Lato-Lato Viral lantas Kontroversial, Simak Ulasan Pakar Sosiologi & Psikolog UGM Ini

Jumat, 13 Januari 2023 – 09:28 WIB
Permainan lato-lato dijual di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (6/1/2023). Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/aww

jpnn.com - JAKARTA – Permainan lato-lato belakangan digemari anak-anak hampir di semua daerah di Indonesia.

Permainan lato-lato viral lantas menimbulkan kontroversial.

BACA JUGA: Harga Lato-Lato, Pedagang Mengungkap Keuntungan yang Didapat, Wouw

Sejumlah sekolah di beberapa daerah melarang anak-anak membawa permainan berbentuk sepasang bola kecil yang diikat dengan tali itu ke sekolah. Suara lato-lato saat dimainkan menjadi alasan. Berisik. Mengganggu.

Alasan lain soal dampak yang ditimbulkan. Ada anak mulutnya berdarah atau dahi benjol terkena pantulan atau serpihan bola lato-lato yang bertekstur keras.

BACA JUGA: Bu Retno Dukung Pelarangan Anak Bermain Lato-Lato di Sekolah

Lantas ada yang menyimpulkan permainan lato-lato berbahaya bagi anak-anak.

Namun, beberapa orang tua yang tidak terima permainan tradisional tersebut dijadikan sumber masalah dan dilarang.

BACA JUGA: Permainan Lato-lato Mulai Dilarang, Ternyata ini Penyebabnya

Alasannya, semua permainan pada hakikatnya selalu beriringan dengan risiko. Misalnya, bermain sepeda berisiko jatuh, kemudian si anak terluka. Bermain layangan juga berisiko terluka, jika jatuh.

Bermain sepak bola juga berisiko jatuh, patah kaki atau tangan.

Sementara, bermain telepon seluler pintar atau gawai lebih mengandung risiko tak kasat mata, yang bisa merusak mental si anak dalam jangka panjang.

Anak bisa terjerat pada jebakan psikis, berupa kecanduan, sehingga berdampak pada mental dan perilaku yang asosial.

Anak menjadi cenderung tidak peduli pada sekitarnya ketika sudah terhipnosis dalam permainan yang disuguhkan oleh gawai yang sangat seru.

Dalam istilah psikologi, gawai tergolong dalam kelompok berbahaya, sebagai "narkoba mata".

Kata Pakar Sosiologi tentang Lato-Lato

Pakar Sosiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Dr Hery Wibowo mengatakan anak bisa menjadi sedikit terhindar dari potensi negatif yang bisa dialami ketika terlalu banyak bermain gawai.

Melalui bermain lato-lato dengan temannya, menurutnya interaksi sosial anak pun bisa terbangun.

"Inilah ajang membangun interaksi sosial dari generasi Z yang sering disebut generasi ‘alien’ karena suka menyendiri dan generasi rebahan," kata Hery dalam keterangan resmi Unpad di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/1).

Meski begitu, menurutnya, mainan itu juga bisa berdampak negatif bagi anak apabila anak tersebut dan orang tuanya tidak bisa mengatur waktu bermainnya.

Kemudian anak juga menurutnya, bisa saja menjadi rendah diri jika tidak berhasil memainkannya.

“Sehingga diperlukan fokus dan konsentrasi penuh dalam memainkan, agar tidak membahayakan pemain maupun teman-teman di sekitarnya,” kata Hery selaku Ketua Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad itu.

Kata Psikolog UGM terkait Permainan Lato-Lato

Psikolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Prof Koentjoro meminta sekolah memfasilitasi siswa terkait hobi bermain lato-lato secara aman.

"Bukan sekadar melarang karena berbahaya atau membiarkan saja," kata Koentjoro melalui keterangan tertulis di Yogyakarta, Selasa (10/1).

Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi UGM itu, alih-alih melarang, sekolah justru bisa menjadi fasilitator bagi anak dalam menyalurkan hobi bermain lato-lato, misalnya dengan menyelenggarakan lomba lato-lato.

Cara itu, menurut dia, tidak hanya sebagai sarana menampung hobi anak, tetapi juga mengajarkan bagaimana bermain secara jujur dan sportif.

Sekolah juga memiliki peran untuk memberikan pengertian pada siswa terkait aturan dan cara bermain lato-lato yang aman dan tidak mengganggu lingkungan.

"Anak-anak diingatkan bahaya lato-lato bagi diri sendiri dan orang lain serta kapan bisa bermain biar peka terhadap lingkungan," kata dia.

Koentjoro mengatakan, permainan lato-lato sejatinya memiliki sisi positif yakni mengurangi ketergantungan anak pada gawai.

Melalui permainan lato-lato, lanjutnya, anak-anak dapat berlatih konsentrasi, ketangkasan fisik, kepercayaan diri, sosialisasi, dan lainnya.

"Lato-lato ini bisa menjadi sarana anak berolahraga, belajar konsentrasi secara murah," kata dia. (sam/antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Soetomo Samsu

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler