Madan si Bocah Penjual Pisang Cokelat, Pengin jadi Tentara

Jumat, 21 Desember 2018 – 00:56 WIB
Muhammad Ramadhan berjualan Pisang Cokelat Karamel untuk membantu sang ibu. Foto: Wahyu Ramadhan/Radar Banjarmasin/JPNN.com

jpnn.com - Muhammad Ramadhan merupakan sosok bocah yang selalu ceria. Ia gampang tersenyum dan tertawa. Tapi ceritanya mungkin membuat kita tak mampu berkata-kata.

WAHYU RAMADHAN, Banjarmasin

BACA JUGA: Inovasi Teknologi Memperlambat Proses Penuaan Dini

Selasa (18/12) siang, cuaca Banjarmasin cukup panas. Lalu lalang kendaraan bermotor yang melintas di kawasan Jalan Simpang Ulin Banjarmasin tampak menyemut. Sebagian di antara kendaraan bermotor, berjejer rapi memasuki pintu masuk Duta Mall.

Berjarak hanya beberapa meter dari pintu masuk mal, tepat di samping Masjid Al Falah, seorang bocah tampak asyik duduk bersila. Memakai kaus dengan motif garis berwarna biru dan hitam, celana jins selutut, namun tanpa alas kaki.

BACA JUGA: Lahir sebagai Laki – laki, Ikut Miss Universe 2018

Bocah itu tersenyum lebar. Sambil menawarkan kue kepada siapa pun yang melintas di hadapannya. “Kak kue kak. Silakan beli kak,” rayunya.

Bocah itu bernama Muhammad Ramadhan. Umurnya dua belas tahun, anak kedua dari dua bersaudara yang kini tinggal bersama tantenya di kawasan Jalan Prona IV, Pekapuran Raya, Banjarmasin.

BACA JUGA: Peziarah Makam Gus Dur tak Hanya dari Jawa tapi juga Aceh

Madan - sapaan akrab Muhammad Ramadhan - sudah bertahun-tahun berjualan kue Pisang Cokelat Karamel di kawasan tersebut. Sejak ia duduk di bangku taman kanak-kanak (TK), hingga kini duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cempaka Putih.

Dalam sehari, ia menjajakan sedikitnya 30 kue yang disimpan rapat dalam sebuah kotak transparan berbahan plastik. Menjualkan kue yang dibuat oleh salah seorang warga yang tinggal di Gang Damai, Pekapuran A, Banjarmasin.

“Bila laku semua, aku membawa pulang Rp60 ribu. Dari situ, aku dapat upah Rp22 ribu. Terkadang bisa kurang dari itu. Karena harus membayar beberapa pisang cokelat yang kumakan kalau lapar,” ungkapnya, kemudian tertawa.

Madan merupakan sosok bocah yang ceria. Ia selalu tersenyum dan tertawa. Selain itu, ia juga tak segan berbagi kisah kepada siapa saja terkait kehidupan pribadinya.

Awalnya, ia berjualan hanya sekadar untuk menambah uang jajan sekolah. Namun, karena suatu hal, bocah ini harus membantu mencari nafkah untuk orang tuanya. Lebih khusus untuk sang ibu yang kini tengah mendekam di dalam penjara.

“Upah hasil jualan, aku tabung dulu. Bila sudah banyak, kuserahkan ke ibu setiap pekan,” tuturnya.

Lantas, bagaimana ayahnya? Madan enggan bercerita. Namun satu hal yang pasti, kakak kandungnya sekarang juga tengah bekerja di salah satu tempat olahraga biliar di Banjarmasin. Mengumpulkan uang seperti dirinya, demi membantu meringankan beban sang ibu.

Terlepas dari duka yang ternyata menyelimuti, Madan ternyata bukan lah bocah sembarangan. Di kalangan warga yang kerap nongkrong tak jauh dari tempatnya berjualan, ia bagaikan artis. Lamanya ia berjualan, membuat dirinya dikenal oleh siapa saja. Mulai dari tukang ojek, sopir bajaj, hingga pegawai di mal.

Salah seorang tukang ojek di kawasan tersebut, Rahman, menjelaskan bahwa Madan merupakan sosok bocah periang dan gemar membantu orang-orang.

“Yang saya ingat, dahulu ia sering membantu orang tua yang ingin menyeberang jalan,” kenangnya, seraya membenarkan bahwa Madan memang sudah cukup lama berjualan di kawasan tersebut.

Setiap anak, tentu punya mimpi. Demikian pula dengan halnya Madan. Dengan mantapnya, ia menjelaskan bahwa ketika dewasa nanti, ia ingin menjadi seorang prajurit TNI.

“Aku ingin mandiri dulu dengan berjualan ini. Bila sudah dewasa nanti, aku ingin masuk TNI. Bisa membela negara dan menolong siapa yang membutuhkan bantuan,” tuntasnya, sembari merapikan kotak kue yang kini tak menyisakan satu pun kue di dalamnya. (war)

BACA ARTIKEL LAINNYA... DPR Setuju Honorer K2 jadi PPPK, Bagaimana Revisi UU ASN?


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler