jpnn.com, BANDAR LAMPUNG - Polresta Bandarlampung menembak mati lima terduga begal pada Sabtu (1/4) pukul 02.15 WIB di jembatan layang Srengsem, Panjang, Bandarlampung.
“Kami masih terus mendalami jaringan lain yang masih berkeliaran dan mencari mangsa di kota ini. Masih kami cari keterkaitannya. Yang jelas, jaringan mereka sementara ini sudah terputus,” ujarnya Kapolresta Bandarlampung Kombes Murbani Budi Pitono kepada Radar Lampung, kemarin (2/4).
BACA JUGA: Menegangkan! Baku Tembak Polisi vs Begal, Lima Mampus
Dilanjutkan, pihaknya juga masih memburu penadah sepeda motor jaringan ini. ’’Ya, masih kami dalami. Karena mereka ini kan menjualnya ke daerah pinggiran di luar Bandarlampung yang dirasa masih aman,” kata Murbani.
Mantan Kabagbinkar Polda Jawa Barat ini menjelaskan, sistem yang digunakan oleh kelima terduga begal yaitu dengan mencari mangsa di jalanan sepi. Mereka juga mengincar wanita dan anak baru gede (ABG) yang mengendarai sepeda motor dini hari.
BACA JUGA: OMG, Pelajar Ini Bikin Pengakuan Mengejutkan ke Polisi
’’Mereka memang ramai-ramai saat hunting. Ketika bertemu korban yang dianggap lemah, mereka langsung menghentikan motornya,” jelas dia.
Setelah mendapat motor hasil rampasan, mereka langsung menyembunyikannya. Tempat itu, kata Murbani, diistilahkan sebagai save place (tempat aman). Mereka menyimpan motor tersebut dengan jangka waktu tertentu hingga kondisi aman.
BACA JUGA: Pembantai Ibu dan Anaknya di Sawah Itu Tetangga Sendiri
Dia memaparkan, komplotan ini menjual motor dengan utuh, dan tidak menggunakan sistem menjual dengan cara mempereteli.
Apakah komplotan ini pemain baru? Murbani menegaskan kelimanya sudah kawakan. Terlebih, menurut dia, sudah lebih dari lima orang yang menjadi korbannya.
Perwira dengan tiga melati di pundaknya itu meneruskan, saat ini dalam perekrutan, kawanan begal memang lebih memprioritaskan ABG. Alasannya, mental remaja lebih berani. ’’Alasan lainnya karena daya jelajah dan mobilitas mereka tinggi,” paparnya.
Pada kesempatan kemarin, Murbani sempat mengungkapkan kekesalannya terkait beredarnya foto para anggota Tekab 308 Polresta Bandarlampung yang berpose di depan jenazah kelima terduga begal yang beredar di media sosial.
’’Saya marah dengan beredarnya foto tersebut. Saya juga sudah perintahkan untuk mencari orang yang menyebarkan foto itu hingga bisa keluar dari lingkup internal kepolisian,” katanya dengan nada kesal.
Dia menjelaskan, sejatinya foto itu digunakan untuk melaporkan keberhasilan tersebut kepada pimpinan dan bersifat internal.
’’Foto tersebut sebenarnya digunakan untuk melaporkan tangkapan itu kepada komandan dan atasan. Dan itu hanya untuk konsumsi internal, bukan buat publik,” tegasnya.
Buktinya, kata Murbani, saat press release di RS Bhayangkara pada Sabtu, pihaknya meminta kepada wartawan untuk tidak memfoto jenazah para terduga begal.
’’Apalagi kan saya juga mendoakan agar arwah mereka diterima di sisi-Nya. Polisi bukan mau unjuk kekuatan, tetapi bertugas untuk melindungi masyarakat,” ucapnya.
Dia memastikan tembak mati yang dilakukan pihaknya terhadap para terduga begal itu merupakan pilihan terakhir. Sebab, kelimanya berusaha melawan dan membahayakan petugas.
’’Itu jalan terakhir. Dan kami juga tidak mau seperti ini. Kami sudah memberikan peringatan, namun tidak diindahkan. Tetapi kami punya SOP (standar operasional prosedur) hingga memberikan tindakan tegas,” pungkasnya.
Diketahui, Tekab 308 Polresta Bandarlampung menembak mati lima terduga begal sekaligus pada Sabtu (1/4) sekitar pukul 02.15 WIB di jembatan layang Srengsem, Panjang.
Kelima orang itu adalah Safar (20), Junaidi Ibrahim alias Yogi (20), dan HE (17), ketiganya warga Desa Negarabatin, serta Rk (17) dan IS (17), keduanya warga Desa Negarasaka.
Dari tangan mereka, aparat mengamankan sejumlah barang bukti berupa sepucuk senjata api rakitan jenis revolver berikut empat amunisi aktif, dua gagang kunci T beserta enam mata kunci T, dua unit motor, dan empat bilah senjata tajam jenis badik. (nca/c1/whk)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Polisi Pelaku Mutilasi Anggota Dewan Dituntut Pidana Mati
Redaktur & Reporter : Budi