jpnn.com, KARANGASEM - Gunung Agung kemarin (5/12) sempat mengalami gempa tremor overscale dari pukul 14.41 hingga pukul 14.59 wita.
Kemudian pukul 16.26 hingga pukul 16.50 wita dengan total durasi 42 menit.
BACA JUGA: Harus Gerak Cepat demi Recovery Pariwisata Bali
Asap kawah yang bertekanan sedang juga teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 1.500 meter di atas puncak kawah.
Kabid Mitigasi PVMBG I Gede Suantika menjelaskan bahwa adanya gempa tremor overscale mengindikasikan adanya pergerakan aliran magma ke permukaan kawah.
BACA JUGA: Fasilitas MCK Minim, Pengungsi Antre sejak Dini Hari
Meskipun saat ini memang terjadi perlambatan pertumbuhan lava di dalam kawah, pihaknya belum bisa menyebutkan estimasi lava pada kawah secara pasti.
“Tadi sempat hujan deras dan terjadi tremor overscale total 42 menit. Untuk mengetahui lava di dalam kawah harus ada pengukuran menggunakan drone,” tegasnya.
BACA JUGA: Gunung Agung Erupsi, Kunjungan Wisman Turun 15 Persen
Kepala Sub Bidang Mitigasi Pemantauan Gunungapi Wilayah Timur Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Devy Kamil Syahbana menambahkan, hingga Selasa pagi untuk keegempaan masih tercatat adanya gempa vulkanik maupun gempa low frekuensi.
“Bedanya kalau kemarin gempa low frekuensi lebih banyak dari gempa vulkanik. Dimana gempa low frekuensi mengindikasikan adanya aliran fluida ke permukaan, bisa gas dan bisa cair. Dan kemungkinan jika energi cukup kuat maka akan menghasilkan suara letupan saja bukan dentuman,” paparnya.
Ia menambahkan, jika dari deformasi, menurutnya saat ini ada kecenderungan befluktuasi, setelah pada tanggal 30 Desember hingga 3 November 2017 lalu mengalami deflasi.
“Dan deflasi berkaitan dengan pertambahan beban apa yang ada pada permukaan atau adanya pengurangan tekanan dalam tubuh Gunung Agung,” imbuhnya.
Sementara itu, secara geokimia gas yang terekam masih gas magmatik dengan kandungan 1.300 ton per hari, meskipun asap cenderung berwarna putih ada konten SO2 (belerang) di dalamnya yang mengindikasikan bahwa aktivitas magmatik masih berlangsung sama seperti saat status waspada dan siaga tetapi konten gas berbeda. Sudah ada SO2 dan sudah ada komponen magmatiknya,” lanjut Devy.
Dia juga mengatakan bahwa tingginya kandungan SO2 juga kemungkinan menyebabkan daerah di sekitar Gunung Agung kembali tercium bau belerang yang menyengat.
Dan berdasarkan hasil pantauan satelit, lava masih mengisi ke permukaan kawah dengan laju melambat namun masih mengalami pertambahan.
Jika sebelumnya pada periode erupsi tanggal 25 hingga 29 November 2017 lalu sudah langsung sampai 20 juta meter kubik, kini dari 30 November hingga kemarin ketinggian lava masih bertambah.
“Namun masih cukup jauh sampai ke bibir kawah. Karena jarak lava sampai meraih bibir kawah masih sekitar 120 meter. Dibandingkan, Gunung Sinabung 1,5 juta hingga 2 juta ton, kawah sudah penuh dan menghasilkan awan panas dengan jangkauan 5 kilometer,” bebernya.
Kendatipun dikatakan mirip, namun ada perbedan dengan tahun 1963.
Dimana pada tahun 1963 pertumbuhan lava lebih cepat, sehingga sehari setelah erupsi lava sudah gugur.
“Kemungkinan dulu kawahnya tidak sebesar saat ini sehingga lava lebih cepat mengisi permukaan kawah,” sambungnya.
Di beberapa titik juga masih teramati glow (sinar terang) dari kawah yang mengindikasikan masih ada efusi lava.
Lava yang masih panas dengan temperatur 900 hingga 1.300 derajat celcius akan mampu menyinari asap pada bagian bawah.
Sedangkan lava yang sudah berinteraksi dengan udara di sekitarnya temperaturnya akan turun menjadi 700 hingga 800 derajat celcius.
Atas kondisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas vulkanik Gunung Agung masih tinggi dan masih berpotensi mengalami erupsi dan status masih Awas (Level IV).
“Dan data ini harus selalu kita pegang, tidak perlu ketakutan tetapi harus selalu waspada,” katanya.
Hingga pukul 18.00 terekam kegempaan berupa gempa low frekuensi 7 kali amplitude 6-22 mm durasi 23-69 detik, vulkanik dangkal 2 kali amplitude 4-5 mm durasi 11 – 14 detik, vulkanik dalam 1 kali amplitudo 10 mm dengan durasi 25 detik, dan tremor menerus (microtremor) dengan amplitudo 2-24 mm (dominan 7 mm). (ras/yes)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tolong, Pengungsi Gunung Agung Butuh Alat Pengolah Limbah
Redaktur & Reporter : Soetomo