jpnn.com, BULELENG - Sejak September lalu, sebanyak 285 ekor sapi ditampung di lahan milik warga seluas 3,9 hektare di Dusun Pengumbahan, Desa Les Kecamatan Tejakula, Buleleng, Bali. Ratusan sapi tersebut merupakan milik pengungsi dari dua dusun, yakni Dusun Pucang dan Dusun Bonyoh, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem.
Selain sapi, para pengungsi juga menitipkan kambing sebanyak 40 ekor dan babi sejumlah 22 ekor. Sedikitnya 53 orang pengungsi tercatat sebagai pemilik dari ratusan hewan ternak ini.
BACA JUGA: Oh Senangnya, Pengungsi Gunung Agung Lahirkan 3 Putra Kembar
Namun, seiring bertambahnya jumlah ternak, kini timbul persoalan baru, yakni kotoran ternak yang jumlahnya kian menumpuk. Para peternak dibuat kewalahan menampung limbah padat ini. Solusinya, mereka berharap mendapat bantuan alat pengolahan limbah padat sapi menjadi pupuk organik.
Seperti diungkapkan Mangku Nyoman Suwetra (43), koordinator pengungsian sapi di Dusun Pangumbahan, Desa Les. Menurutnya meningkatnya jumlah ternak yang dititipkan berbanding lurus dengan limbah yang dihasilkan. Pihaknya pun khawatir limbah padat yang tak diolah bisa menjadi sumber penyakit karena mencemari lingkungan.
BACA JUGA: Heboh Potongan Kalimat Presiden Jokowi Soal Gunung Agung
"Sapinya kan jumlahnya mencapai 285, kalau dihitung bersama anaknya, jumlahnya mencapai 300 ekor sapi belum lagi kambing dan babi. Karena limbah padatnya banyak, kami agak kewalahan. Takutnya jadi sumber penyakit," ujar Mangku Nyoman Suwetra kepada Bali Express (Jawa Pos Group), Senin (4/12).
Mangku Suwetra menambahkan, para peternak agar dibantu alat pengolahan limbah padat menjadi pupuk organik. Selain menyehatkan lingkungan, hasil pengolahan limbah padat ini diyakini memberi peluang baru bagi peternak untuk menambah pendapatan.
BACA JUGA: Ayo Ngaku, Siapa Sikat Dompet dan Ponsel Pengungsi?
"Kalau diolah menjadi pupuk organik, secara otomatis kami ada kegiatan, ada pendapatan tambahan. Karena pupuk organik ini selalu laris dicari banyak orang, nilai jualnya tinggi, dibandingkan limbah padatnya yang belum diolah. Biasanya petani sangat membutuhkan pupuk organik untuk tanaman cengkih, padi, jagung. Makanya kami berharap agar secepatnya dibantu alat pengolahan ini," imbuh pria asal Dusun Pucang, Desa Ban, Karangasem.
Disinggung terkait pemenuhan pakan ternak, pihaknya mengaku tak ada masalah. Sebab para peternak selama ini mencari pakan ternak di Desa Ban. Selain itu, kondisi rumput di desanya juga masih bagus lantaran belum terpapar abu vulkanik.
"Pakan ternak tidak masalah. Warga langsung mencari pakan di kebunnya masing-masing. Sampai saat ini kondisi rumput masih bagus, belum terkena abu vullanis," terangnya.
Bahkan saat ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, sebut Mangku Suwetra sudah rutin memberikan bantuan pakan ternak berupa sentrat untuk sapi-sapi milik pengungsi. Bantuan itu digelontor setiap 2 minggu sekali, yakni sebanyak 5 ton sentrat.
"Kami juga rutin dibantu pakan ternak berupa sentrat dari Provinsi. Kita dibantu 5 ton sentrat tiap dua minggu. Nah proses distribusinya setiap sapi dijatah 1 kilogram per hari. Jadi nanti tiap minggu kami berikan ke peternak sesuai jumlah sapinya," pungkasnya. (bx/dik/yes/jpr)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Hutan di Lereng Gunung Agung Mengering, Hewan Mulai Turun
Redaktur & Reporter : Adek