Libur Panjang Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi Jatim

Senin, 03 Juli 2017 – 15:27 WIB
Bank Indonesia. Foto: Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, SURABAYA - Jawa Timur diprediksi mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi pada triwulan kedua 2017 dibandingkan tiga bulan pertama.

Pada triwulan pertama, ekonomi Jatim tumbuh 5,4 persen. Sementara itu, pada triwulan kedua, diprediksi naik 5,6–6 persen.

BACA JUGA: Oalah, Jatim Peringkat Pertama Terkait Angka Kejahatan

Kepala Advisory Ekonomi dan Keuangan Bank Indonesia (BI) Jawa Timur Taufik Saleh menuturkan, permintaan konsumsi masyarakat meningkat selama Ramadan sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, ada faktor banyaknya hari libur, termasuk Lebaran dan liburan sekolah.

BACA JUGA: Suku Bunga Bertahan sampai Akhir Tahun

”Revisi libur sebelum Lebaran mulai 23 Juli juga berpengaruh (terhadap konsumsi masyarakat, Red),” ungkapnya.

Di sisi lain, penyelesaian proyek pemerintah, terutama akses jalan untuk kelancaran arus mudik dan balik, mendorong pengeluaran pemerintah.

BACA JUGA: Risiko Eksternal Bayangi Perekonomian Indonesia

”Jadi, semua itu membuat pertumbuhan triwulan kedua lebih tinggi ketimbang triwulan pertama,” terangnya.

BI juga melakukan survei terhadap industri. Hasilnya, ada indikasi peningkatan penjualan.

Terutama di industri pengolahan makanan dan minuman. Untuk angka inflasi, BI sebelumnya memperkirakan mencapai 0,7–0,8 persen pada triwulan kedua.

Namun, angka tersebut direvisi. Sebab, berdasar survei pemantauan harga, ada indikasi koreksi harga volatile food.

Pada minggu ketiga Juni, terjadi penurunan sehingga memengaruhi proyeksi BI.

”Proyeksi kami 0,54 menjadi 0,64. Ini menarik karena inflasi Jatim di mana ada momen Lebaran malah lebih rendah ketimbang tahun kemarin yang mencapai 0,7 persen,” paparnya.

Taufik berharap angka inflasi Jatim bisa berada di kisaran 0,5 persen.

Bila tercapai, hal itu akan menjadi capaian yang luar biasa karena volatile food bisa dikendalikan.

Meski demikian, masih ada faktor pendorong inflasi dari administered price berupa kenaikan tarif listrik dan BBM.

Selain itu, ada komponen inflasi dari kenaikan tarif transportasi.

”Kalau inflasi Lebaran 0,5–0,6 persen, saya kira ini menarik karena merupakan kesuksesan pengendalian inflasi daerah,” ujarnya.

BI masih mewaspadai potensi gejolak harga energi sampai akhir tahun.

Ada juga musim tanam beras pada triwulan keempat. Karena itu, harga beras diprediksi naik.

Kendati demikian, BI memprediksi stok beras di gudang Bulog mencukupi untuk kebutuhan triwulan keempat. (res/c16/noe)

BACA ARTIKEL LAINNYA... 59 Perusahaan KUPVA BB Beroperasi di Surabaya


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler