Leptopirosis di Gunungkidul Renggut Satu Korban Jiwa

Minggu, 12 April 2015 – 15:15 WIB

jpnn.com - GUNUNGKIDUL – Musim penghujan seperti sekarang ini menjadikan warga menjadi rawan terserang berbagai penyakit, salah satunya leptopirosis. Di Gunungkidul, virus mematikan dari air kencing tikus yang mengandung bakteri leptospira itu bahkan sampai merenggut korban jiwa.

Kabid Pencegahan dan Penang-gulangan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul dr Sumitro mengatakan, meski wilayahnya bukan termasuk endemis leptospirosis, namun tetap harus waspada terhadap leptopirosis. Sebab, sudah ada kasus penderita meninggal dunia.

BACA JUGA: Awas! Penipuan Catut Nama Pejabat BKD Marak Lagi

”Untuk itulah kami berupaya melakukan sosialisasi melalui PHBS (pola hidup bersih dan sehat) kepada masyarakat,” kata Sumitro seperti dikutip Radar Jogja.

Berdasarkan data yang dikantongsi Dinkes Gunungkidul, dalam rentang tahun 2014-2015 sudah ada enam kasus penderita leptospirosis. Ada yang perlu diwaspadai dari data angka itu. Sebab, tempat penularan leptopirosis 50 persen berasal dari Gunungkidul (indogenus). Sementara kasus penularan lainnya berasal dari Prambanan, Sleman, Jogja dan satu kasus tempat penularan belum diketahui lokasinya.

BACA JUGA: Senator Dorong Tambora Dijadikan Kawasan Strategis Nasional

Berdasarkan data yang sama, virus leptospirosis menyebar di sejumlah wilayah kecamatan seperti Gedangsari, Ponjong, Semanu, Playen, dan Karangmojo. Pada 2014, di Ngeposari, Semanu, salah seorang perajin batu meninggal dunia di RS Pelita Husada akibat penyakit tersebut. Tempat penularan penyakit sendiri dari Prambanan, Sleman.

Kemudian memasuki awal 2015, tepatnya 14 Januari, salah seorang pekerja bangunan warga Jatiayu, Karangmojo juga meninggal dunia akibat terserang virus leptospirosis. Hanya sayang, data kasus di tahun-tahun sebelumnya pihak dinkes mengaku belum memiliki data.

BACA JUGA: Perekam Video Dewasa Pelajar SMP Tarakan Ditahan Polisi

”Untuk satu pasien di 2015 diketahui positif leptospirosis dan sekarang tengah menjalani perawatan medis,” ujarnya.

Menurut Sumitro, sebenarnya ada upaya pencegahan praktis yang bisa dilakukan masyarakat untuk meng-hindari penyakit itu. Caranya adalah menghindari kebiasaan kontak langsung dengan hewan yang terkontaminasi. Sebab, tikus yang sudah tercemar, air kencingnya sangat berbahaya. Penularannya bisa melalui selaput mata dan air kencing.

”Atau pencegahan cara lain, seperti dilakukan wilayah lain adalah dengan cara gropyokan tikus,” terangnya.

Namun di Gunungkidul, gropyokan belum perlu karena penyebaran tikus sendiri jumlahnya masih terbatas. Maka dari itu, informasi dari masyarakat sangat penting terkait penyebaran tikus. Jika jumlahnya mulai banyak perlu diantisipasi karena virus yang dibawa tikus tersebut menular ke tikus lain. ”Namun untuk orang per orang tidak menular,” ucapnya. (gun/ila/ong/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rela Antre Lima Jam Demi Rp 600 Ribu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler