jpnn.com - Untuk pelantikan 20 Oktober nanti, presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi) telah memesan baju khusus kepada penjahit langganannya di Solo. Tak tanggung-tanggung, Jokowi langsung memesan sepuluh setel sekaligus. Siapa penjahit yang ketiban sampur itu?
Laporan Endah Budi Karyati, Solo
========================
BACA JUGA: Menilik Hari-hari Terakhir SBY sebagai Presiden
SIAPA yang menyangka bahwa tukang jahit di perempatan depan Terminal Tirtonadi, Solo, itu kini populer. Hampir tiap hari ada saja order jahitan dari para pelanggan. Orang pun akan dengan gampang menemukan tempat tukang jahit ”tradisional” tersebut. Selain papan nama cukup besar yang dipasang di depan gerai, ada gambar baju ”khas Jokowi” yang dipajang sebagai trademark penjahit itu.
Ya, itulah Arjuna Tailor, tukang jahit yang semakin terkenal di Solo setelah punya pelanggan istimewa, presiden terpilih Jokowi. Tailor tersebut sudah menjadi langganan Jokowi sejak yang bersangkutan masih menjabat wali kota Solo. Entah mengapa Jokowi begitu sreg dengan potongan dan jahitan tailor milik Suparto itu.
BACA JUGA: Kisah Satgas Marinir-1 Surabaya Amankan Pulau Terluar
Tapi, Minggu petang itu (14/9) gerai Arjuna Tailor di RT 1 RW 5 Cinderejo Lor, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, Solo, tampak sepi. Rumah berpagar hitam tersebut tertutup rapat. Tidak ada aktivitas apa pun di dalamnya. Hanya dua maneken baju kotak-kota khas Jokowi dan beberapa gulung kain yang terlihat di meja teras rumah. Di tembok teras terdapat semacam majalah dinding (mading) berisi kliping artikel media tentang Jokowi. Artikel-artikel itu dibingkai dalam pigura kaca sederhana.
Setelah wartawan Jawa Pos Radar Solo menunggu cukup lama di luar pagar, sekitar pukul 18.30 sebuah mobil merah berhenti tepat di depan rumah produksi Arjuna Tailor. Dari dalamnya lalu keluar pria baro baya beserta istrinya. ”Sebentar ya, saya salat Magrib dulu,” ujar pria yang tak lain Suparto, pemilik Arjuna Tailor, tersebut. Dia buru-buru masuk rumah untuk menjalankan salat Magrib.
BACA JUGA: Melanggar Aturan Cinta Lingkungan, Surat-Surat Dipersulit
Sekitar 15 menit kemudian Suparto keluar dengan mengenakan kemeja pendek motif kotak-kotak. Bapak empat putra itu mengaku baru pulang dari Jogjakarta untuk menghadiri acara hajatan saudaranya. Karena itu, dia meminta maaf kalau terlambat menemui Radar Solo.
Suparto mengakui saat ini sedang berkonsentrasi menyelesaikan ”tugas negara” membuatkan baju presiden terpilih Jokowi. Jumlahnya sepuluh setel. ”Pak Jokowi sendiri yang order ke saya. Beliau datang ke rumah saya Sabtu lalu (13/9),” jelasnya.
Suparto sebenarnya sudah biasa mendapat pesanan baju Jokowi. Bahkan sejak Jokowi masih menjabat wali kota dulu. Tapi, kedatangan Jokowi Sabtu siang lalu sangat mengagetkan Suparto. Sebab, saat ini Jokowi sudah bukan wali kota Solo lagi, melainkan calon orang nomor satu di republik ini. Sudah pasti kini ke mana-mana calon presiden yang diusung PDIP dan beberapa partai lainnya itu dikawal Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). ”Saya kaget karena Pak Jokowi sendiri yang datang ke sini,” ujar Suparto.
Saat itu Jokowi meminta dibikinkan sepuluh setel baju-celana putih-hitam. ”Bajunya lengan panjang semua. Pokoknya, seperti yang biasa dipakai Pak Jokowi seperti selama ini,” tambahnya.
Menurut Suparto, saat masih menjadi wali kota Solo, Jokowi sering memesan baju di tailor-nya, terutama kemeja batik dan baju putih lengan panjang. Dia tidak meminta model yang neko-neko untuk setiap baju yang dipesan. Termasuk kain yang dipakai untuk baju dan celananya, tidak perlu yang mahal-mahal. ”Yang penting enak dipakai dan nyaman. Maunya sih yang katun karena aktivitas Pak Jokowi sangat tinggi, suka blusukan,” jelas dia.
Suparto mengatakan, kain bahan untuk baju dan celana Jokowi itu dibelinya di toko langganannya di Solo. Untuk membuat sepuluh setel baju-celana tersebut, Suparto membutuhkan 20 meter kain katun putih dan 12,5 meter kain katun hitam. Setelah jadi, sepotong baju dipatok seharga Rp 125 ribu, sedangkan celananya Rp 150 ribu. Harga itu sudah termasuk ongkos jahit dan bahan kainnya.
”Untuk ukuran pejabat seperti Pak Jokowi, harga itu sangat terjangkau. Saya memang tidak mau aji mumpung. Melipatkan harga karena yang pesan seorang pejabat tinggi. Saya sudah sangat bangga menjadi tukang jahit kepercayaan orang sehebat Pak Jokowi, presiden terpilih Republik Indonesia,” beber Suparto yang mengenal Jokowi sejak kecil karena sama-sama tinggal di bantaran Kali Anyar, Solo.
Suparto menjelaskan, daripada saat masih memimpin Solo, sekarang Jokowi sedikit lebih gemuk. Hal itu terlihat dari ukuran pinggangnya yang bertambah 2 cm. Sejak Jokowi sering menjahitkan baju ke tailor-nya, Suparto hafal betul ukuran pinggang suami Iriana tersebut. ”Pinggangnya tambah gemuk sedikit. Kemarin yang diagem (dipakai) itu kan sesak. Biasanya lingkar pinggangnya 80 cm, sekarang 82 cm. Tapi, yang lain masih sama,” ungkap pria kelahiran 11 Mei 1961 tersebut.
Suparto mengatakan, untuk baju informal, Jokowi lebih suka yang agak longgar. Sedangkan untuk kemeja lengan panjang, lulusan Fakultas Kehutanan UGM itu memilih model biasa dengan dua saku di depan, lengkap dengan penutupnya. Untuk sepuluh setel pesanan terakhir ini, Suparto akan membuat lima baju dengan model yang berbeda-beda meski hanya di aksen jahitan atau bentuk sakunya. Sehingga ketika dipakai akan terlihat ada perbedaan di saku-saku bajunya. ”Pokoknya, saya akan membuat baju Pak Jokowi enak dikenakan dan enak dilihat,” tegasnya. Suparto menargetkan akan menyelesaikan seluruh order baju Jokowi itu pada Sabtu nanti (20/9). ”Biasanya kalau sudah selesai, kami antar ke kediaman Pak Jokowi di sini.”
Baju Kotak-Kotak
Salah satu pesanan Jokowi yang fenomenal adalah baju kotak-kotak. Baju khas yang dipakai Jokowi dan pendukungnya saat maju menjadi calon gubernur DKI itu dipesan kali pertama di tailor Suparto. Betapa bangganya Suparto ketika akhirnya Jokowi menang menjadi DKI-1 dengan mengenakan baju kotak-kotak buatannya.
Begitu pula halnya ketika Jokowi maju sebagai calon presiden. Suparto kembali mendapat order ”baju kampanye” Jokowi-Jusuf Kalla. Coraknya tetap kotak-kotak. Bedanya, warna merahnya lebih merah dan warna birunya lebih soft.
”Waktu kampanye pemilihan presiden saya buat 16 potong baju kotak-kotak. Yang delapan khusus untuk keluarga Pak Jokowi, sedangkan delapan lainnya untuk keluarga saya dan ada yang dibeli teman wartawan,” terang dia.
Disinggung mengenai keterampilannya menjahit, Suparto mengatakan sejak 1974 sudah belajar menjahit. Saat itu dia baru saja lulus SD. Setiap hari dia belajar menjahit di tempat kursus yang lokasinya 4 km dari rumah. Pada 1980 Suparto mulai membuka jasa menjahit baju di lokasinya sekarang. Bermodal satu mesin jahit, Suparto merintis usaha jasa menjahit itu. Berbagai kendala dia alami, mulai kekurangan tenaga penjahit untuk menyelesaikan pesanan hingga sepi orderan.
Namun, hal itu tidak menyurutkan niat Suparto untuk bertahan dengan usahanya. Terbukti, kini dia sudah berhasil memiliki rumah produksi sendiri dengan karyawan mencapai 50 orang dengan 30 mesin jahit. Sekarang rumah produksi Arjuna Tailor lebih banyak mengerjakan pakaian-pakaian pesanan dari instansi pemerintah, kantor swasta, atau kampus seperti seragam kerja, jas almamater, dan pakaian batik.
Meski sudah menjadi tukang jahit langganan presiden terpilih, Suparto enggan pindah ke lokasi lain yang lebih representatif atau hijrah ke Jakarta. ”Saya tetap di Solo saja. Biar orang-orang yang datang ke sini. Supaya mereka lebih mengenal Solo,” tutur dia. (*/c9/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Cerita Dua Mantan Komandan Paspampres Kawal Presiden dan Wapres
Redaktur : Tim Redaksi