Letusan Tengah Malam Lebih Mencekam

Belasan Gunung Berapi Menggeliat

Sabtu, 30 Oktober 2010 – 04:34 WIB
Kepulan material awan panas yang meluncur dari Merapi ke arah sungai Gendol. Merapi 29 Oktober mengalami peningkatan aktivitas luncuran awan panas. Foto: Boy Slamet/Jawa Pos

SOLO - Gunung Merapi kembali mencatat aktivitas ekstremKali ini, awan panas alias wedhus gembel dilaporkan meluncur tujuh kali

BACA JUGA: Mendagri Tunggu Laporan Gubernur

Intensitas itu jauh lebih tinggi jika dibanding letusan pertama pada Selasa lalu (26/10)
Letusan pada Sabtu (30/10) dinihari tadi dilaporkan lebih dahsyat dan membuat warga sekitar lereng Merapi pontang-panting tengah malam menuju barak-barak pengungsian.

"Sekitar jam dua belasan tadi (malam)

BACA JUGA: Anak Krakatau Ikut-ikutan Aktif

Yang ini lebih besar lagi
Tapi mengarah ke barat," ujar Warsito (40), warga Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, kepada JPNN, Sabtu (30/10) pagi

BACA JUGA: Yankesmas Korban Bencana Harus Gratis !

Warsito, yang sudah sejak remaja naik-turun Merapi menjadi guide bagi para pendaki itu, saat ini bersama seluruh warga Selo sudah berada di barak pengungsian di Kantor Kecamatan setempat.

Diceritakan, warga lari tunggang-langgang di tengah malam, menuju barak-barak pengungsianPara warga Selo, yang relatif lebih aman di banding Sleman dan Magelang, kali ini tidak berani mengambil resikoSeluruh warga meninggalkan rumah mencari tempat aman di pengungsian.

Staf Khusus Presiden Bidang Penanggulangan Bencana, Andi Arief, juga telah menginformasikan mengenai letusan tengah malam ini, melalui akun di Twitter-nya“Baru kontak DR Surono (Kepala PVMBG), arah muntahan Merapi ke arah barat (Magelang dan sekitar),” kata Andi Arief, Sabtu (30/10).

Meningkatnya aktivitas Merapi kemarin (29/10) ternyata juga diikuti belasan gunung berapi lain di IndonesiaPusat Mitigasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ESDM melaporkan, ada 21 di antara total 68 gunung berapi tipe A yang berstatus tidak aman kemarin"Satu berstatus awas (Merapi), dua siaga, dan ada 18 gunung lain yang waspada," kata Kepala Sub-Bidang Pengamatan Gunung Berapi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Agus Budianto kemarin.

Dia menjelaskan, gunung bertipe A adalah gunung yang pernah bererupsi minimal sekali setelah tahun 1600Gunung tipe B adalah gunung yang sesudah 1600 tidak lagi mengalami erupsiGunung tipe C adalah gunung berapi yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia atau tidak ada catatan letusannya"Untuk saat ini, warga harus diimbau untuk tidak mendekat ke kawah," tuturnya.

Apakah delapan gunung berapi (di Jawa dan Sumatera) yang berstatus waspada itu saling berkaitan" "Gunung Talang, Sinabung, Bromo, dan lainnya itu tidak terkait," jawabnya

Namun, menurut Agus, gunung-gunung tersebut bisa saling terkait karena pergeseran bumi yang terjadi setiap waktu dan tidak bisa diprediksi"Hal itu bisa meningkatkan aktivitas gunung-gunung berapi tersebut secara bersamaanPergerakan dua lempeng yang kemudian saling melepas itu merupakan pusat gempa yang menaikkan aktivitas gunung berapiPergerakan lempeng dan gempa tektonik bisa memicu sebaran gunung berapi," paparnya.

Status awas masih berlaku untuk MerapiBahkan, meluncurnya awan panas hingga tujuh kali kemarin menggambarkan bahwa situasi di gunung tersebut sulit ditebakHal itu dibenarkan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Jogjakarta"Hingga pukul 18.00, terjadi total 285 kali guguran," kata Kepala BPPTK Jogjakarta Soebandrio.

Hingga kemarin, dia menyatakan bahwa aktivitas Merapi masih fluktuatifItu berarti tak bisa diprediksi apakah Selasa lalu merupakan puncak ledakan dan kemudian menurun atau awal dari serentetan letusan baru"Karena itu, status awas masih diberlakukan," tuturnya

Berdasar pengamatan Jawa Pos, di antara tujuh luncuran awan panas tersebut, yang terjadi pukul 11.35 merupakan yang terbesar karena diikuti gempaGetarannya terasa hingga radius 5 km dari puncak MerapiMenurut data BPPTK, gempa multiphase yang terjadi memang cukup banyak, yakni 181 kali.

Semburan awan panas diperkirakan masih terus terjadi hingga malamSebab, intensitas daya di perut gunung masih cukup tinggiMenurut catatan seismik di pos pengamatan, terus terjadi gempa guguran yang mencapai ratusan kaliMelihat aktivitas yang masih intens tersebut, diperkirakan semburan awan panas terus terjadi.

Selo Wagiran, petugas pos tempat pengungsian akhir (TPA) Desa Samiran, mengungkapkan, semburan awan panas susulan Merapi terjadi beberapa kaliSelain hujan abu, bau belerang tercium warga Selo"Baunya cukup terasa, MasMakanya, warga mengenakan masker," terang dia

Yang lebih mengkhawatirkan, semua luncuran awan panas tersebut masih mengarah ke tenggaraYakni, ke permukiman penduduk di Kecamatan CangkringanBerdasar catatan BPPTK, arah luncuran terus mengarah ke KaligendolPadahal, arah luncuran ke tenggara itulah yang terjadi Selasa lalu (26/10) dan mengakibatkan banyak korban jiwa.

Ancaman muntahan material vulkanik semakin berbahaya karena beberapa bukit yang menjadi pertahanan utama sudah hancur karena letusan pada Selasa (26/10)Pohon-pohon yang menjadi benteng pertahanan terhadap lahar dingin sudah terbakar oleh awan panas"Jika semburan masih terus terjadi dalam beberapa hari ini, material Merapi dapat masuk ke Kali WoroSelama ini, yang menjadi penahan adalah Bukit Kemukus, Bukit Kendil, dan Bukit SegelapNamun, kondisinya saat ini telah hancur," ujar Camat Kemalang Suradi.

Letusan kemarin juga merenggut nyawa satu balitaBalita bernama Paimin yang berusia 4,5 tahun, warga Dusun Stabelan, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, meninggal di RSU Muntilan, Magelang, kemarinDiduga, bocah tersebut tewas karena terkena abu vulkanik dampak dari awan panas yang terus keluar dari perut Merapi.

"Sebelumnya sudah kritisTapi, keluarga tidak mau dirujuk ke rumah sakitSetelah dirujuk, ternyata meninggal," ungkap Sinam Sutarso, salah seorang anggota tim relawan Merapi kemarin"Hasil pemeriksaan dokter, balita tersebut mengalami gangguan pernapasanDiduga, dia menghirup abu vulkanik," imbuhnya.

Sutarso bersama tim relawan lain sengaja mengabdi di pengungsian perbatasan Boyolali?MagelangSebab, daerah tersebut merupakan wilayah yang paling terdampak bahaya MerapiDia pun melihat seorang balita yang kondisinya sudah kritisBersama tim relawan lain, dia mengevakuasi balita itu ke RSU Muntilan, Magelang, guna mendapatkan pertolongan cepatBalita itu sempat dirawat beberapa jamNamun, kondisinya terus memburuk.

Komandan Koramil (Danramil) Selo Kapten (Inf) Kasmadi menyatakan, diduga balita itu menderita sesak napas karena abu vulkanik yang terisap saat Merapi meletusMenurut dia, sore itu juga Paimin dibawa pulang dari rumah sakit"Rencananya langsung dimakamkan hari ini juga (kemarin, Red)," terangnyaSementara itu, letusan susulan Merapi membuat ribuan warga Boyolali di Kecamatan Musuk dan Selo memadati TPSJumlah pengungsi diperkirakan mencapai 2.600 jiwaDandim 0724 Boyolali Letkol (Arh) Soekoso Wahyudi mengungkapkan, evakuasi semula diprioritaskan pada manula, ibu hamil, dan balita.

Di Kecamatan Musuk, sekitar 1.200 pengungsi berdatangan dari Desa Jemowo, Beling, dan DimoroWarga mengungsi sejak Kamis malam di balai Desa Sangup, MusukSelain itu, 1.461 pengungsi datang dari Dusun Stabelan dan Takeran, Desa TlogoleleMereka diungsikan ke balai desa dan Dusun Tlogomulyo

Berdasar data, total ada sekitar 7.000 pengungsiKarena itu, kemarin satu barak pengungsian kembali dibuka di Desa Wukirsari"Kami menambah satu barak lagi karena sudah overload," jelas Gianto Raharjo, Korlap evakuasi dan pengungsi Cangkringan.

Dia kemudian mencontohkan barak pengungsi di Kepuh HarjoKapasitas tempat itu sebenarnya seribu orang, namun dijejali sekitar 1.600 pengungsi"Kondisi ini sangat memprihatinkanApalagi, jumlah lansia dan anak-anak cukup banyak," ujarnya.

Gubernur DIJ Sri Sultan Hamengkubuwono X mempertimbangkan untuk merelokasi penduduk"Bagaimanapun, sedikit-sedikit mengungsi tentunya tidak baik," tutur pria yang biasa disebut Ngarsa Dalem oleh rakyatnya tersebutKarena itu, pihaknya sedang memperhitungkan masak-masak untuk merelokasi pengungsi ke tempat aman dari jangkauan Merapi.

Di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Klaten, terlihat ratusan warga panik saat letusan pertama dan keduaKebetulan, saat itu banyak warga yang pulang dari pengungsian untuk mencari rumput bagi hewan ternak merekaBahkan, pos pengungsian di Desa Bawukan mengirimkan dua ambulans untuk menjemput mereka.

Satkorlak PB juga menerjunkan beberapa truk untuk mengangkut warga agar kembali ke pengungsian"Memang, warga tadi sekitar pukul 04.00 pulang untuk merumputBiasanya mereka kembali saat sore dan bermalam di pos pengungsianTapi, hari ini (kemarin) banyak yang kembali siangnya," ungkap Kepala Dusun I Zainu.

Menurut pengamatan Peguyuban Sabuk Gunung (Pasag), selain letusan yang terjadi tujuh kali di puncak gunung, terdengar suara gemuruh yang cukup kerasSuara itu sampai terdengar di radius empat kilometer dari puncak Merapi"Kondisi ini sangat berbeda dari sehari sebelumnya (Kamis)Suasana di lereng gunung tenang sehingga banyak yang beraktivitas di sawahTapi, kali ini letusan cukup besar sehingga banyak warga yang panik," kata Sukiman, penasihat Pasag Merapi.

Aparat yang berwenang pun memperketat penjagaanRadius 10 km dari puncak Merapi sudah dibarikadeBarikade itu terus berlanjut hingga radius 5 kmBahkan, di beberapa tempat seperti di Kinahrejo, warga dilarang naik meski sekadar untuk memberikan rumput bagi ternaknyaSemua tak boleh masuk(ano/radar solo/radar jogja/jpnn/c5/iro/sam/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Jenazah 4 Polisi Diidentifikasi Ulang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler