jpnn.com, JAKARTA - PT Permodalan Nasional Madani (PNM) terus mencari cara mewujudkan mimpi untuk mengangkat derajat perempuan prasejahtera Indonesia.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menuturkan pihaknya mencari berbagai cara untuk meningkatkan derajat perempuan prasejahtera lewat berbagai program literasi.
BACA JUGA: Perampok Karyawan PNM Mekaar Tak Diberi Ampun, Dooor!
Arief meyakini derajat para perempuan pelaku usaha ultra mikro bisa meningkat karena sebenarnya sudah ada potensi besar dari diri mereka.
“Hadirnya PNM hanya untuk mendorong potensi yang sudah ada tetapi tertidur selama ini, dan meningkatkan kepercayaan diri mereka untuk maju melalui kegiatan kelompok rutin. Jadi ibu-ibu ini lah yang punya peran besar untuk mampu going extra miles,” ungkap Arief dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (1/8).
BACA JUGA: PNM Dukung Nasabah Sadar Gizi Ibu dan Anak
Nasabah ultra mikro binaannya pun makin tercerahkan dengan berbagai produk keuangan, tren usaha yang bisa mereka implementasikan, hingga akses pasar yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan.
"Diawali dari kegiatan subsisten, perlahan merangkak menjadi kegiatan produktif menuju profesi kewirausahaan," tutur Arief.
BACA JUGA: Kampung Madani & PNM Peduli Olah Limbah Jadi Berkah
Arief membeberkan saat ini jumlah perempuan pelaku usaha ultra mikro yang aktif didampingi PNM pada 2023 mencapai 14.667.860.
Angka tersebut tumbuh 20,5 persen year on year jika dibandingkan dengan Juni 2022.
"Tersisa enam bulan menuju penghujung 2023, PNM siap untuk terus memberikan pelayanan kepada pelaku usaha ultra mikro lainnya yang belum mendapatkan akses keuangan formal dan layanan pemberdayaan," katanya.
Arief menegaskan tidak hanya fokus pada penyaluran pembiayaan, PNM yakin ada lebih banyak yang dibutuhkan nasabahnya selain modal usaha. Pasalnya, nasabah ultra mikro belum memiliki mindset entrepreneurship sehingga menjalani usaha hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Oleh karena itu, program literasi usaha, literasi keuangan? dan literasi digital hadir untuk mencerdaskan mereka untuk mampu keluar dari zona nyamannya.
Arief mengemukakan, hal mendasar bagi sebagian orang mungkin merupakan hal rumit bagi perempuan pelaku usaha ultra mikro.
Sebut saja memanfaatkan e-commerce dan media sosial untuk berjualan. Mungkin mereka tahu tentang platform tersebut tapi tidak memahami bagaimana strategi yang harus dilakukan untuk bisa meningkatkan usaha mereka.
“Teknologi digital masih sangat jauh dengan keseharian mereka untuk membantu memaksimalkan usahanya. Pendekatannya harus bertahap mulai dari literasi, inklusi sampai nanti PNM bantu fasilitasi,” ujarnya.
Salah satu bentuk program yang PNM fasilitasi adalah bekerja sama dengan pihak ketiga terkait event pameran, bazar dan sejenisnya, agar nasabah bisa menjual produk usahanya kepada publik yang lebih luas.
Pengalaman tersebut dapat menjadi bekal bagi para nasabah untuk benchmarking dengan sesama pelaku usaha di lokasi, sehingga mampu menjadi usaha yang semakin kreatif dan unggul.
Selama 2023, PNM telah memberikan 4.993 pelatihan dan berpartisipasi dalam 141 pameran yang melibatkan 2.813 nasabah sebagai peserta, disamping pertemuan rutin 806.000 kelompok nasabah baik mingguan maupun 2 mingguan.
“Inilah yang menjadi komitmen PNM dalam membantu perempuan semakin berdaya dan keluar dari stigma hanya mampu melakukan urusan domestik saja,” tandas Arief.(mcr10/jpnn)
Redaktur & Reporter : Elvi Robiatul