Lily Wahid: Pelajaran Kebangsaan Bisa Lewat Film

Selasa, 11 Juli 2017 – 18:08 WIB
Lily Wahid. Foto: JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Keterlibatan masyarakat dan penguatan nilai-nilai Pancasila dinilai menjadi kunci pencegahan radikalisme dan terorisme ke depan.

Karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus terus merangkul seluruh elemen masyarakat untuk memasifkan pencegahan terorisme.

BACA JUGA: ISIS Semakin Terdesak di Timur Tengah, Malaysia Ketar-ketir

Selain itu, BNPT juga wajib memperkuat kerja sama dengan lembaga terkait, baik pemerintah maupun ormas dalam penguatan nilai-nilai Pancasila.

"Pelibatan masyarakat ini mutlak dilakukan. Sebab, faktanya banyak pelaku teroris akhir-akhir ini yang berhasil melakukan aksinya karena luput dari pengamatan masyarakat sekitar. Bandingkan dengan dulu, orang yang 'aneh-aneh' lebih mudah dideteksi, baik itu oleh aparat maupun lingkungan sekitar," kata tokoh kebangsaan Lily Wahid menyambut tujuh tahun keberadaan BNPT di Jakarta, Selasa (11/7).

BACA JUGA: Beuuuh...Ansyaad Mbai Sindir DPR

BNPT resmi dibentuk berdasarkan Perpres Nomor 46 tahun 2010 yang ditandatangani Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, 16 Juli 2010.

Mantan anggota DPR RI dari PKB itu menyarankan digalakkan lagi peraturan bagi tamu atau orang baru yang lebih dari 24 jam di setiap lingkungan harus lapor ke RT/RW setempat, terutama di indekos atau kontrakan.

BACA JUGA: Perubahan Drastis Perakit Bom Panci Bandung, Haramkan Kuliah sampai Hobi Memanah

Dia menilai, aturan ini saat ini sudah banyak diabaikan sehingga tamu atau orang baru yang lolos dari pengamatan aparat setempat.

Selain itu, aparat keamanan terutama di tingkat desa dan kecamatan juga ikut proaktif seperti dulu yang dilakukan di setiap polsek dan koramil.

"Dulu, kalau ada orang 'aneh-aneh' didatangi Babinsa atau BabinKamtibmas langsung selesai. Sekarang itu harus dilakukan lagi agar pergerakan terorisme mulai dari tingkat akar rumput sudah terdeteksi," imbuh Lily.

Lily juga menyoroti menurunnya pemahaman nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Dia menilai saat ini pemahaman Pancasila di masyarakat sudah sangat tipis, bahkan bisa dibilang sudah lepas dari ingatan bangsa Indonesia.

Hal ini tidak lepas dari sistem pendidikan di Indonesia dan keberadaan media sosial.

Dia menilai penguatan kembali nilai Pancasila tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi lewat jalur informal.

"Jalur formal melalui dunia pendidikan itu harus. Itu tidak boleh putus dari mulai pendidikan dasar sampai tinggi. Kalau jalur informal, bisa melalui berbagai hal. Contohnya, Amerika saja menumbuhkan rasa percaya diri sebagai bangsa melalui film. Kita juga bisa meniru cara itu yaitu setiap film harus ada konten-konten untuk memberi pelajaran kepada masyarakat tentang kebangsaan. Saya rasa itu bisa efektif dalam membangun kembali jiwa Pancasila bangsa kita," papar Lily.

Apalagi, lanjut Lily, saat ini bangsa Indonesia sedang melakukan revolusi mental sehingga Pancasila itu dimasukkan sebagai bagian dari itu.

Dengan demikian, masyarakat harus tahu apa yang dilakukan untuk bangsanya, terutama dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Pada kesempatan itu, Lily juga menyoroti Rencana Undang-Undang (RUU) Anti Terorisme yang lebih dari setahun ini masih dibahas Panitia Khusus (Pansus) UU Anti-Terorisme.

Menurutnya, UU Anti Terorisme itu nantinya harus lebih fokus ke pencegahan daripada penangkapan.

Dia mendukung komitmen Pansus RUU Anti-Terorisme, meski juga mengkritik terlalu lambannya proses revisi tersebut.

"Pencegahan itu diperlukan payung hukum yaitu UU Terorisme. Harusnya dengan ancaman terorisme yang semakin nyata akhir-akhir ini, UU itu sudah jalan. Namun, masalahnya yang diributkan sekarang bukan masalah pencegahan, tapi soal penangkapan. Akhirnya jadi egosektoral, kan?" tukasnya.

Lily juga menyoroti cara-cara penanganan pelaku terorisme yang dieksekusi di tempat. Menurutnya, aparat jangan semua orang yang dituruh sebagai teroris langsung dimatikan karena itu akan memutus informasi tentang jaringan mereka. Langkah-langkah justru menimbulkan tanda tanya di masyarakat.

"Harus ada yang disisain hidup agar bisa digali informasi tentang jaringan mereka. Pokoknya yang menimbulkan kontroversi tolong dievaluasi agar ke depan penanggulangan terorisme lebih baik dan efektif," tegas Lily. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kerukunan Bakal Buat Indonesia Kebal Dari Terorisme


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler