jpnn.com - Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud baru saja mengakhiri liburan musim panasnya di Prancis. Dari tiga pekan yang direncanakan, pemimpin monarki Arab Saudi itu akhirnya hanya menjalani liburan delapan hari. Kontroversi yang mengiringi acara senang-senang tokoh 79 tahun itu disebut-sebut sebagai penyebab berubahnya rencana.
= = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = = =
BACA JUGA: Astaga, Wanita Ini Dua Tahun Makan Paku dan Beling, Ya Begini Jadinya...
SEJAK era Raja Fahd bin Abdulaziz Al Saud (almarhum), Eropa selalu menjadi destinasi wisata Kerajaan Arab Saudi. Bagi para pemimpin monarki Negeri Petrodolar, negara-negara di Benua Biru adalah surga liburan musim panas. Mengusung keluarga besar dan rombongan pejabat pendamping serta pengawal, rombongan jalan-jalan sang raja tidak pernah sedikit. Juga, mereka tidak pernah hanya singgah sebentar.
Agenda liburan keluarga besar Kerajaan Arab Saudi dan rombongannya selalu membuat pemerintah negara tujuan tersenyum. Bayangan derasnya aliran riyal ke pundi-pundi mereka membuat kedatangan rombongan Saudi sangat dinanti. Banyaknya kerabat, pejabat, dan pengawal yang mengiringi raja membuat Saudi memesan sejumlah hotel, menyewa berbagai fasilitas, dan berbelanja banyak kebutuhan.
BACA JUGA: Aniaya Mantannya Kekasih, Pria Ini Divonis Menikah Atau Masuk Penjara
Seolah tidak cukup hanya menyewa atau menggunakan fasilitas liburan di negara tujuan, Saudi bahkan buang-buang uang dengan membangun sendiri gedung atau tempat hiburan yang diinginkan. Di Spanyol, misalnya. Pada era Raja Fahd (1982–2005), Saudi membangun sebuah masjid, sebuah pusat kebugaran, serta replika Gedung Putih yang terbuat dari marmer dan emas. Tiga bangunan itu masih kukuh berdiri sampai sekarang di Kota Marbella.
”Saat berlibur di Spanyol itu, Raja Fahd membawa serta sekitar 3.000 orang dalam rombongannya. Selama sekitar tujuh pekan, mereka membelanjakan uang sedikitnya USD 100 juta (sekitar Rp 1,3 triliun) di negara tersebut,” papar Shane Dixon Cavanaugh dan Adi Cohen dalam ulasan mereka di situs berita vocativ. Selama menjabat, Fahd rutin mengunjungi Spanyol saat liburan musim panas tiba.
BACA JUGA: Sadis, Pria Ini Kritis Dibantai Orang Tak Dikenal
Hotel Le Mirage, Tangier, Maroko tempat rombongan Raja Salman menghabiskan sisa liburan. Foto: Fadel Senna/AFP Photo
Bagi Spanyol, mansion yang Fahd bangun sendiri di resor mewah tersebut juga mendatangkan banyak keuntungan. Turis dari berbagai belahan dunia yang penasaran dengan rumah musim panas Fahd lantas berkunjung ke Marbella. Bukan hanya itu, ratusan orang rela antre untuk mendapatkan pekerjaan di mansion milik Fahd tiap kali sang raja hendak berkunjung.
Kali terakhir berlibur di Spanyol sebelum mangkat, Fahd memboyong rombongannya dalam enam pesawat komersial Saudi. Selain kerabat, pejabat, dan pengawalnya, Fahd juga mengajak tim dokter beserta para koki dan pelayan pribadi. Mereka menginap di dua hotel bintang lima yang hampir seluruh kamarnya dipesan (booking) Kerajaan Saudi. Sebab, Fahd sudah sangat sakit saat berlibur terakhir.
Selain mansion di Marbella, Kerajaan Saudi juga memiliki istana supermegah di Swiss. Itu belum termasuk mansion mewah di Kota Vallauris Golfe-Juan, Cote d’Azur, Prancis. Properti apik yang langsung menghadap ke Pantai Mirandole itulah yang menjadi tempat menginap Salman dan rombongannya pekan lalu. Dan, permintaan istimewa Salman terhadap pemerintah setempatlah yang memantik protes warga.
Menjelang kedatangannya di Prancis, Salman meminta otoritas Vallauris Golfe-Juan menutup Pantai Mirandole untuk umum. Padahal, pantai yang cukup tersembunyi itu adalah surga bagi warga Prancis yang gemar berjemur tanpa busana alias kaum nudis. Karena itu, lahirlah petisi yang didukung sedikitnya 150.000 orang, memprotes permintaan arogan Salman.
Selain menutup pantai, Saudi memaksa pemerintah setempat untuk membangun lift sementara di atas pasir pantai. Tujuannya mempermudah akses Salman ke pantai. Maklum, pengganti Raja Abdullah itu bukan raja yang muda lagi, nyaris kepala delapan. Salman, yang kondisi fisiknya mulai lemah termakan usia dan digerogoti penyakit, jelas ingin bersenang-senang di pantai tanpa susah payah. Karena itu, lift menjadi solusi terbaiknya.
Berbagai kontroversi, menurut The Independent, mewarnai liburan musim panas Salman kali ini. Padahal, sebelumnya, Kerajaan Saudi tidak pernah meninggalkan kesan seburuk itu di benak publik Eropa tiap libur musim panas tiba. Entah itu disebabkan faktor Salman yang memang dikenal suka berfoya-foya atau keterlibatan Saudi dalam perang antiteror di Yaman yang merenggut banyak nyawa.
Mendarat di Bandara Nice dengan Boeing 747, Salman dan rombongannya langsung disambut kritik. Iring-iringan mobil mewah antipeluru dalam kawalan polisi-polisi bermotor memecah keheningan Vallauris Golfe-Juan. Perjalanan dari bandara menuju mansion barangkali menjadi perjalanan paling riuh bagi rombongan Salman. Begitu mereka tiba di tujuan, jutaan suara sumbang langsung menghiasi dunia maya.
Itu belum termasuk konvoi sejumlah kuda jingkrak yang sengaja disewa beberapa pria dalam rombongan Salman untuk berkeliling Prancis. Seolah tidak peduli dengan protes dan kritik netizen, para pengawal atau kerabat Salman enak saja mengunggah gambar-gambar wah mereka di internet. Mulai kudapan mahal, minuman unik, hingga acara berjemur mewah di atas kapal pesiar.
Hobi hura-hura Salman tampaknya kian menjadi setelah menduduki takhta Saudi. Tahun lalu, ketika masih berstatus putra mahkota, Salman juga pernah memantik kritik masyarakat internasional. Tepatnya saat dia berlibur di Kepulauan Maladewa. Saat itu dia mem-booking tiga pulau sekaligus. Biaya sewa tiga pulau tersebut, kabarnya, mencapai USD 30 juta atau setara dengan Rp 405,39 miliar.
Aksi Salman itu membuat resor-resor di Maladewa membatalkan reservasi sejumlah besar tamu. Mereka terpaksa melakukan itu karena Salman dan rombongan menghabiskan tempat. Betapa tidak, saat itu dia membawa serta ratusan orang dalam acara liburannya. Selain sekitar seratus pengawal pribadi, Salman juga mengusung sebuah kapal pesiar mewah dan rumah sakit terapung.
David Weinberg, cendekiawan sayap kanan di Foundation for Defense of Democracies Amerika Serikat (AS), menyebut agenda liburan mewah Salman dan rombongannya sebagai aksi yang kontradiktif dengan ideologi masyarakat Saudi. Sebagai penganut paham Wahabi, penguasa negeri ultrakonservatif itu tidak seharusnya pamer kekayaan di luar negeri.
”Sebagian besar rakyat Saudi geram dan marah menyaksikan agenda hura-hura rajanya di negara Barat yang hedonis,” kata Weinberg. Biasanya, para penganut Wahabi adalah muslim yang tidak pernah meninggalkan salat, selalu berpakaian sopan, dan antialkohol. Sedangkan di internet, rombongan Salman justru pamer minuman beralkohol yang bebas mereka dapatkan di Eropa. (vocativ/theindependent/hep/c11/ami)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dihukum 500 Tahun, Mantan Kepala Intelijen Chili Meninggal di Usia 86 Tahun
Redaktur : Tim Redaksi