jpnn.com - CARACAS - Venezuela sedang dalam kondisi krisis politik dan ekonomi. Presiden Nicolas Maduro dituntut mundur dari jabatannya.
Kamis (1/9) kemarin, kurang lebih satu juta massa turun ke jalan menggelar aksi protes dan mendorong digelarnya referendum untuk mengusir Maduro dari tampuk kekuasaan.
BACA JUGA: Mantan Hakim Rela Bertukar Tempat dengan Pencari Suaka
Pemimpin oposisi dari Democratic Unity Roundtable, Jesus Torrealba mengatakan, unjuk rasa anti-pemerintah yang digelar Kamis (1/9) itu adalah demo paling besar dalam beberapa dekade terakhir.
"Sekitar 950 ribu hingga 1,1 juta lebih warga turun ke jalan mengambil bagian dari aksi ini," kata Torrealba seperti dikutip dari AFP.
BACA JUGA: Trump Mau Bikin Pagar, Minta Dibayari, Meksiko Ogah
Demonstrasi ini disebut sebagai puncak kemarahan warga karena harga kebutuhan sudah mencekik warga, kejahatan dan kekerasan meningkat hingga penjarahan yang merajalela.
"Ini adalah demo bersejarah. Hari ini adalah momen resmi perjuangan kami," kata Torrealba.
BACA JUGA: Gara-gara Manipulasi APBN, Presiden Brasil Dicopot
Para demonstran yang menggunakan dresscode putih itu berbaris di timur ibu kota sambil terus meneriakkan 'pemerintah akan jatuh' atau 'Venezuela kelaparan, masyarakat menderita'.
"Kami ikut bagian dalam barisan demonstrasi ini karena takut mati kelaparan. Kami sudah tidak tajut lagi dengan pemerintah," ujar salah seorang demonstran, Ana Gonzalez (53 tahun).
Namun terpisah, ribuan pendukung Presiden Maduro, dengan dresscode t-shirt dan topi merah juga berunjuk rasa, tentu menyuarakan dukungan kepada Maduro.
Nan paling sibuk dalam peristiwa ini tentu saja aparat bernama polisi. Ratusan polisi dikerahkan, dan terkadang dilaporkan harus mengambil sikap tegas untuk mengadang massa. (adk/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Bu Isabelle Ketahuan Indehoi dengan Siswa, tapi Mengaku Lupa
Redaktur : Tim Redaksi