Lokasi Wisata Baru Bernama Jeglongan Sewu, Kritik Pedas

Rabu, 22 November 2017 – 05:56 WIB
Sejumlah pekerja melakukan tambal sulam di ruas jalan nasional di wilayah Ngawi. Foto: Dokumentasi/Radar Ngawi

jpnn.com, NGAWI - Para warganet menyindir kondisi jalan di Ngawi, Jatim, dengan menyebut ada lokasi wisata baru bernama ’Jeglongan Sewu’.

Maklum, banyak jalan masih belum diaspal alias jalan tanah. Juga banyak ’ranjau darat’ berupa lubang menganga.

BACA JUGA: Banyak Warga Jatuh Akibat Proyek Tol Batang-Semarang

Ungkapan warganet itu rupanya cukup mengena, di tengah geliat Pemkab Ngawi menjalankan program city branding sejak tahun lalu.

’’Kami tidak mau lagi Ngawi dijuluki punya wisata Jeglongan Sewu (seribu lubang, Red),’’ ucap Sekda Ngawi M. Sodiq Triwidiyanto kemarin (21/11).

BACA JUGA: Km 44 Trenggalek-Pacitan Masih Rawan

Sodiq menjelaskan, pemkab terus berupaya memperbaiki kualitas jalan. Termasuk, menagih tanggung jawab dari PT Solo Ngawi Jaya (SNJ) maupun PT Ngawi Kertosono Jaya (NKJ), selaku pemegang konsesi proyek nasional tol.

Pun, kepada PT Waskita Karya (Persero) selaku kontraktor pelaksana. Sebab, ada indikasi puluhan kilometer jalan kabupaten rusak itu akibat terdampat pembangunan tol Solo-Ngawi-Kertosono.

BACA JUGA: Atas Ruang Kelas Roboh, Risma Panik, Kaki Kiri Patah

’’Banyak jalan rusak itu akan membuat sulit pengembangan Ngawi sebagai kawasan investasi. Yang rusak bukan hanya jalan kabupaten, tapi juga jalan nasional,’’ jelasnya.

Kata dia, investor tidak hanya melihat ada tidaknya potensi di daerah. Namun juga kemudahan transportasi dengan baiknya infrastruktur jalan menuju kawasan tersebut.

Sebab hal tersebut berpengaruh juga pada biaya transportasi investor dalam menjalankan bisnisnya.

’’Investor jelas punya hitungan matang sebelum memilih tempat berinvestasi,’’ kata pejabat asal Kota Madiun itu.

Makanya, Sodiq juga meminta Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPU-PR) Ngawi untuk berkomunikasi dengan DPU Provinsi terkait potensi kerusakan jalan nasional itu.

Langkah itu dilakukan untuk mengantisipasi kerusakan makin parah di wilayah jalan nasional. Terutama yang masuk wilayah Ngawi. Seperti dari empat penjuru Ngawi – Caruban, Ngawi – Maospati, Ngawi – Mantingan, dan Ngawi – Bojonegoro.

Sebab, status jalan tersebut bukan di bawah kendali pemkab Ngawi melainkan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional wilayah Ngawi.

’’Jalan nasional kan bukan kewenangan kami, tapi BBPJN atau Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR),’’ ucapnya.

Dia tidak mau citra Ngawi yang sedang dibangun saat ini rusak hanya karena ruas jalan yang tidak layak.

Sedangkan untuk jalan kabupaten, pihaknya masih terus meminta kontraktor pelaksana jalan nasional tol hingga sub kontraktornya bertanggung jawab.

Memperbaiki semua ruas jalan yang rusak akibat pembangunan proyek nasional itu. ’’Sudah jelas dari awal sebab, akibat, dan konsekuensi dari pembangunan tol itu, termasuk normalisasi jalan yang komitmennya kami tunggu dari kontraktor pelaksana,’’ tandasnya.

Pantauan wartawan Radar Madiun, perbaikan jalan nasional dilakukan secara mandiri oleh BBPJN Nganjuk. Perbaikan menggunakan anggaran pemeliharaan berkala yang dimiliki Kementerian PUPR.

Tidak ada ikatan antara BBPJN dengan kontraktor jalan tol Solo – Ngawi – Kertosono. Meskipun kerusakan jalan tersebut diakui oleh BBPJN disebabkan salah satunya oleh pembangunan poros trans Jawa yang melintasi Ngawi – Madiun.

’’Kendaraan tol kebanyakan overtonase, dan leluasa lewat karena proyek pemerintah pusat,’’ ujar salah seorang kontraktor jalan nasional Ngawi – Maospati yang namanya enggan disebut di media.(ian/ota)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dua LC Karaoke Pakai Narkoba agar Kuat Goyangannya


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler