Lonjakan Harga Minyak Belum Ganggu APBN

Jumat, 21 Januari 2011 – 18:48 WIB

JAKARTA — Harga minyak dunia masih mengalami fluktuiasiSaat ini, harga minyak dunia masih tetap berada pada posisi USD 90 per barel

BACA JUGA: Antisipasi Kriminalisasi Pajak, KADIN Gandeng KPK

Bahkan di hari perdana tahun 2011, harga minyak dunia pernah menyentuh level puncak hingga USD 92 per barel, atau yang tertinggi sejak Oktober 2008.

Meski demikian pemerintah belum khawatir
Sebab, kenaikan harga minyak dunia itu belum mengganggu APBN

BACA JUGA: Jaga Inflasi, Pemerintah Tunda Pembebasan Bea Masuk

Pelaksana tugas (Plt) Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementrian Keuangan, Bambang Permadi Brojonegoro, mengatakan bahwa pemerintah terus mewaspadai harga minyak


Meski demikian, APBN dipastikan masih dalam kondisi aman sehingga tidak perlu melakukan evaluasi asumsi makro

BACA JUGA: Bersihkan Aparat Perpajakan, Menkeu Siap Buka-bukaan

"Itu (harga minyak dunia) memang menjadi salah satu concern kita, tapi kita tidak bisa melihatnya dari kondisi sesaat saja melainkan harus melihat rata-rata tahunanInsyallah (APBN) masih aman," kata Bambang di Jakarta, Jumat (21/1).

Kecendrungan meningkatnya harga minyak dunia kata, Bambang, lebih disebabkan pengaruh iklim di kawasan Eropa yang cukup memukul berbagai bidangSelain itu, secara global saat ini beberapa negara sedang mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi mereka seperti di India dan AS.

"Kondisi yang mulai membaik pasti akan meningkatkan permintaan minyak, itu juga yang harus kita monitor terusSekarang saya akan pelajari dulu dan fokus kemungkinan bila memang ada perubahan di APBNP 2011," kata Bambang.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan bahwa pemerintah telah melakukan berbagai langkah antisipasi bila harga minyak dunia semakin tak terkendaliTerutama karena dalam APBN 2011, harga minyak Indonesia (ICP) ditetapkan USD 80 per barel"Kita sudah siapkan antisipasi soal kenaikan harga minyak ini dan akan terus melakukan evaluasi," kata Agus.

Penyebab naiknya harga minyak dunia, kata Agus pula, diyakini terjadi karena percepatan manufaktur di negara-negara industri dan alasan cuaca ekstrem, sehingga menyebabkan cadangan minyak mentah Amerika Serikat (AS) semakin menurunPenurunan cadangan minyak mentah AS di kilang-kilang mereka itu bahkan mencapai lima pekan berturut-turutHarga minyak AS sendiri sempat mengalami penurunan USD 12 sen menjadi USD 91,43 per barel.

Meski demikian, jelas Agus, masyarakat dan dunia usaha di Indonesia tidak perlu terlalu panik bakal terjadi krisis akibat melonjaknya harga minyak duniaSebab kondisi ini katanya, sudah jauh hari diantisipasi oleh pemerintah"Kita sudah pernah mengalami hal ini pada tahun 2008 laluDan kita sudah punya sistem untuk mengatasinya," tegasnya.(afz/jpnn)


BACA ARTIKEL LAINNYA... Dunia Bergejolak, Asumsi Makro Indonesia Tetap


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler