jpnn.com - JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Muhammad Natsir memberikan warning keras kepada seluruh lebaga sertifikasi di Indonesia. Katanya, lembaga sertifikasi jangan hanya tukang stempel tanpa melakukan uji kompetensi sesuai standar yang ditetapkan pemerintah.
"Sistem pendidikan di Indonesia ada Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT). Namun, selain SNPT promosi abal-abal juga pasti marak dan itu sudah saya temukan di lapangan," kata Natsir dalam seminar "Penerapan SNI/ISO 17024 untuk memperkuat Daya Saing SDM Indonesia di Pasar Global" di Gedung BPPT, Selasa (4/10).
BACA JUGA: Irman Gusman Bantah Dapat Jatah
Dia mencontohkan ada perguruan tinggi yang promosi cukup kuliah dua tahun, dapat ijazah S1. Ada juga cukup bayar, beri nama langsung dapat ijazah S1 atau S2.
"Pernah saya datang ke suatu tempat, bertemu seorang pegawai tertera dipapan namanya gelar Drs (dokterandes). Saya tanya bapak S1 ya, dijawab pegawainya bukan pak menteri, saya dokterandes," tuturnya.
BACA JUGA: Bupati Halmahera Timur Digarap KPK
Natsir menambahkan, kejadian ini terhadi karena sertifikat diperdagangkan. Cara ini harus dihapuskan karena merusak sistem sertifikasi. Jangan sampai di era ini kompetensi tidak jelas.
"Semua lembaga sertifikasi profesi jangan sampai jadi tukang stempel, sementara user dirugikan. Kalau caranya tidak diubah lama-lama akan hilang dari peredaran," paparnya.(esy/jpnn)
BACA JUGA: KPK Garap Mantan Petinggi Polri dalam Kasus Irman Gusman
BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Ahok, Apakah Keluarga Pak Jokowi Juga Mengemplang Pajak?
Redaktur : Tim Redaksi