Likuifaksi tak Hanya di Petobo

Senin, 08 Oktober 2018 – 05:54 WIB
Sejumlah warga meninggalkan perkampungan di wilayah Petobo, Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9/2018). Foto: HARITSAH ALMUDATSIR/JAWA POS

jpnn.com, JAKARTA - Likuifaksi yang menyertai gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebabkan jumlah ribuan korban cukup banyak. Banyak juga warga mengalami luka berat. Bangunan maupun infrastruktur mengalami kerusakan parah di sejumlah titik.

Ribuan warga mengungsi. Warga masih membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, selimut, air bersih dan lainnya. Penanganan masih terus dilakukan. Termasuk evakuasi korban.

BACA JUGA: Cekatan di Lokasi Bencana, Pertamina Memang Jempolan

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat (Pusdatin dan Humas) BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hingga, Minggu (7/10), pukul 13.00, tercatat sebanyak 1.763 korban meninggal dunia.

Perinciannya, di Kabupaten Donggala 159 korban meninggal dunia, Kota Palu 1.519, Kabupaten Sigi 69, dan Parigi Moutong 15 . Sedangkan dari Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar) satu orang.

BACA JUGA: Pray for Sulteng, 1.649 Korban Meninggal Dunia

Menurut Sutopo, sebanyak 1.755 jenazah sudah dimakamkan. Jenazah dimakamkan di beberapa tempat termasuk pemakaman massal. Antara lain di tempat pemakaman umum (TPU) Paboya 753 jenazah , TPU Pantoal 35. Sebanyak 923 jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga. Jenazah di Kabupaten Donggala 35, Biromaru 8 dan Pasangkayu 1 juga sudah dimakamkan.

Selain meninggal, terdapat 2.623 korban mengalami luka berat. Para korban sudah dirawat di sejumlah rumah sakit. BNPB juga mencatat, korban hilang sebanyak 265 orang. “Korban tertimbun 152 orang,” kata Sutopo, Minggu (7/10).

BACA JUGA: Pembobol Mesin ATM di Lokasi Terdampak Gempa Dibekuk

Gempa dan tsunami di Sulteng menyebabkan 62.359 warga mengungsi. Para pengungsi itu tersebar di 147 titik. Gempa dan tsunami juga menyebabkan 66.926 unit. Perinciannya, 66.238 di Sulteng, dan 668 unit di Sulbar.

Selain itu, 2.736 unit sekolah rusak di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi. Sedangkan Rumah Sakit Anutapura mengalami rusak berat, dan Puskesmas Talise, Bulili, Mamboro, Lere, Nosara, Singgani, juga mengalami hal yang sama.

Sutopo melanjutkan, pada H+8 atau Sabtu (6/10), Tim SAR Gabungan menemukan 111 korban meninggal dunia. Yakni, Kota Palu 106 korban, perinciannya di Hotel Roa-Roa 1, Balaroa 83, Petobo 16, Mercure 4, Jalan Kartini 2. Kemudian di Biromaru, Kabupaten Sigi, ditemukan lima korban meninggal dunia.

Gempa dan tsunami juga menyebabkan terjadinya likuifaksi. Sutopo menjelaskan, likuifaksi merupakan fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan. Misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak sehingga tanah yang padat berubah menjadi cairan.

Menurut Sutopo, likuifaksi terjadi jika lapisan berupa pasir, kerikil, batuan apung dan tidak lengket, bersifat lepas (gembur). Kemudian, Kedalaman muka air tanah tergolong dangkal atau kurang dari 10 meter dari permukaan tanah. Likuifaksi juga terjadi jika goncangan gempa bumi lebih dari 6 skala richter, durasinya lebih dari satu menit. Serta percepatan gempa bumi lebih dari 0,1 g.

Menurut Sutopo, tipe perpindahan lateral akibat likuifaksi menyebar secara bebas ke berbagai arah. Meluncur sesuai bidang luncur pada lereng menurun dan muncul di berbagai tempat di beberapa titik.

Lebih lanjut Sutopo menjelaskan, pada 2012 telah dilakukan penelitian oleh Badan Geologi mengenai likuifaksi di Kota Palu. “Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa wilayah Palu merupakan wilayah dengan potensi likuifaksi sangat tinggi,” katanya.

Menurut Sutopo, adanya likuifaksi saat gempa menyebabkan kerusakan bangunan dan korban jiwa di Kota Palu lebih besar dibandingkan dengan daerah lain. Dia mengatakan, perlu dilakukan pemetaan mikrozonasi gempa dan likuifaksi. Sehingga sebaran daerah gempa dan likuifaksi dapat dipetakan secara detail. “Peta mikrozonasi tersebut digunakan sebagai evaluasi untuk penataan ruang Kota Palu,” jelasnya.

Selain di Petobo, likuifaksi terdapat Balaroa, Mpano, Sidera, Jono Oge, Lolu, dan Biromaru, Sigi. Sutopo menjelaskan, likuifaksi di Petobo, Kota Palu, menyebabkan 2.050 unit bangunan terdampak. Luas area yang terdampak 180 ha. Tim SAR telah menemukan 120 korban meninggal dunia.

Sedangkan di Jono Ogo, Kabupaten Sigi, TIM SAR menemukan 33 orang. Sebanyak 31 di antaranya selamat, dan dua lainnya meninggal dunia. Adapun bangunan yang rusak diperkirakan mencapai 366 unit. Kemungkinan rusak 168 unit bangunan. Luas areal terdampak 202 ha.

Kemudian, dampak gempa juga menyebabkan terjadinya pengangkatan dan amblesan di Balaroa, Kota Palu. Korban meninggal yang telah ditemukan Tim SAR 165 jiwa. Jumlah perkiraan bangunan rusak 1.045, luas area terdampak 47,8 ha. (boy/jpnn)

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Respons Pertamina Sangat Membantu Evakuasi Korban Bencana


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler