jpnn.com - Syahdan, pianis legendaris Vladimir Horowitz pernah menolak recording suatu komposisi lagu. Alasannya ketika itu adalah “my level is not enough for this song.”. Namun, siapa sangka, lagu yang sangat sulit bagi sang legenda ternyata dapat dimainkan secara apik oleh pianis belia asal Surabaya. Dia adalah Evelyn Zainal Abidin.
=====
BACA JUGA: Kisah Pendiri Brimob yang Akhirnya jadi Pahlawan Nasional
KOMPOSISI yang dimaksud di sini adalah karya akbar dari salah satu pianis berpengaruh abad 20, Sergei Rachmaninoff.
Jika sang komposer masih hidup, tentu dirinya tidak menyangka jika ada pianis muda yang jarak domisilinya puluhan ribu kilometer dari tempatnya lahir, mampu memainkan karyanya dengan luar biasa.
BACA JUGA: Kamar Tidur Presiden di Istana, Beda Bantal tapi Pernah Satu Tempat Tidur
Tak sekadar main saja, tetapi Evelyn juga telah menggelar konser tunggal yang keseluruhan komposisi yang dia mainkan merupakan karya komposer Rusia yang hidup antara tahun 1873 – 1943 itu.
Kondisi depresi yang dirasakan Rachmaninoff saat dia mencipta lagu seabad silam mampu diaplikasikan lewat tekanan tuts yang tegas namun lugas dari Evelyn yang tahun ini baru genap berusia 16 tahun. Atas prestasinya itu, Evelyn pun diganjar world record dari MURI.
BACA JUGA: Cara Rocker Erix Soekamti "Bersedekah" Dirikan DOES University
Pengakuan atas kemampuan dara kelahiran 18 Maret 1999 itu tak hanya berhenti di situ. Total Evelyn sudah mencatatkan namanya dalam empat rekor MURI. Bahkan, rekor pertamanya dia catatkan saat masih berusia 10 tahun.
Sama seperti remaja kebanyakan, Evelyn juga sosok yang ceria. Ketika ditanya apa hobinya selain bermusik, dengan cepat dia menjawab membaca buku dan nongkrong di mal bersama teman.
Namun, di balik itu semua, putri pasangan Eva Tanudjaja dan Djainuddin itu memiliki sisi jenius dalam bidang musik.
Selain konser komposisi Rachmaninoff yang dimainkan di Sydney Opera House, Australia 2014 silam, sudah banyak konser maupun perlombaan yang diikuti oleh sulung dua bersaudara itu.
Terbaru, Oktober lalu, dia tampil apik di salah satu gedung kesenian ternama dan berkelas di dunia musik, Carnegie Hall, New York.
Itu adalah penampilannya yang ketiga di gedung bersejarah dimana mendiang Rachmaninoff pernah menggelar konser tunggalnya pada tahun 1931. Kedatangan Evelyn Oktober silam bersama-sama dengan tim Indonesia Recital yang dikomandani tokoh musik klasik Indonesia, Jaya Suprana.
Dalam konser terbarunya di sana, Evelyn membawakan dua komposisi. Kali ini bukan milik Rachmaninoff tetapi dari sang mentor sendiri, Jaya Suprana. Yakni Geguritan dan Aforisma. ”Bangga sekali ya bisa jadi salah satu orang Indonesia pertama yang perform tiga kali di gedung Carnegie Hall,” katanya.
Bagi pecinta film drama comedy itu, musik memang jalan hidupnya. Berkenalan dengan piano pada usia 4 tahun, rasa cintanya terus tumbuh hingga saat ini. Bahkan, kini namanya menjadi salah satu dari 13 nama yang lolos audisi dari seluruh Asia untuk menempuh pendidikan di sekolah musik ternama, Nanyang Fine Art Academy, Singapura.
Menariknya, semua prestasi itu diraih Evelyn dalam usia yang masih sangat belia. Bahkan, dari semua temannya di kampus, dia adalah yang paling muda. Kini kemampuan bermusiknya makin matang setelah mendapat polesan langsung dari salah satu guru musik piano terkenal di Asia, DR Nicholas Ong.
“Beliau sudah mengganggap saya seperti anak sendiri. Jika teman lain hanya sesekali saja bisa bertemu dan latihan dengan beliau, saya bisa hampir setiap hari. Ini tentu sangat berpengaruh pada peningkatan kemampuan saya. Support beliau sangat luar biasa, bahkan untuk konser terakhir kemarin saya mendapat dukungan yang besar pula,” ujar alumnus Sekolah Ciputra Surabaya itu.
Salah satu bentuk support yang dia terima adalah absensinya yang tetap terisi kala harus mengisi konser di Amerika Serikat. ”Absensi kan menjadi hal yang utama di kampus tersebut. Absen 2 – 3 kali saja bisa mempengaruhi nilai. Nah, pas konser kemarin, syukur absensiku tetap ditulis hadir. Karena dinilai performance di Carnegie Hall itu juga membawa nama baik kampus,” jelasnya.
Meski sudah tiga kali tampil di Carnegie, juara pertama American Protégé itu tetaplah dihinggapi rasa nervous. Namun, untungnya, dukungan sang mama yang selalu ada di sampingnya mampu sedikit menenangkan batin. ”Kalau nggak ada Mama, mungkin lain ceritanya,” katanya sambil melirik manja sang ibunda.
Konser di Carnegie Hall Oktober lalu dihadiri oleh beberapa tokoh. Di antaranya Dubes RI untuk AS, B. Bowoleksono, Dubes RI untuk PBB Desra Percaya, Mantan Menhan Purnomo Yusgiantoro, Wakil Dubes RI untuk PBB M. Anshor serta Konjen RI New York G. Dharmaputra. (pda/mas/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Asoy...Cantiknya Sunset di Tebing Lombok Utara
Redaktur : Tim Redaksi