jpnn.com, JAKARTA - Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Trisakti Fetty Asmaniati mengatakan perguruan tinggi berpotensi dalam mengembangkan pariwisata di tanah air.
Sayangnya, program doktoral pariwisata baru ada 3 di Indonesia, yaitu di Universitas Udayana Bali, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, dan STP Trisakti Jakarta.
BACA JUGA: Kampus Merdeka: STP Trisakti Kembangkan Destinasi Wisata Kabupaten Kuningan
"Saya harap mahasiswa program doktoral STP Trisakti bisa menyelesaikan studi tepat waktu dan menghasilkan ilmu bermanfaat untuk pariwisata di Indonesia," kata Fetty dalam webinar besutan mahasiswa Program Studi Doktoral STP Trisakti baru-baru ini.
Webinar ini digelar untuk mencari masukan dalam mengemban desa wisata berkelanjutan dan berdaya saing. Kegiatan ini juga merupakan implementasi atas perkuliahan yang didapat dalam semester ini.
BACA JUGA: Mahasiswa STP Trisakti Kembangkan Desa Cibulao jadi Destinasi Wisata Kopi
Ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Trisakti, Djanadi Bimo Prakoso saat membuka webinar menyebutkan ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam pembangunan desa wisata berkelanjutan, yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.
Sedangkan Bupati Kuningan Acep Purnama yang juga tampil sebagai pembicara mengaku senang bisa bekerja sama dengan STP Trisakti. Bahkan, dia menargetkan kerja sama itu mampu menghasilkan 25 desa wisata dari 321 desa yang ada di wilayahnya.
BACA JUGA: STP Trisakti Wisuda Perdana S2 Pariwisata
"Saat ini, sudah ada 6 desa wisata yang telah dikembangkan bersama STP Trisakti. Jumlahnya akan ditingkatkan hingga 25 desa," kata Acep Purnama dalam webinar tersebut.
Acep menambahkan, masyarakat semangat terlibat di dalamnya, karena diarahkan untuk kegiatan ekonomi seperti pembuatan souvenir, rumah dijadikan sebagai homestay, katering, pemandu wisata, dan lain-lain.
Sementara Kepala Departemen Doktoral STP Trisakti Sundring Pantja Djati dalam paparannya mengatakan, pariwisata di Indonesia perlu membuat lebih banyak desa wisata yang lestari dan berkelanjutan. Hal itu untuk lingkungan dan masyarakat di sekitarnya.
"Pariwisata berkelanjutan bisa menjadi peluang dalam kegiatan pariwisata, yang memperhatikan prinsip 3P yaitu People, Plant dan Prosperity," ujarnya.
Sundring mengutip data statistik yang memperlihatkan wilayah Indonesia yang bisa dikembangkan sebagai desa wisata, sebanyak 83.931 wilayah administrasi setingkat desa di Indonesia dan 7.436 desa serta 8.444 Kelurahan dan 51 unit pemukiman transmigrasi.
Dia mengungkapkan adanya pergeseran tren kepariwisataan dalam 5 tahun terakhir ini. Dari motivasi bersenang-senang menjadi pengalaman baru. Hasil penelitian itu menunjukkan kenaikan 165 persen atas perjalanan wisata yang didasarkan pada keyakinan diri.
"Ini peluang bagi Indonesia yang memiliki perdesaan eksotik lewat mengembangkan desa wisata yang kelanjutan dan berdaya saing," ucapnya.
Dalam webinar ini juga diisi oleh para pemakalah lainnya di antaranya Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kabupaten Banyuasin Merki Bakri yang mewakili Bupati Banyuasin, pakar dari IPB Vincent Gaspersz, pakar dari James Cook University, Hera Oktadiana.
Juga pakar dari Pradipta University, Eko Indrajit dan Guru Besar Bidang Pariwisata STP Trisakti, Willy Arafah. (esy/jpnn)
Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad