Layar Anak Indonesiana Meriahkan Festival Film Dokumenter di Yogyakarta

Selasa, 12 Desember 2023 – 22:41 WIB
Layar Anak Indonesiana meriahkan Festival Film Dokumenter di Yogyakarta. Foto: BMK Kemendikbudristek

jpnn.com, JAKARTA - Balai Media Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (BMK Kemendikbudristek) melalui program strategisnya Indonesiana.TV ikut memeriahkan Festival Film Dokumenter (FFD) 2023 yang berlangsung di Kota Yogyakarta 3-9 Desember.

Dalam festival yang berusia 21 tahun ini, Indonesiana.TV hadir mengisi sesi diskusi  “DOC Talk: Bagaimana Dokumenter Bekerja?” dan pemutaran film dokumenter pendek untuk anak berjudul Ensaid Panjang.

BACA JUGA: Kelana Indonesiana Disambut Antusias di Kota Sorong

“DOC Talk: Bagaimana Dokumenter Bekerja?” yang diadakan di The Theatre, GAIA Cosmo Hotel pada 7 Desember menghadirkan Tonny Trimarsanto dan Chandra Endroputro, produser dan koordinator produksi dari Indonesiana.TV bersama Lia Kusumawardani dari Gulali Festival, dan Alia Damaihati, Direktur Program FFD 2023 yang menjadi moderator gelar wicara ini.

Diskusi umum tersebut mengetengahkan tantangan dalam penggarapan film dokumenter berlatar kebudayaan agar diminati penonton usia anak.

BACA JUGA: Seru! Ratusan Siswa SD Yogyakarta Nonton Bareng 5 Film Layar Anak Indonesiana di JAFF

“Pada dasarnya, anak-anak akan tertarik pada film yang mengandung unsur petualangan ataupun hal-hal yang memancing dan menjawab rasa penasaran mereka. Baik itu dalam film cerita ataupun film dokumenter,” ujar Chandra Endroputro.

Salah seorang peserta kegiatan, Tedy Syaham mengungkapkan dari kegiatan ini dia memahami bahwa perspektif anak menjadi sangat penting dalam proses pembuatan film dokumenter anak.

BACA JUGA: Stafsus Presiden Jokowi: Jangan Lupa Pilih Pak Ganjar, Ya

Berikutnya, Indonesiana.TV hadir kembali dalam pemutaran film Ensaid Panjang.

Film hasil kurasi tim program FFD ini merupakan satu dari sepuluh film dokumenter Layar Anak Indonesiana 2023.

Pemutaran diselenggarakan pada 9 Desember di IFI-LIP dengan dihadiri 100-an penonton dari berbagai sekolah dasar di kota Yogya, antara lain SDN Jetis 1, SD Muhammadiyah Sagan, SDN 1 Terbansari, SD Budya Wacana, SDN Jetisharjo, SDN Gondolayu, dan SD BOPKRI Gondolayu.

Acara dibuka oleh Kepala BMK Retno Raswaty yang menyatakan kegembiraannya bisa menghadirkan program Layar Anak Indonesiana ke ruang menonton FFD.

“Mari kita jalan-jalan ke berbagai wilayah Indonesia dan mengenali kebudayaannya melalui film,” ajak Retno kepada para siswa, guru, dan orang tua yang hadir.

Dalam pemutaran film yang mengetengahkan keseharian dan kepedulian anak-anak rumah panjang suku Iban di Kalimantan Barat ini, hadir pula Lidya Mariska (Meimei) dan Elisa Desiana (Lisa) yang merupakan subjek dalam film.

Mereka didampingi sutradara Deny Sofian, produser Rani Ramadhin, serta Tonny Trimarsanto produser Indonesiana.TV saat melakukan bincang-bincang dengan penonton.

Sambutan hangat tidak hanya datang dari anak-anak yang tertarik mengetahui kehidupan di rumah panjang suku Dayak Iban, tetapi, juga dari guru dan orang tua pendamping. Mereka sepakat bahwa film-film bermuatan budaya seperti ini dapat dijadikan materi belajar bagi peserta didik.

Bahkan, seorang guru menyampaikan keinginan agar konten kebudayaan dari Indonesiana.TV dapat pula diakses melalui Platform Merdeka Mengajar yang diperuntukkan bagi para guru penggerak Merdeka Belajar.

“Kami memang sedang merintis kerja sama dengan pengelola Platform Merdeka Mengajar agar konten-konten kebudayaan yang ada di Indonesiana.TV dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar dan mengajar bagi guru dan peserta didik,” kata Koordinator Umum Indonesiana.TV Heni Wiradimaja.

Akan halnya anak-anak yang ingin tahu lebih jauh mengenai proses pembuatan film dan perjalanan dari rumah panjang di Kabupaten Sintang ke Yogyakarta, hal itu dijawab bergantian oleh Deny, Rani, Meimei, dan Lisa.

“Kebetulan, kami sudah sangat dekat dengan keluarga-keluarga di Ensaid Panjang, terutama Meimei dan Lisa, sehingga proses pendekatan selama pembuatan film tidaklah sulit,” ujar Rani.  

“Kami memberi ruang bagi Meimei dan Lisa untuk bicara dalam Bahasa Iban sehingga mereka lebih komunikatif,” tambah Deny.

“Ya saya bicara apa adanya sesuai pertanyaan dari sutradara, bukan menghafal dialog,” kata Meimei.

Dia berharap perfilman Indonesia ke depan seperti Layar Anak Indonesiana yang diselenggarakan BMK dapat menjadi pilot project dan medium alternatif tontonan yang beragam penuh edukasi dan muatan budaya.

"Selain itu juga mampu mendorong munculnya karya film anak lainnya dari para sineas,” ujar Tonny. (rhs/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Brigadir TO Diduga Memerkosa Mahasiswi, Kejadiannya di Tempat Ini, Astaga


Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler