jpnn.com, BATAM - Wali Kota Batam Muhammad Rudi kaget mendengar tagihan makan dirinya bersama rombongan hingga Rp 30 juta di kawasan Nagoya, Lubukbaja, Batam, Kepri, Kamis (31/8) malam.
Padahal saat itu dia hanya duduk sembari menunggu dimulainya pawai takbiran Iduladha.
BACA JUGA: Bongkar Kasus Eksploitasi Seksual Anak, Polisi Selamatkan Enam Orang Korban
"Yang benar saja makan sampai Rp 30 juta," ujar Rudi saat mendengar jumlah tagihan makan di tempatnya singgah.
Menurut dia, tagihan tersebut sangatlah tidak wajar. Sebab, jumlah rombongannya tak sampai ratusan orang. Apalagi yang dimakan tidaklah banyak.
BACA JUGA: Geber Gas Motor, Dua Pemuda Bonyok Diamuk Geng Motor
"Jumlah itu katanya karena menyewa tempat. Padahal hanya sebentar disana. Dan apa menariknya tempat itu," ujar Rudi yang mulai kesal.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Batam, Jefridin pun sempat berujar jika disana ia hanya minum air putih saja. Dan dia rasa, sangat tidak wajar jika tagihan sampai Rp 30 juta.
BACA JUGA: Polda Kepri Ungkap Kasus Eksploitasi Anak ABG
"Cuma minum air putih masa sampai Rp 30 juta," celetuk mantan Kadispenda Batam ini.
Ditempat yang sama, Wakil Walikota Batam, Amsakar Achmad juga menimpali jika saat itu ia hanya menyicipi segelas kopi.
"Ada kopinya juga. Tapi harga itu sangat tidak wajar," tegas Amsakar.
Sempat terjadi adu argumen antara pemilik resto dengan beberapa perwakilan pegawai Pemko. Namun akhirnya hal itu dapat diselesaikan karena pemilik resto memberi diskon.
Sementara Kabag Tata Pemerintahan (Tapem) Rudi Panjaitan membenarkan kejadian soal tagihan makan bernilai fantastis tersebut. Namun menurutnya, jumlah tagihan itu tak sampai Rp 30 juta, melainkan Rp 6 juta lebih.
"Bukan Rp 30 juta, tapi Rp 6 juta lebih. Kami pun protes karena mahal sekali," terang Rudi yang dihubungi, Jumat (1/9) siang.
Karena tagihan yang dirasa kurang masuk akal, Rudi kembali menghitung jumlah harga makan yang telah dipesan. Dan saat itu terdapat perbandingan harga yang cukup signifikan. Tagihan makan saat itu hanya Rp 2 juta lebih.
"Ternyata selisihnya jauh, kami hitung-hitung hanya Rp 2 juta lebih. Karena nilai beda itu kami protes sama sang pemilik," terang Rudi.
Menurut dia, saat protes bukannya mendapat respon yang baik. Ia malah diserang balik oleh pemilik resto sembari mengancam. Sembari mengambil invoice pembayaran, pemilik resto mengancam dirinya.
"Invoice itu direbut, tapi dia tetap ngamuk dan bilang tak usah dibayar. Ia juga sempat mengancam kami. "Lihat aja apa yang terjadi nanti",' ujar Rudi mengulang perkataan perempuan yang diduga sebagai pemilik resto.
Karena permasalah tersebut, beberapa pegawai Pemko mencoba cari jalan keluar dan bertemu wanita yang diduga pemilik resto.
Namun, lagi-lagi disana, Rudi menilai wanita tersebut kembali melebihi harga. Dimana jumlah total makan sebenarnya Rp 30 juta, namun didiskon menjadi Rp 16 juta.
"Katanya Rp 30 juta itu untuk sewa tempat, padahal kami tak ada sewa tempat," jelas Rudi.
Meski begitu, lanjut Rudi, permasalahaan itu sudah langsung diselesaikan. Pemilik resto mau menerima pembayaran sesuai yang dihitung. Dia pun tak ingin menyebutkan nama resto tersebut.
"Sudah selesai dan clear malam itu juga. Tak ada masalah lagi," pungkas Rudi. (she)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hamdalah, Batam Terpilih Kembali Jadi Tuan Rumah Sirnas 2017
Redaktur & Reporter : Budi