Listrik Mati di Lumbung

Kamis, 19 November 2009 – 07:29 WIB

 Ayam mati di lumbung bukan lagi kiasan untuk menggambarkan kelistrikan di Indonesia. Di Pulau Kalimantan yang kaya-raya akan batubara, hampir seluruh kotanya krisis listrik dengan sangat gawatBukan sejak sebulan yang lalu, tapi sudah 10 tahun atau 20 tahun lamanya.  Kota seperti (deretan nama-nama kota ini anggap saja pelajaran baru ilmu bumi): Pontianak, Singkawang, Sanggau, Ketapang, Pangkalanbun, Sampit, Palangkaraya, Samarida, Balikpapan, Penajam, Tanahgrogot, Bontang, Sengata, Tanjungredep, Tanjungselor, Tarakan, sampai ke kota penting di dekat negara tetangga seperti Nunukan dan Tanatidung bukan main menderitanya.

 Tidak terhitung lagi orang yang kehilangan rumah karena lampu mati

BACA JUGA: Dua Pilihan Akal Sehat Plus Satu Gila

Mereka menyalakan lilin, ketiduran,  lantas rumah yang umumnya terbuat dari kayu terbakar
Kisah pilu seperti  itu menjadi berita koran lokal yang tidak habis-habisnya

BACA JUGA: Dicari, Payung yang Berhemat Rp 10 Triliun

Kebetulan, saya memiliki koran di semua kota yang disebut terdahulu itu dan yang akan disebut kemudian.

 Lalu, generasi masa depan macam apa yang akan tercipta dengan kondisi listrik seperti itu?  Belum lagi penderitaan para investor
Mencari investor yang mau masuk ke  daerah-darah itu bukan main sulitnya

BACA JUGA: Perbaikan Gardu Listrik nan Lama

Investor rasional pasti langsung mengabaikan daerah-daerah ituTapi, begitu ada investor yang ?emosional? (biasanya ada hubungan darah dengan salah satu daerah tersebut seperti saya),  kekecewaanlah yang diberikan oleh PLNBanyak investor hotel-hotel bagus menderita karena listriknya mati-mati terusBanyak investor perumahan yang rumahnya sudah siap tapi listriknya tidak ada.

 Itu bukan cerita satu bulan yang laluCerita duka tersebut sudah terjadi sejak lebih dari 10 tahun yang laluAtau sejak 20 tahun silamSampai hari iniTetangga dekat Kaltim di Sulawesi seperti Mamuju, Palu, Poso, Luwuk, Gorontalo, Tolitoli, Kendari, dan bahkan Makasar pun kurang lebih juga samaPadahal, membawa batubara yang murah dari Kaltim ke Palu hanya perlu menyeberang satu malam.

 Saya tidak perlu lagi menyebut kota seperti Tanjungpinang di Riau, Pangkal Pinang di Bangka, Tanjungpandan di BelitungBelum juga menyebut Ambon, Lombok, Kupang, Flores, Ternate, Sorong, Jayapura, Merauke?Pokoknya, sebutlah nama kota di mana saja di luar JawaLebih mudah menyebut yang krisis listrik daripada yang tidak.

 Kesabaran para gubernur seperti gubernur Kaltim, gubernur Kalteng, dan gubernur Kalbar sudah habis karena terus-menerus didemo rakyatnyaJuga gubernur di wilayah lain tadiTapi, para gubernur itu hanya bisa meneruskan suara pendemo itu ke PLNSebab, hanya PLN yang diberi hak untuk memiliki dan mengelola listrik di seluruh Indonesia nan luas iniTapi, suara pendemo itu datang dari tempat yang terlalu jauh dilihat dari kantor pusat PLN nun di Jakarta sana.

 Begitu kaya Kalimantan akan batubaraTapi, mayoritas pembangkit listrik di kawasan tadi menggunakan diselMaka, PLTD (pembangkit listrik tenaga diesel) menjadi raja di sanaRaja yang haus uang, tapi lembek tenagaHaus uang karena menghabiskan uang negaraLembek karena lemah sekali tenaga listrik yang dihasilkannyaPadahal, wilayah itu begitu kaya akan batubaraKaya-rayaSuperkaya.  Tapi, kekayaan itu tidak membawa berkah ke diri sendiriBatubara itu mengalir ke India, Thailand, Tiongkok, Jepang, bahkan sampai ke Eropa dan AmerikaIbarat lagu Gesang, "batubara Kaltim itu mengalir sampai jaaaaauuuuuh"Sampai membuat wilayah Kalimantan dan Sulawesi sendiri terlupakan.

 Kalau saja ada pikiran sehat untuk mengubah wilayah itu, betapa gembiranya rakyat di seluruh kawasan tersebutMengapa kita yang begitu kaya batubara tidak mampu memanfaatkannya untuk membuat rakyatnya sendiri tersenyumMemang pernah dicoba untuk mengatasinyaPLN mengadakan tender pembangunan PLTU di beberapa wilayah yang disebut tadiPLN juga sudah menyatakan berpuluh-puluh investor sebagai pemenang tendernya.  Kalau saja semua berjalan baik, hari ini wilayah-wilayah tersebut sudah mulai sedikit terangTapi, sampai hari ini, sudah tiga tahun kemudian, tidak satu pun para pemenang tender itu menyelesaikan pekerjaannyaBahkan,  sebagian besar belum memulainya sama sekaliSebagian lagi menghentikannya.

 Ada persoalan kecerdasan mendasar dan kejujuran yang kurang ditegakkan di siniSistem tender itu harus diubah totalDireformasi habis-habisanPadahal, kalau PLTD-PLTD itu diubah semua menjadi PLTU kecil dan menengah, bukan saja rakyat di wilayah itu bisa tersenyum, menteri keuangan yang cantik itu pun akan ikut tersenyumNegara bisa berhemat  paling sedikit Rp 20 triliun setahun.  Baca: Rp 20.000.000.000.000/setahunDan lagi, kalau wilayah-wilayah itu punya listrik, investor berdatangan ke sanaPenghasilan pajak juga naik.  Tenaga kerja akan mengalir ke sana:  tidak perlu lagi ada dana transmigrasi!

 Pandai benar orang yang menciptakan peribahasa ?ayam mati di lumbung? ituDia berhak berbangga karena ada contoh yang pas untuk membuktikannya: listrik kita!

BACA ARTIKEL LAINNYA... Polri Terhibur di DPR


Redaktur : Auri Jaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler