jpnn.com, JAKARTA - Menristekdikti Mohamad Nasir menginstruksikan para rektor untuk mencatat nomor handphone serta medsos seluruh mahasiswa. Termasuk mahasiswa baru. Tujuannya adalah mempermudah monitoring bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Badan Inteligen Negara (BIN).
"Karena ini terjadi di Bandung, kemarin. Sebenarnya di kampus tidak apa-apa karena kami sudah melarang kegiatan yang menjurus pada radikalisme. Nah dia itu terpapar radikalisme dari media sosial," ujar Menteri Nasir di Jakarta, Rabu (6/6).
BACA JUGA: Jokowi Bersyukur Karena TNI dan Polri Solid Lawan Terorisme
Terkait tujuh kampus yang disebut BNPT terindikasi paham radikal, lanjut Nasir, pihaknya sudah mendatangi Institut Pertanian Bogor (IPB) dan meminta datanya.
Itu sebabnya 25 Juni mendatang seluruh rektor dan semua kopertis yang ada di tanah air akan dikumpulkan untuk menyikapi radikalisme di dalam kampus.
BACA JUGA: Kapolri: Terorisme Seperti Narkoba, Bisa Menyasar Siapa Saja
Mengenai langkah Kemenristekdikti menangkal radikalisme, menurut Nasir baru pada tahap meminta data kepada para rektor. Caranya dengan mendata seluruh pegawai, dosen, mahasiswa mana yang terpapar radikalisme. Sebelum ditindak dia akan diperintahkan untuk kembali lagi atau tidak ke dalam NKRI, UUD 1945 sebagai landasan negara.
Nasir menyebutkan, indikasi radikalisme bahkan yang terpapar sampai 39 persen berangkat dari SD, SMP, SMA. Kalau gurunya terpapar, maka gurunya juga ikut terindikasi.
BACA JUGA: Menteri Nasir: Bikin Negara tak Aman ya Harus Dihabisi
"Kemarin di Mako Brimob ada anak SMP yang mengirimkan makanan bentuk dukungan, ini terpapar kan. Kasihan juga, baru anak SMP. Jadi yang berpotensi terpapar radikalisme itu bukan hanya di perguruan tinggi, bisa jadi di SMAnya. Makanya pas masuk perguruan tinggi harus kita rem," paparnya. (esy/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menteri Nasir Persilakan Aparat Memeriksa Kampus
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad