Dua studi baru menunjukkan, Bumi dibombardir oleh puing-puing dari serangkaian ledakan bintang dengan supernova (ledakan terbesar) terdekat terjadi sekitar 2,3 juta tahun yang lalu.
Periode ‘hujan’ benda asing ini bertepatan dengan perubahan besar dalam suhu dan fauna di Bumi, yang menunjukkan bahwa supernova (ledakan bintang terbesar) mungkin telah memainkan peran dalam evolusi planet.
BACA JUGA: Kasus Kematian Mendadak Pasien Epilepsi Berkaitan dengan Kerusakan Gen
Dua studi itu fokus pada ‘iron-60’, sebuah isotop radioaktif yang dihasilkan dalam fase sekarat dari sebuah bintang dan dikeluarkan ke ruang angkasa oleh ledakan dan terbawa di sepanjang ruang angkasa dalam bentuk butiran debu.
Dr Anton Wallner dari Universitas Nasional Australia (ANU) dan rekan-rekannya menganalisis sejumlah partikel ‘iron-60’ yang ditemukan hingga lima kilometer jauhnya di dalam kerak bumi dan di sedimen dasar laut.
BACA JUGA: Kian Banyak Pekerja Pabrik Berumur yang akan di-PHK di Australia
Tim ini menganalisa 10 sampel yang diambil dari Samudera Pasifik, Atlantik dan Hindia - termasuk di lepas pantai Perth.
Karena ‘iron-60’ ditemukan di setiap lautan besar, masuk akal untuk mengasumsikan adanya distribusi global yang seragam dan karena itu, mengesampingkan teori bahwa ‘iron-60’ adalah hasil dari suatu peristiwa dampak, seperti meteor, sebut Prof Anton.
BACA JUGA: Sir David Attenborough Nyatakan Great Barrier Reef Hadapi Bahaya Serius
Artikel tentang sejumlah partikel ‘iron-60’, yang diterbitkan pada (7/4) di jurnal ‘Nature’, menunjukkan bahwa mereka berasal dari supernova (ledakan bintang terbesar) antara 3,2-1,7 juta tahun lalu, dengan adanya bukti dari supernova sekitar 8 juta tahun yang lalu.
Supernova seterang bulan purnama
Dr Anton dan timnya, termasuk sejumlah peneliti dari Australia, Eropa, Jepang dan Israel, meyakini bahwa supernova terjadi sekitar 300 tahun cahaya dari Bumi.
"Itu seterang bulan purnama sehingga Anda bisa melihatnya di siang hari, dan ini sangat spektakuler," ujar Dr Anton.
Supernova juga menyebabkan "peningkatan sinar kosmik yang masuk ke Bumi" sebanyak 15%, tambahnya.
Ia menerangkan, "Beberapa peneliti mengklaim, sinar kosmik bisa memicu pembentukan awan lebih banyak yang akan menyebabkan penurunan suhu."
Hal ini telah menyebabkan spekulasi bahwa supernova (ledakan bintang terbesar) mungkin telah memainkan peran dalam peristiwa iklim selama evolusi Bumi.
Dr Anton memperhatikan "kebetulan" yang menyebut bahwa supernova yang lebih tua bertepatan dengan perubahan suhu di zaman Miosen sekitar 8 juta tahun yang lalu, sedangkan supernova sebelumnya sesuai dengan pendinginan planet saat bergerak ke zaman Pleistosen.
Namun ia mengatakan, ada "banyak pekerjaan yang harus dilakukan" pada ‘iron-60’ sebelum kesimpulan keras bisa dihasilkan.
Model rekaan indikasikan peristiwa terdekat dari 2,3 juta tahun lalu
Dalam sebuah makalah yang terpisah, juga diterbitkan di jurnal ‘Nature’, tim peneliti Jerman yang dipimpin oleh Dr Dieter Breitschwerdt dari Institut Teknologi Berlin menggunakan pemodelan komputer untuk melacak perjalanan partikel ‘iron-60’ dari Gelembung Lokal - sebuah wilayah gas panas di galaksi Bima Sakti – ke kerak laut di dalam Bumi.
Mereka melaporkan, tanda ‘iron-60’ di kerak Bumi muncul dari dua supernova pada jarak sekitar 294 hingga 327 tahun cahaya dari Matahari
Pemodelan mereka menunjukkan, supernova terdekat memiliki massa 9,2 kali dari Matahari dan terjadi sekitar 2,3 juta tahun yang lalu, sedangkan yang kedua yang terdekat memiliki massa 8,8 kali dari Matahari dan terjadi sekitar 1,5 juta tahun yang lalu.
Dr Anton mengatakan, dua studi itu "sangat cocok" dan memberikan "gambaran yang cukup konsisten dari apa yang terjadi".
Meskipun tanggal terbaru dari kedua studi itu sedikit berbeda, mereka tak bertentangan dan selaras dalam batas-batas ketidakpastian studi.
Dr Anton mengatakan, studinya telah mendeteksi, pemodelan tim Jerman menunjukkan dua supernova (ledakan besar bintang) terjadi dalam waktu yang berdekatan, yang bisa menjelaskan jangka waktu yang luas dari ‘hujan benda asing’.
Ia menyebut, temuan timnya juga akan berharga dalam menyempurnakan pemodelan di masa depan.
BACA ARTIKEL LAINNYA... Makin Banyak Lubang Hitam Raksasa Ditemukan di Galaksi-Galaksi