jpnn.com - JAKARTA - Laba usaha PT PLN pada semester I 2015 ini turun bila dibandingkan periode sebelumnya tahun lalu. Kali ini, PLN membukukan laba Rp24,7 triliun, yang berarti turun Rp 4,1 triliun. Kondisi tersebut diperburuk oleh melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika. Ujung-ujungnya PLN rugi mencapai Rp 10,5 triliun.
Sekretaris Perusahaan PLN Adi Supriono mengatakan, penurunan laba bersih terjadi karena rugi selisih kurs satu tahun ini. Pada semester I 2014, PLN sebenarnya mendapat laba kurs Rp 4,4 triliun. Namun, tren tersebut tidak berlanjut karena belakangan rupiah terus melemah. ’’Jadinya, di semester I 2015 muncul rugi selisih kurs Rp 16,9 triliun,’’ ujarnya.
BACA JUGA: Enam Bulan, Aset PLN Bertambah Rp 11,4 Triliun
Apalagi, sejak 2012 diberlakukan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 yang menjadikan transaksi tenaga listrik antara PLN dan pengembang listrik swasta dicatat seperti transaksi sewa guna usaha.
Menurut Adi, kondisi itu berdampak kepada utang valas PLN yang meningkat signifikan. Padahal, laba rugi PLN sangat berfluktuasi karena nilai tukar rupiah terhadap valas. PLN tidak berdiam diri. April lalu perseroan sudah melakukan transaksi lindung nilai, namun atas sebagian kewajiban dan utang usaha valas.
BACA JUGA: Genjot Revitalisasi Pasar Desa
Meski PLN merugi, beberapa sektor tetap memberikan kontribusi positif. Misalnya, pendapatan dari penjualan tenaga listrik pada semester I 2015 yang mencapai Rp 101,3 triliun. Jumlah itu lebih banyak Rp 15,5 triliun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 85,7 triliun.
Meningkatnya penjualan juga diikuti naiknya jumlah pelanggan yang dilayani PLN. Hingga akhir semester I 2015, tercatat 59,5 juta pelanggan yang berarti naik 6,82 persen dari 55,7 juta pelanggan pada 2014. ’’Bertambahnya jumlah pelanggan mendorong kenaikan rasio elektrifikasi nasional menjadi 84 persen,’’ terangnya.
BACA JUGA: Enam Bulan, Pelanggan PLN Tambah 3,8 Juta
Adi menjelaskan bahwa PLN juga berhasil melakukan berbagai efisiensi. Misalnya, mengganti penggunaan bahan bakar minyak (BBM) dengan batu bara atau energi primer lain yang lebih murah. Dari penggantian itu, perusahaan menghemat Rp 19,4 triliun.
Secara terpisah, Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan bahwa porsi PLN dalam merealisasikan proyek pembangkit 35 ribu mw dikurangi. Kalau sebelumnya perusahaan itu dibebani pembangkit 10 ribu mw, saat ini menjadi 5 ribu mw saja. Pihak swasta kebagian rezeki dengan membangun pembangkit hingga 30 ribu mw.
Sebagai ganti, pemerintah meminta PLN berkonsentrasi membangun transmisi listrik. Alasannya, transmisi memiliki peran vital dalam mendistribusikan listrik dari pembangkit-pembangkit tersebut. ’’Idealnya transmisi ikut ngebut. Saat pembangkit jadi, transmisi sudah sambung sehingga PLN bersiap menjadi perusahaan service,’’ tuturnya. (dim/c4/tia)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua Bulan Pertama, tak Cari Untung dari Pertalite
Redaktur : Tim Redaksi