haknya sebagai pekerja migran selalu dipenuhi. Bayarannya yang semula hanya RM 1.000, berangsur naik hingga menjadi RM 1.500 di tahun ketiganya bekerja.
Dengan gaji tersebut, Sulastri mampu menyekolahkan ketiga anaknya. Bahkan satu dari ketiganya sudah menjadi guru di Bima. Dia mengaku bersyukur masih bisa mengirimi nafkah untuk kebutuhan anak-anaknya.
“Alhamdulilah, anak-anak bisa sekolah. Kami niat untuk akhirat,” tandas Sulastri seperti dilansir jawapos.com
Sementara itu, Sulastri nekat kembali ke Indonesia dengan jalur ilegal. Karena memang dia tidak lagi memiliki kelengkapan berkas sebagai pekerja migran.(ce1/bbi/JPC)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bareskrim Bekuk Pria Suriah Penjual Puluhan WNI ke Sudan
Redaktur & Reporter : Budi