jpnn.com, PALEMBANG - Ratusan penumpang terpaksa jalan kaki lewat jalur walk way setelah Light Rail Transit (LRT) Sumsel yang mereka tumpangi mogok, Minggu sore (12/8).
Ini yang ketiga kali, setelah sebelumnya juga sempat mogok, pada 1 dan 10 Agustus lalu.
BACA JUGA: Puan: Fasilitas Asian Games 2018 di Sumsel 99 Persen Siap
Informasi yang berhasil dihimpun, semula LRT berangkat dari Stasiun DJKA (OPI Mall) menuju Stasiun Bandara Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II, sekitar pukul 16.56 WIB.
Tapi baru jalan sekitar 3 km, tiba-tiba LRT mengalami shutdown (mati total) sekitar pukul 17.00 WIB sebelum sampai Stasiun Polresta atau persisnya di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Sumsel, Jakabaring. Kondisi itu memicu ratusan penumpang ikut panik karena listrik maupun AC ikut mati total. Ada tangisan balita, sampai penumpang yang memaksa ingin keluar LRT karena kondisi dalam ruangan gelap.
BACA JUGA: Atlet Asian Games Mulai Ramaikan Jakabaring Sport City
PT Kereta Api Indonesia (KAI) selaku operator LRT lalu melakukan prosedur evakuasi mendadak dengan mengeluarkan seluruh penumpang dari dalam LRT. PT KAI membuka pintu dan meminta seluruh penumpang keluar LRT lalu berjalan kaki menuju stasiun terdekat di Jakabaring yang jaraknya sekitar 1 km.
“Baru saja naik LRT dari Stasiun DJKA. Tidak sampai 10 menit tiba-tiba kereta mati. Kami tak tahu pasti penyebabnya. Matinya mendadak, lalu lampu dan AC ikut mati,” ujar Yuliarti (32), warga Jl Angkatan 45 yang mengaku baru pertama kali mencoba naik LRT ini. Karena kondisinya gelap dan panas, Yuli yang dibincangi di Stasiun Jakabaring itu mengaku banyak yang panik dan minta buka pintu LRT, mau keluar.
BACA JUGA: LRT Sumsel Mogok Lagi, ini Dugaan Awal Penyebabnya
“Ya, takut nunggu di dalam kereta. Nanti terjadi apa-apa, kan kami tidak tahu. Waktu itu juga tak dijelaskan apa penyebabnya, cuma katanya gangguan teknis,” ujarnya. Tetapi memang, operator kemudian meminta penumpang keluar dan berjalan menuju stasiun terdekat. “Karena perintahnya seperti itu ya kami keluar jalan kaki melewati jalur LRT menuju Stasiun Jakabaring. Dari sana penumpang banyak turun,” jelasnya.
Selain Yuliarti, kepanikan juga dirasakan penumpang lain. Ada yang berjibaku segera keluar dari LRT sambil berdesakan, ada petugas Dishub yang menggendong seorang anak, dan ada pula yang mengaku takut berjalan di ketinggian. “Waduh, kalau bisa jangan lagi. Ngeri jalan di atas jalur kereta,” ujar Fatimah (23), warga Jl Panca Usaha, 5 Ulu kemarin.
Yang kasihan, penumpang yang bawa anak. “Tadi ada anak-anak nangis,” tuturnya. Dia berharap, ada evaluasi menyeluruh supaya insiden mogok di jalan jangan terjadi lagi dan rugikan penumpang. “Padahal fasilitasnya sudah bagus, nyaman, dingin. Tapi kalau mogok-mogokan, kan bahaya,” jelas perempuan yang rencana mau turun di Stasiun Bumi Sriwijaya (Picon) ini.
Terpisah, Humas PT KAI Divre III Palembang, Aida Suryanti, membenarkan jika kereta LRT mogok lagi. Namun, kali ini pihaknya belum bisa memastikan apa penyebabnya. “Iya benar, Pak. Penyebabnya masih kami investigasi,” kata Aida saat dikonfirmasi.
Walau begitu, Aida menyebut hari itu juga kereta sudah kembali beroperasi. “Langsung tim teknis melakukan perbaikan. Sudah benar lagi sekitar satu jam kemudian,” tuturnya. Diakuinya, penurunan penumpang ke jalur kereta merupakan bagian dari prosedur darurat evakuasi penumpang. “Cara evakuasinya ya seperti itu jika kereta mengalami mall function. Penumpang diturunkan dan diminta berjalan kaki melalui walk way (jalur kereta) ke stasiun terdekat,” tuturnya.
Dia pun memastikan penumpang yang melintasi walk way tetap aman. Aida pun membantah jika jalur kereta dialiri listrik. “Sebelum penumpang diturunkan, kami sudah memastikan jika itu aman dilalui. Kami tidak sembarangan untuk itu,” terangnya. Atas kejadian ini, Aida pun meminta maaf kepada penumpang serta masyarakat. “Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Tim sedang melakukan perbaikan dan menyelidiki penyebab kejadian,” tuturnya.
Terpisah, General Manager Sekretaris Perusahaan PT INKA (persero), I Ketut Astika, mengatakan, pihaknya sudah mendapat laporan dari pengelola LRT PT KAI terkait mogoknya salah satu kereta. Untuk kejadian itu, diduga ada kabel penghubung yang menabrak sesuatu sehingga kabel terlepas dan menyentuh current collector device (CCD) yang membuat arus listrik terputus.
“Jadi gangguan di CCD itu yang buat LRT shutdown. Namun, kita juga masih menginvestigasi penyebab kejadian ini secara menyeluruh,” cetusnya. CCD sendiri merupakan salah satu perangkat kereta LRT untuk meng-collect arus listrik dari third rail ke sumber penggerak kereta.
Salah satu kabel netral yang ada di dalam perangkat itulah yang terlepas dan tersangkut ke pelindung CCD, sehingga membuat kereta secara otomatis langsung dalam kondisi off. Begitupun fasilitas seperti AC dan lampu tak bisa difungsikan.
“Kabel itu terlepas. Kami belum tahu kenapa bisa lepas. Kemungkinan saat beroperasi terbentur sesuatu. Kami juga sedang cari tahu. Tapi sekarang kereta sudah kembali berjalan,” ucapnya. Sesuai prosedur, Ketut juga mengakui sesuai prosedurnya penumpang dalam kereta harus dievakuasi untuk cegah hal tak diinginkan.
Dia pun tak menampik jika sebelumnya mogok juga sudah terjadi dua kali. Pertama kali pada 1 Agustus lalu, uji beban hari pertama LRT menuju stasiun Bandara SMB II, ketika hujan deras mogok di depan Hotel Santika Premier Bandara sejam pukul 13.30-14.30 WIB. Saat itu mati karena sensor pintu terlalu sensitif, namun lampu dan AC tidak mati.
Insiden kedua mogok 10 Agustus pukul 11.00 WIB saat kereta mau berangkat dari Stasiun Bandara SMB II. Keberangkatan molor 100 menit, kaerna adanya gangguan teknis dari jaringan persinyalan yang dikelola PT LEN. “Supaya insiden ini tak terus terulang, kami akan melakukan evaluasi setiap kendala. Tak hanya pada keretanya, tetapi keseluruhan sistem,” jelasnya.
Kepala Humas Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan, Eben Torsa belum mau berkomentar terkait persoalan ini. “Kita investigasi dulu. Kalau sudah pasti penyebabnya baru kita rilis. Mungkin besok (hari ini, red),” tandasnya.
Di sii lain, mendekati gelaran Asian Games 2018, PT KAI selaku operator menambah jumlah trainset yang beroperasi. Sebelumnya Rabu (8/8) lalu, PT KAI telah menambah trainset menjadi 3 unit, kemarin (12/8) ditambah lagi 1 unit menjadi 4 trainset. “Penambahan jumlah trainset untuk mengakomodir membeludaknya jumlah penumpang,” lanjut Aida.
Dijelaskan hingga 11 Agustus, jumlah penumpang sudah mencapai 73.973 orang. “Penumpukan penumpang memang terjadi saat akhir pekan. Sabtu kemarin saja jumlahnya penuh sampai 10.216 penumpang, artinya memang sangat ramai,” sebutnya. Dengan tambahan 1 unit trainset itu, terangnya, membuat jumlah keberangkatan kereta bertambah menjadi 38 kali dari sebelumnya 30 kali. “Waktu tunggu atau headway juga dipersingkat menjadi 37 menit dari sebelumnya 50 menit,” ujarnya.
Penambahan trainset juga mengantisipasi kedatangan atlet dan ofisial serta tamu undangan Asian Games. Dimana sejak 10 Agustus lalu, beberapa atlet dari negara peserta sudah mulai berdatangan. “Jadi nantinya trainset LRT akan diprioritaskan untuk atlet. Namun, tidak ditutup bagi penumpang umum,” terangnya.
Dijelaskan, penentuannya melihat kondisi ketersediaan kereta atau gerbong yang ada saat kedatangan atlet. Misal untuk satu jadwal keberangkatan dari tiga gerbong dipakai dua untuk mengangkut atlet, ofisial, dan media peliput. “Satu gerbongnya lagi mengangkut penumpang umum, bisa seperti itu,” jelasnya.
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) LRT Sumsel, Suranto, mengatakan, penambahan kereta memang terus dilakukan hingga dimulainya perhelatan Asian Games mendatang. “Jadi saat Asian Games nantinya LRT Sumsel bisa beroperasi penuh,” ucapnya.
Dari 8 trainset yang direncanakan beroperasi, baru 7 trainset yang ada di Depo Jakabaring. Satu unit lagi masih belum datang. Tapi, kondisi itu tak akan menghambat operasional LRT. Selain penambahan kereta, pihaknya juga akan menambah akses stasiun. Saat ini, baru enam stasiun yang bisa diakses. “Rencananya pada 15 Agustus, 11 stasiun beroperasi, kalau sekarang baru enam. Tim juga sedang mengebut penyelesaian jalur akses menuju stasiun,” pungkasnya.
Di sisi lain, mulai hari ini (13/8) pukul 07.00 WIB, Polresta Palembang akan menerapkan sistem buka tutup lalu lintas mulai Simpang Charitas-Jembatan Ampera-Jakabaring. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Sumsel, Nelson Firdaus menjelaskan teknisnya nanti diatur Satlantas Palembang.
“Waktunya pukul 07.00-21.00 WIB. Jadi, jika sedang ditutup, dari Simpang Charitas kendaraan akan langsung dialihkan lewat Jembatan Musi II,” jelasnya. Sebaliknya dari Plaju, Seberang Ulu, atau Jakabaring mau ke Seberang Ilir dialihkan ke Kertapati menuju Jembatan Musi II. Nah, jika seandainya jalur Charitas-Ampera-Jakabaring lancar, jalan tersebut akan dibuka kembali. “Itu yang namanya buka tutup,” cetusnya.
Dia pun menyangkal jika ada larangan melintas di jalan protokol selama Asian Games dari Bandara Sultan Mahmud Badarudin (SMB) II menuju Jakabaring. “Itu tidak benar. Yang benar itu, pelarangan parkir di badan jalan sepanjang jalur tersebut. Makanya kita siapkan 9 kantong parkir dan kendaraan bisa memarkirkan kendaraannya di sana,” tuturnya. Dikatakan, semua kebijakan ini berlaku sampai Asian Games 2018 selesai awal September nanti. “Setelah itu, untuk parkir badan jalan kita akan tinjau ulang,” cetusnya.
Kapolresta Palembang, Kombes Pol Wahyu Bintono Hari Bawono melalui Kasatlantas, Kompol Andi Baso Rahman menyebut kebijakan buka tutup jalur Charitas-Jembatan Ampera-Jakabaring untuk memastikan kelancaran arus lalu lintas selama Asian Games 2018.
“Penutupan jalan sifatnya fleksibel melihat kondisi. Misal jika ada rombangan mobil atlet ofisial dari hotel menuju JSC atau lalu lintas padat kendaraan, kami akan menutup jalur Charitas dan Ampera,” tuturnya.
Saat penutupan, masyarakat akan dialihkan ke jalur alternatif. Namun, bagi pegawai instansi pemerintah, swasta, mahasiswa bisa melintas dengan menunjukkan ID Card. Dalam waktu tertentu, saat arus lalu lintas lancar, jalur Charitas-Ampera akan dibuka kembali. (kos/kms/fad/ce1)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Oknum Sipir yang Jadi Kurir Narkoba Itu Terancam Dipecat
Redaktur & Reporter : Budi