jpnn.com, JAKARTA - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir meminta publik tidak mengidentikkan radikalisme dengan Islam. Semua ajaran agama membenci radikalisme, yang bermasalah adalah oknumnya.
"Pelaku radikalisme bukan hanya Islam, agama lain juga ada. Contohnya di Sulawesi Utara, pelaku radikalisme non muslim tapi kan ini tidak terekspos. Yang di-blowup media kalau pelakunya muslim," beber Menteri Nasir usai pertemuan para rektor perguruan tinggi negeri se- Indonesia dalam upaya menangkal radikalisme di Jakarta, Senin (25/6).
BACA JUGA: Dua Cara Awasi Kampus agar tak Terpapar Paham Radikal
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Panut Mulyono menyebutkan, mahasiswa terpapar radikalisme bukan di dalam kelas. Namun di luar kampus seperti masjid, musala, kos-kosan, atau tempat-tempat tertentu pada lingkungan sekitar.
"Sebenarnya di kampus itu bisa dikontrol semua kegiatan mahasiswa dan dosen. Namun, kegiatan di luar kampus itu yang susah diawasi," ucapnya.
BACA JUGA: Alumni 212 Laporkan Menristekdikti ke Komnas HAM
Untuk menangkal radikalisme di lingkungan perguruan tinggi, Nasir meminta seluruh rektor untuk mendata nomor telepon dan medsos dalam penerimaan mahasiswa baru tahun ini.
"Tujuannya satu, kami ingin ini jadi ajang komunikasi mahasiswa dan rektor, mahasiswa dengan kementerian. Selama ini sering terjadi permasalahan, misalnya beasiswa bermasalah, ada pengaduan. Di samping ada urusan radikalisme," paparnya. (esy/jpnn)
BACA JUGA: Kembalikan HMI, PMII, IMM ke Dalam Kampus
BACA ARTIKEL LAINNYA... Rektor Diminta Catat Nomor HP dan Medsos Seluruh Mahasiswa
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad