Lolos dari Kanker Kelenjar Ludah

Mulut Jadi Kering, Kulit Menghitam Seperti Lele Bakar

Minggu, 18 Desember 2011 – 12:37 WIB
AKIBAT penyakit kanker yang menyerangnya 23 tahun silam, Rawinas Saleh tak lagi mempunyai kelenjar ludahMulutnya selalu kering

BACA JUGA: Menonjol, Kekerasan Seks pada Anak

Kanker menyerangnya tatkala teknologi kedokteran tak secanggih seperti saat ini
Perempuan yang kini berusia 59 tahun ini menuturkan pengalamannya melawan kanker kelenjar ludah.


Sebelum dinyatakan terkena kanker, Rawinas sering merasa sakit kepala tanpa sebab

BACA JUGA: Jadikan Donor Darah sebagai Lifestyle

Ada yang menduga dia hanya stres menjalani pekerjaannya di Askes Center RSUD AW Sjahranie
Namun sakit kepala ini tak juga berkurang

BACA JUGA: Kalung Cantik untuk Hadiah Natal

Bahkan suatu kali pernah setelah senam, Rawinas merasakan sakit pada bagian lehernya

“Sesekali leher saya seperti ditusukSaat diraba ada benjolan seukuran kacang ijo,” ujar Rawinas, Jumat (16/12) lalu.

Warga Jalan Pramuka Blok F No 12 Samarinda ini kemudian memeriksakan keganjilan ini pada dokter dan dokter memintanya melakukan operasi pengambilan sampel di RSUD AW SjahranieKala itu, tahun 1988, hasil sampel harus dikirim ke Instalasi Patalogi Anatomi RSU dr Soetomo Surabaya"Waktu itu, RSUD AWS belum mempunyai  dokter spesial PAJadi hasil PA dikirim ke SurabayaSekitar dua minggu baru ada hasilnya," ujarnya didampingi sang suami Hamsi Djamhari.
 
Dari hasil PA diketahui Rawinas menderita kanker kelenjar ludahIbu dua anak ini langsung syokAirmatanya mengalir"Waktu itu penyakit kanker sangat jarang di IndonesiaOrang beranggapan, yang terkena kanker sudah pasti matiPokoknya kata orang tak ada harapan hidupPikiran saya saat itu kalutTak menyangka kok bisa kena kanker kelenjar ludahSaya terus menangis," ujar ibu dari Henny Riska dan Benny Rahadian ini.
 
Oleh dokter, Rawinas disarankan berobat ke Jakarta atau ke SurabayaPerempuan kelahiran Padang, 2 Mei 1952 ini memilih Jakarta karena keluarganya lebih banyak di ibukota negaraBersama suami, dia berangkat ke Jakarta pada akhir Agustus 1988“Kami ke Jakarta naik pesawat terbang dari Sepinggan BalikpapanWaktu itu orang naik pesawat jarangHanya pejabat tinggi yang sering menggunakan pesawatPenerbangan dari Balikpapan ke Jakarta waktu itu juga cuma 2 kali,” tambah Hamsi.
 
Hamsi mengaku, kala itu banyak dibantu rekan-rekannya di Kanwil Departemen Kesehatan Kaltim (saat ini Dinas Kesehatan)Tiket pesawat terbang katanya, dibeli dari urunan uang rekan-rekannyaBahkan pimpinannya memberikan sangu selama di Jakarta“Rekan-rekan di kantor saat itu juga ikut prihatinMereka membayangkan penyakit kanker sangat sulit disembuhkan dan akan membutuhkan biaya yang besar,” tutur Hamsi, yang selama pengobatan terus menemani Rawinas.

Rawinas menjalani perawatan di RSU Cipto Mangunkusumo (RSCM) JakartaWaktu itu katanya, para dokter RSCM sempat bingung menghadapi kasus kanker kelenjar ludah karena masih sangat jarang“Waktu itu di Indonesia, ada 3 penderita kanker kelenjar ludahTiga lainnya sudah ditanganiYang terakhir sayaDokter belum berpengalaman menangani kasus kanker seperti ini, karena itu RSCM kemudian membuat timKasus saya sekaligus jadi pembelajaran,” jelasnya.

Rawinas menjalani operasi pada 5 September 1988Dokter membedah dari bagian bawah telinga kanan hingga di bawah dagu sebelah kiriPanjangnya sekitar 15 meterBenjolan-benjolan kecil pada bagian kelenjar ludah dibuangPembedahan yang berlangsung 6 jam ini membuat sebagian wajah Rawinas rusak dan tak akan sulit untuk normal kembaliNamun demikian, bagi anak keenam dari delapan bersaudara ini yang terpenting nyawanya bisa diselamatkan.

“Selama beberapa bulan saya kesulitan makanSaya juga tak bisa bicara dengan lancar akibat pembedahan dan kelenjar ludah saya yang sudah tak ada lagi,” ujarnya
 
Setelah pembedahan, Rawinas melanjutkan pengobatan radioterapi untuk membunuh sel kanker yang tersisaRadioterapi dilakukan 25 kaliMulai Senin sampai JumatSabtu dan Minggu liburRadioterapi ini ternyata sama menyakitkannya seperti saat operasiBagian leher dan dada Rawinas yang terpapar radiasi langsung berubah kehitaman“Semakin lama kena radiasi semakin hitamAkhirnya, kulit saya persis seperti lele bakarDaerah yang terpapar radiasi ini tak boleh kena air selama 3 bulan,” ujarnya

Tak hanya ituRadiasi memang tak membuat rambutnya rontok, tetapi gigi Rawinas menjadi keropos“Gigi keropos ini tak boleh dicabutJadi sepanjang hari selama bertahun-tahun saya hanya bisa menahan rasa sakit pada gigiSetelah 8 tahun, baru bisa dicabut,” ujar perempuan yang sekarang tak lagi mempunyai gigi iniSelain itu, nafsu makannya juga menurunBerat badan Rawinas sebelumnya 54 kilogram, namun sejak terkena kanker sampai menjalani pengobatan turun drastis tinggal 36 kilogram.

Penderitaan lainnya, Rawinas tak lagi mempunyai ludah, karena kelenjar ludah yang diserang kanker sudah dibuangMulutnya selalu terasa kering“Bisa dibayangkan ketika orang menjalankan puasa sepanjang hariMulutnya akan terasa keringTapi yang saya alami lebih parah dari itu, karena saya tak bisa lagi memproduksi ludahJadi mulut saya terus-terusan kering, hingga sekarang (sudah 23 tahun, Red.)Karena itu saya harus banyak minum air putih,” jelasnya lagi

Tapi semua penderitaan itu bisa ditutupi oleh orang-orang di sekitar RawinasMenurutnya, orang-orang terdekat sangat berperan memberi motivasiTerutama suaminya, Hamsi“Semangat untuk sembuh itu datang dari diri sendiriTapi semangat itu tak akan bisa tumbuh bila tak disupport oleh keluargaSaya bersyukur keluarga banyak memberikan motivasi selama saya menjalani pengobatanTeman-teman di tempat kerja juga memberi supportSelama pengobatan saya juga banyak berdoa,” ujar nenek 2 cucu ini.
 
Rawinas menjalani perawatan selama 4 bulan di RSCMSetelah agak membaik, dia menetap di rumah saudaranya di Jakarta sambil melakukan rawat jalan di RSCM.  Beberapa bulan kemudian dia sudah melewati masa rawan dan diperbolehkan pulang ke Samarinda“Selama satu tahun saya cuti tak bekerja,” ujarnyaSuaminya juga cuti selama beberapa bulan“Waktu itu kantor memaklumi masalah yang tengah dihadapiSetelah saya pulang ke Samarinda, suami kembali bekerja,” ujarnya.
 
Rawinas melewati masa kritisnya selama 10 tahunSaat ini, kanker di tubuhnya sudah dipastikan tak berbahaya lagiSaat ini dia hanya merasakan efek-efek samping dari pembedahan dan radioterapi, seperti kulit di sekitar lehernya yang mengeras dan giginya yang sudah habis“Sekarang teknologi pengobatan sudah berkembang pesatDokter-dokter juga sudah berpengalaman menangani kankerMungkin efek samping yang saya alami tak lagi terjadiPaling tidak rasa sakitnya tidak seperti dulu kala teknologi tak secanggih sekarang,” ujarnya. (mukhransyah/kaltimpost)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Fesyen Muslim Show di Paris


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler