Longsor Sampah Tewaskan Belasan Pemulung

Rabu, 21 Februari 2018 – 14:49 WIB
Tempat pembuangan sampah di Maputo yang longsor dan menyebabkan 17 pemulung tewas. Foto: EPA

jpnn.com, MAPUTO - Mencari makan dan mati di tumpukan sampah. Seperti itulah nasib 17 penduduk Hulene, Maputo, Mozambik.

Hujan lebat memang melanda wilayah tersebut sejak Minggu (18/2). Imbasnya, tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Hulene longsor dan menimbun penduduk.

BACA JUGA: Hujan Bom di Ghouta, 98 Nyawa Melayang

Sejauh ini baru 17 orang itu yang dinyatakan tewas. Namun, jumlah korban jiwa sangat mungkin merangkak naik.

’’Kami akan terus mencari jenazah yang tertimbun sampah,’’ ujar Despedida Rita, dewan penasihat Distrik Ka Mavota.

BACA JUGA: Pembantai 17 Orang di Florida Minta Tak Dihukum Mati

Berdasar data Reuters, longsor terjadi Senin (19/2) pukul 03.00 waktu setempat. Tumpukan sampah dengan ketinggian sekitar 15 meter itu mengubur tujuh rumah di sekitarnya.

Rumah-rumah kumuh itu tentu dibangun secara ilegal. Pemerintah Kota Maputo sudah berulang-ulang meminta penduduk untuk pindah. Namun, mereka tidak menggubris permintaan itu.

BACA JUGA: Krisis Ayam, Ratusan Gerai KFC di Inggris Tutup

Penduduk yang tinggal di lokasi tersebut biasanya bekerja sebagai pemulung. Mereka mencari sampah di TPA terbesar di Maputo itu dan menjualnya untuk menyambung hidup.

’’Saya tinggal di sini karena tidak memiliki tempat tujuan,’’ kata Maria Huo. Putranya termasuk korban luka. Dia mengatakan siap pindah jika pemerintah menyediakan tempat untuk relokasi.

Kontributor BBC Jose Tembe mengungkapkan bahwa TPA itu ada sejak 1980-an. Menurut dia, Pemerintah Kota Maputo sudah berulang-ulang membersihkan bangunan kumuh di sekitar TPA tersebut saat musim hujan datang.

Mereka yang dipindah itu diberi sepetak lahan untuk tempat tinggal. Namun, begitu musim hujan berakhir, para pemulung tersebut kembali lagi. Pemerintah sudah lama menggaungkan penutupan TPA Hulene.

Namun, sejauh ini rencana tersebut tidak pernah terealisasi. Tidak kunjung ditutupnya TPA itu juga menjadikan pemulung terus kembali ke sana.

Para pekerja kesehatan sudah lama memperingatkan efek samping tinggal di dekat lokasi pembuangan sampah. Lalat, bau menyengat, dan gas beracun yang dihasilkan sampah-sampah tersebut tidak baik bagi tubuh.

Meski begitu, tekanan ekonomi membuat penduduk tidak punya pilihan selain tinggal dan mencari penghidupan di tempat pembuangan sampah tersebut. (sha/c15/dos)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Tiongkok Gelontorkan Rp 10 T untuk Muslim Uighurs


Redaktur & Reporter : Adil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler