Sebagai guru besar Universitas Indonesia (UI), mereka termasuk orang-orang yang sibuk dalam kegiatan akademis di kampusNamun, berkat komitmen dan kecintaan pada musik, The Prof, kelompok band yang didirikan para profesor itu, sudah lima tahun eksis.
Laporan ERIKA OCTAVIANA SARI, Jakarta
DENGAN setelan baju warna dominan hitam, para personel band itu tampil energik membawakan lagu-lagu mereka
BACA JUGA: Didera Vertigo, Novelis N.H. Dini Pilih Aktif Melukis
Beberapa kali penonton yang memadati pusat perbelanjaan di kawasan Jakarta Selatan tersebut bertepuk tanganSelama satu jam penuh itu, mereka membawakan 10 lagu
BACA JUGA: Pratiwi Sudarmono, Eks-Calon Astronot yang Sibuk di Penelitian
Meski sudah cukup sepuh, sambil memegang alat musik, beberapa di antara mereka tak sungkan-sungkan menggoyangkan pinggulBACA JUGA: Tahan Hadapi Krisis ala Abdi Dalem Keraton Jogja
Hari itu (14/12) tak banyak penonton yang mengira bahwa 10 musikus tersebut adalah para profesor yang sehari-hari bergulat dengan berbagai disiplin ilmu di Universitas Indonesia (UI)The Professor Band, nama band itu, memang kumpulan profesor yang gemar bermusik.
Menurut Prof Dr Paulus Wirutomo MSc, The Prof, singkatan The Professor Band, resmi dibentuk pada 2003Namun, cikal bakal terbentuknya band itu berlangsung sejak beberapa tahun sebelumnya’’Awalnya hanya ingin mengisi acara wisuda di FISIP (fakultas ilmu sosial dan ilmu politik) dengan main musikWaktu itu hanya dua profesorSaya (bermain drum) dan Prof Martani (Prof Dr Martani Huseini, main saksofon),’’ ujarnya kepada Indo Pos (Jawa Pos Group).
Setelah itu, satu per satu profesor lain di salah satu universitas negeri favorit tersebut ikut bergabungMeski tak rutin, mereka menyempatkan diri berlatih dan mengasah kemampuan bermusik di Fakultas Teknik UI (FTUI)Maka, panggilan untuk tampil di atas panggung pun mulai berdatangan’’Walaupun hanya tampil dalam acara-acara kampus,’’ kata Paulus.
The Prof mendapat kesempatan mempertontonkan kepiawaiannya bermusik di depan masyarakat luas pada ajang Kampanye Dialogis UIMemang, acara terkait pemilu legislatif itu diselenggarakan di Gedung Rektorat UI, kampus DepokTapi, penampilan mereka ditonton masyarakat luas karena disiarkan TVRI.
Sejak itu, mereka kian rutin berlatihTerlebih, ada seorang pelatih profesional yang membimbing mereka, yakni Hary Wisnu yang mahir memainkan saksofon dan fluteTidak heran, panggung demi panggung berhasil mereka tundukkan.
Yang membanggakan, tentu saja bisa tampil dalam Jak Jazz (2006 dan 2007) serta Java Jazz (2007 dan 2008)Maklum, dalam pementasan akbar para insan jazz itu, bukan hanya musisi lokal yang tampilTapi juga musisi mancanegara yang sudah malang-melintang di dunia musik.
The Prof kini biasa berlatih Sabtu atau Minggu malam di sebuah studio musik di kawasan Jalan Darmawangsa dan FatmawatiSekali latihan, mereka biasa menghabiskan waktu sekitar tiga jamTapi, lantaran kesibukan masing-masing, sejumlah profesor sering absen berlatih’’Tapi, nggak apa-apaSebab, kami juga punya pemain-pemain yang bukan profesor,’’ ungkapnya.
Pemain ’’baru’’ itu adalah kalangan dosen dan mahasiswa UIThe Prof, lanjut Paulus, memang tidak ingin terkesan eksklusifSiapa pun yang berminat bisa bergabungSyaratnya hanya bisa bernyanyi atau bermain musik’’Prinsip kami terbuka,’’ tegas guru besar FISIP UI bidang sosiologi yang mahir bermain drum tersebut
Kesibukan para profesor menjalankan tugas akademis seperti mengajar, membimbing skripsi, riset, menguji kandidat sarjana, dan lain-lain membuat formasi lengkap sulit tercapai’’Saat hendak show-nya, ada saja yang nggak bisa hadir,’’ ujarnya
Karena itu, tak seperti band pada umumnya, The Prof tidak punya formasi tetapSetiap pentas, formasinya tidak pernah samaSelain Paulus, formasi The Prof terdiri atas Prof Dr Sarlito Wirawan Sarwono (Fakultas Psikologi), Prof Dr Ronny Nitibaskara (FISIP/Kriminologi), Prof Dr Safri Nugraha (Hukum), Prof Dr Agus Sarjono (Hukum), Prof Dr Benni Hoed (Ilmu Budaya), Prof Dr Ichramsyah ARachman (Kedokteran), Prof Dr Usman Chatib Warsa (Kedokteran), Prof Dr Gumilar Soemantri (FISIP/Sosiologi), dan Prof Dr Nugroho BSukamdani, satu-satunya profesor dari luar UI (Universitas Sahid).
Paulus yang kelahiran Solo, 29 Mei 1949, tersebut mengaku The Prof lebih banyak membawakan lagu bernuansa jazzMereka lebih senang mendendangkan lagu-lagu jadul alias zaman dulu daripada lagu-lagu yang sedang ngetren saat ini’’Banyak lagu lama yang bagusEasy listening, enak didengar,’’ kata suami Catharina Wirutomo tersebut
Sayangnya, di antara sekian banyak lagu yang mereka lantunkan, tak ada satu pun yang diciptakan sendiriHingga kini, para profesor itu tidak merilis lagu sendiriBukan karena tidak mauMereka mengaku sudah berusahaHanya, karena tak pernah punya waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikiran, usaha mereka tidak pernah berhasil’’Akhirnya mandulDitunggu-tunggu nggak ada yang muncul,’’ ujar bapak dua anak itu lantas tersenyum
Bukan hanya karena kesibukan dan sulitnya berkonsentrasiMandulnya The Prof dalam menciptakan lagu diduga juga disebabkan sifat perfeksionis orang-orang pintar tersebut’’(Bagi) profesor itu kan segala sesuatunya harus selalu dipikirkanSementara lagu yang bagus itu kan justru dari celetukan-celetukanKami kan nggak bisaBahasa Indonesia-nya, jelek aja kita malu,’’ tuturnya.
Selama lima tahun berkarir, baru satu album yang mereka telurkanItu pun tidak diperjualbelikan secara bebasAlbum bertajuk The Prof Band tersebut hanya diproduksi sekitar 500 CD dan diedarkan untuk kalangan sendiri pada 2005
Tampaknya, alasan royalti menjadi penyebab tidak dipasarkannya album berisi 16 lagu tersebut’’Kami kan gaya-gayaanNyanyinya lagu The Beatles, Queen(Kalau dijual komersial) kami nggak kuat bayar royalti ke mereka,’’ ujarnya(el)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Mengunjungi Museum Smithsonian dan Madame Tussauds di Washington DC
Redaktur : Tim Redaksi