Likuiditas Valas Ketat, Bank Tahan Kredit ValasKonversi Kredit USD ke Rupiah

Jumat, 05 Desember 2008 – 15:08 WIB
JAKARTA - Likuiditas valas yang masih ketat, seiring minimnya pasokan dolar AS (USD), membuat bank memilih untuk tidak menyalurkan kredit berdenominasi USD sementara waktuItu dilakukan untuk menjaga kondisi likuiditas valas di masing-masing bank.

"Kalau tidak, bank akan kesulitan menjaga likuiditas USD-nya

BACA JUGA: Tiongkok Minta AS Lindungi Investasinya

(Karena itu,) kita rem menyalurkan USD karena unpredictable," ujar Presdir PT Bank CIMB-Niaga Tbk Arwin Rasyid seusai coffee morning dengan pemimpin redaksi media massa nasional di Jakarta Kamis (4/12).

Mantan Presdir PT Bank Danamon Tbk itu mengatakan, likuiditas valas perbankan nasional dalam kondisi yang rentan
Sebab, rasio LDR-nya sudah sanga tinggi

BACA JUGA: Kementerian BUMN Janji Awasi Spekulasi Valas BUMN

Sebaliknya, penghimpunan DPK valas bergerak lambat


"Pinjaman berdenominasi valas itu porsinya 20 persen dari total pinjaman perbankan dalam negeri

BACA JUGA: Rekor Akuisisi oleh Perusahaan Asia

LDR valas sudah 93 persen, sudah sangat rentan," kata Arwin"Bandingkan dengan LDR rupiah yang masih aman," imbuh mantan bankir di PT Bank Danamon Tbk itu.

Hal senada diungkapkan Wapresdir PT Bank Central Asia Tbk Jahja SetiaatmadjaMenurut dia, perbankan sudah dalam posisi untuk mulai menahan kredit valasnyaSalah satu jalan yang dilakukan adalah, kata dia, mencoba mengonversi kredit valas menjadi kredit berdenominasi rupiah"Kalau ada yang ingin kredit valas, juga kita arahkan untuk memakai kredit rupiah saja," tutur Jahja

Dirut PT Bank Ekspor Indonesia (BEI) Arifin Indra mengatakan, pihaknya juga mencermati betul penyaluran kredit valas, mengingat likuiditas valas sedang ketatBEI yang merupakan bank dengan fokus pembiayaan ekspor itu memilih untuk mengonversi kredit berdenominasi valasnya"Jika tidak dalam kondisi sangat perlu (valas), semua debitur kita arahkan memakai rupiah," ujarnya

Arwin mengemukakan, dari satu sisi, tingginya LDR valas memberi tanda positif bahwa kredit mengalir lancar"Tapi, kalau (DPK valas) ditarik simpanannya oleh nasabah, bank akan kesulitan," jelasnya

Karena itu, sambung dia, pihaknya mengonversi kredit valas menjadi kredit rupiah"Total kredit valas kita USD 1 miliar, sekarang berhasil dikonversi sekitar USD 100 juta," tutur bankir senior itu.

Menurut Arwin, satu hal lagi yang mesti diwaspadai adalah adanya potensi capital flight ke luar negeri dari deposan-deposan kakapMeski bank di dalam negeri menawarkan bunga deposito di kisaran 13 persen, itu tidak menjamin kenyamanan nasabah mengingat dananya tidak digaransi oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).

"Bunga deposito kita 13 persen, juga di bank lain, itu untuk melindungi ada 40 ribu rekening di mana kontribusinya 40 persen dari total DPK (yang tidak dijamin oleh LPS), ada sekitar Rp 600 triliun," tuturnyaUntuk simpanan berdenominasi valas, pihaknya saat ini memberi bunga simpanan 7 persen(eri/fan)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kuartal III Laba Pertamina Tembus Rp 24,9 T


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler