-----------------------------------------------------
AGUNG PUTU-AGUS WIR, Jakarta
-----------------------------------------------------
TEPAT pukul 14.15, Sekretaris I Panitia Nasional BMKT (Benda asal Muatan Kapal Tenggelam) Sudirman Saad duduk di meja di atas panggung hall lantai 1 bersama perempuan berjilbab
BACA JUGA: dr Phaidon L Toruan, Tingkatkan Nutrisi Siswa IFA dengan Menu Tradisional
"Dengan ini lelang dibuka untuk umum," kata perempuan yang ternyata panitia lelang itu lantas mengetukkan palu sekali di atas mejaTak lama, "Karena tidak ada penawar dalam lelang ini, lelang saya nyatakan ditutup," sambung perempuan itu
BACA JUGA: Perampokan Berdarah di Cirebon, Gaji Guru Satu Kecamatan Amblas
Kemudian, sekali lagi dia mengetukkan palu di mejaSetelah ditutup, Menteri KKP Fadel Muhammad, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik, serta Sudirman Saad memberikan klarifikasi seputar lelang benda-benda bersejarah tersebut
BACA JUGA: The Professor, Band Para Guru Besar Universitas Indonesia
"Kami akan melapor kepada presiden tentang kegagalan lelang ini," kata Fadel.Dia juga menjelaskan bahwa proses pengangkatan barang hingga lelang telah memenuhi standar internasional"Kalau mau jujur, tidak ada ruginya menjual barang iniYang berkepentingan justru pemerintah TiongkokIni kan barang-barang mereka," ujar Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.
Sempat terjadi insiden kecil ketika Fadel berbicaraSeorang pria bernama Dwi Erlangga menginterupsi dan menolak penjualan benda-benda bersejarah tersebutPetugas kemudian mengamankan Dwi.
Dalam lelang itu, artefak yang diangkat dari bangkai kapal yang diperkirakan tenggelam pada 969 dan 971 tersebut tidak dibawa ke Gedung Mina Bahari IIITapi, benda-benda itu tetap disimpan di gudang BMKT di Jalan Pajajaran, Tangerang Selatan, Banten
Lelang tersebut tidak dilakukan secara eceran, tapi keseluruhan dengan harga awal USD 80 juta (sekitar Rp 720 miliar)Peserta lelang harus menanam 20 persen dari harga awal, yakni USD 16 juta (sekitar Rp 144 miliar)Sebenarnya pesertanya adaTapi, sampai hari pelelangan, tidak ada yang memberikan deposit.
Artefak tersebut umumnya berupa porselen dan barang pecah belah"Saya kira itu barang-barang muatan kapalSedangkan (artefak) berupa emas, tasbih logam, dan benda-benda berharga lainnya milik penumpang," kata Luc Heyman, komandan perburuan harta karun tersebut"Hal itu terlihat dari penempatannyaBarang berharga diletakkan di bagian belakang dekat tempat penumpang," lanjut Luc yang ditemui di coffee shop Hotel Mulia, Senayan, Jakarta.
Ada gagang pisau bertulisan Arab berlapis emas, koin perunggu, perhiasan, genta, botol, gelas, dan lain-lainBerdasar koin-koin itulah, kapal diperkirakan karam antara tahun 969 dan 971Kapal tersebut diprediksi bikinan bangsa Austronesia, yakni masyarakat yang tinggal di Nusantara bagian barat ?Sumatera, Malaysia, Champa (Vietnam), dan kawasan Tiongkok Selatan"Yang jelas bukan buatan Jawa," tegas Horst Liebner, staf ahli arkeologi KKP.
Sebab, lanjut dia, posisi Jawa saat itu belum signifikanIndonesia juga belum menjadi jajahan BelandaPenjajah tersebut baru datang ke Indonesia pada abad ke-16"Itu dugaan sementara kamiYang jelas, rute kapal tersebut dari kawasan Tiongkok Selatan menuju kawasan Semarang, Jawa Tengah," jelas Liebner.
Kapal tersebut terdampar di kedalaman 58 meter di bawah laut sekitar CirebonPT Paradigma Putra Sejahtera (PPS), perusahaan yang mengantongi izin eksplorasi kapal tenggelam dari KKP, mengevakuasi muatan kapal tersebut ke daratanKarena tak bisa melakukan sendiri, Presiden Direktur PPS Adi Agung Tirtamarta mengajak Cosmix Archeological Underwater Research and RecoveryLuc Heyman adalah direktur pelaksana Cosmix.
Berapa pembagian honor antara PPS dan Cosmix? Luc enggan menjawab"Itu rahasiaPokoknya, bagianku lebih banyak dari dia," ujar Luc sambil menunjuk Adi Agung lantas tertawa lepasAdi hanya melengos.
Pria 53 tahun itu menjelaskan, setidaknya ada dua cara untuk mendeteksi kapal tenggelamPertama dengan penelitian dokumenSejak era imperialisme, kapal-kapal Eropa punya dokumen keberangkatan dan kedatanganJika ada kapal karam, pasti tercatat dalam arsip, lengkap dengan jalur, nama kapal, asal dan tujuan, sampai jenis muatan"Saya punya rekan yang khusus meneliti itu di EropaSudah 30 tahun dia bekerja dengan kami," paparnya
Cara kedua adalah by chance"Bisa juga disebut by accident," kata Luc lantas terkekehBiasanya, yang paling banyak tahu soal itu adalah nelayanMisalnya, saat menjaring ikan, mereka mendapati jaringnya nyangkut di porselen atau keramik muatan kapal
Para nelayan tersebut biasanya menginformasikan kejadian itu ke pemerintah setempatCara itulah yang mengawali perburuan harta karun di Laut Cirebon.
Pada 2003, sekelompok nelayan yang melaut di sekitar Cirebon mengalami kesulitan menarik jaringnyaSalah seorang nelayan lantas menyelam dengan peralatan seadanya ke dasar laut"Ternyata, jaring tersangkut di mangkuk porselen," ungkap Luc lantas mengembuskan asap rokok putihnya.
Nelayan berhasil membawa sejumlah porselen dengan jaringNamun, mereka tak bisa membawa lebih banyak karena kedalamannya mencapai 58 meter di bawah lautMenyelam sedalam itu butuh peralatan selam komplet karena tekanan air bisa mengancam nyawaPara nelayan lantas melaporkan temuan tersebut ke pemerintah setempat yang kemudian diteruskan ke KKP.
Mendengar kabar itu, Luc langsung turun bersama sejumlah rekannyaDia menyewa sebuah kapal nelayan dan berangkat menuju koordinat 05? 14?55" Lintang Selatan dan 108?58?39" Bujur Timur dari JakartaPerjalanan itu memakan waktu 30 jam.
Dengan peralatan selam lengkap, Luc turun ke titik yang disebut nelayanBenar saja, dia melihat gunungan mangkuk porselenPanjang gunungan itu mencapai 40 meter dengan lebar sekitar 20 meter"Dalam istilah kami bukan gunungan, tapi tumulus," katanya.
Luc lantas membawa beberapa porselen ke arkeolog sekaligus melapor ke KKPKementerian itu bersama sejumlah kementerian lain lantas menyetujui untuk menggali situs
Sebuah kapal dengan panjang 71 meter buatan Irlandia didatangkan bersama 20 penyelam khusus arkeologi"Awalnya memang 20 orang dari luar negeriTapi, mereka saya minta mengajar tenaga lokal agar bisa menggantikan merekaPada akhir penggalian, tinggal lima sampai enam orang, sisanya dari tenaga lokal semua," katanyaTNI dan Polri ikut mengamankan penyelaman.
Penyelaman dilakukan dengan membuat peta imajiner lengkap dengan garis koordinatnyaPeta itu menempatkan tumulus dan perkiraan bagian kapal dilihat dari atasTiap kali mengambil porselen, penyelam harus menuliskan dari koordinat mana barang-barang tersebut diambil"Itu agar bisa diteliti secara ilmiah," jelasnya.
Pengangkatan artefak tersebut dilakukan secara manual dengan alat penarik dari kapal rak per rakDua puluh penyelam secara bergilir menyelam selama 22 ribu kali.
Dalam usianya yang sudah lebih dari setengah abad, Luc masih tampak sehat dan bugarMengenakan kemeja lengan panjang putih dan celana krem dipadu sepatu kulit high ankleRambutnya warna perak menipis di bagian tengahTubuhnya tegap, kulitnya yang putih tampak lebih cokelat karena terbakar matahari"I love sea," ujarnya"Dia juga cinta laut," imbuhnya sambil menunjuk Adi Agung.
"Love apa?" kata AdiLuc mengulang kalimatnya secara perlahan kepada lelaki dandy di depannya itu"Enggak kaliLove woman sih iyaIni gara-gara kebanyakan di laut, jadinya agak sinting," ujar Adi sambil memberi tanda dengan jari tangan di dahiKeduanya kemudian tertawa lepas.
Kehidupan pria berkebangsaan Belgia tersebut memang tak bisa dilepaskan dari lautPada 1977, dia menjadi atlet profesional lomba balapan kapal keliling duniaKetika itu, dia masih berusia 20 tahunKarena itu, dia akrab dengan banyak jalur pelayaranMulai Eropa, benua Amerika, hingga Asia, dan Afrika"Semua jalur sudah saya jajal," tegasnya.
Pada 1993, bapak empat anak tersebut mulai belajar menyelam sembari terus berlayar keliling duniaDia juga sudah coba-coba melakukan penyelaman arkeolog, tapi masih enggan melepas dunia sailing secara keseluruhanBaru pada usia 40 tahun, Luc benar-benar pensiun dari lomba balap kapal layar.
Setelah pensiun dari atlet balap kapal, Luc ingin tantangan baruDia kemudian menekuni hobi menyelam sekaligus mempelajari peninggalan-peninggalan arkeologi bawah laut"Dunia bawah laut menyajikan keindahan yang orang tak banyak tahu," ungkapnya.
Dia lantas bergabung dengan sebuah lembaga penelitian arkeologi bawah lautPraktik pertama dilakukan di Vietnam pada 1993Namun, debut penyelaman arkeologi itu tak suksesTak banyak temuan di negara komunis tersebutApalagi, kondisi ekonomi di negara itu tak terlalu stabil
"Kata temanku di Vietnam, kamu bisa jadi jutawan kalau kamu mau bekerja di siniSaya jawab tidakUntuk menjadi jutawan di Vietnam, kamu harus jadi miliarder dulu karena kamu akan kehilangan banyak uang," katanya lantas terkekeh.
Luc menolak disebut pemburu harta karunDia lebih sreg disebut penyelam arkeolog"Orang beranggapan kami ini memburu harta-harta bawah laut dan menjualnyaMemang ada yang dijual untuk membiayai proyekIni kan juga ada orientasi penelitian dan kesejarahan," ungkapnya.
Penyelaman arkeologi itu lantas bergeser ke FilipinaNegara pimpinan Gloria Arroyo tersebut punya komitmen tinggi terhadap konservasi benda-benda arkeologiHasil temuan pun tidak dilelangBarang-barang penyelaman itu dibagi 70:30Pemerintah Filipina mendapatkan bagian lebih banyak"Pemerintah Filipina sangat menghargai benda-benda arkeologis," ujarnya lantas tersenyum.
Dari ratusan penyelaman di Filipina, tidak semua menghasilkan duitUmumnya hanya porselen, keramik, dan kapal nonkargo yang karamDari sepuluh tahun penyelaman di Filipina, hanya 20 penyelaman yang menghasilkan benda-benda berharga(*/c5/cfu)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jika Rambutnya Dipotong, Dia Kesurupan
Redaktur : Tim Redaksi