jpnn.com, JAKARTA - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD membantah telah menyebut Attaturk seorang penjahat.
Mahfud membantah setelah sebelumnya sebuah media online memuat tulisan dengan judul 'Tak Sudi Nama Jalan di Jakarta Gunakan Nama Attaturk, Mahfud Md: Dia itu penjahat!'
BACA JUGA: 29 Orang Keracunan Makanan di Koja, Pemilik Warung Minta Maaf
Mahfud menyampaikan hal itu dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (25/10).
"Berita Reqnews bohong," ucap Mahfud.
Mantan ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu kemudian meluruskan pemberitaan yang ada.
"Kata saya, yang tak setuju Attaturk dijadikan nama jalan di sini (Indonesia) bilang 'Attaturk jahat kepada Islam, tetapi dia dikagumi oleh Bung Karno (BK)', sehingga pada (tahun) 1938 BK usul Indonesia menjadi negara sekuler seperti Turki," ucapnya.
Kemudian, Menteri Pertahanan era Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menceritakan tentang polemik antara Bung Karno dan Muhammad Natsir.
"Ceritanya, pada 1938 Bung Karno tiba-tiba menulis kalau Indonesia merdeka kelak perlu meniru Turki yang dibangun oleh Kemal Attaturk. Yakni, memisahkan agama dan negara. Sebab, kalau agama dan negara disatukan keduanya akan mundur. Pendapat Bung Karno tersebut ditentang oleh Natsir," katanya.
Kedua tokoh Indonesia itu sebelumnya memiliki pemikiran yang berbeda tentang sistem dan bentuk negara yang akan dijalankan.
BACA JUGA: KPK Terima Banyak pengaduan dari Daerah ini, Pihak Terkait Siap-siap ya
Bung Karno menganggap negara sekuler ala Mustafa Kamal Attaturk lebih baik, sementara Muhammad Natsir menganggap negara Islam jauh lebih baik.
Namun, Bung Karno, Muhammad Natsir dan seluruh elemen perancang undang-undang dan pendiri negara sepakat Indonesia menjalankan negara Pancasila.
"Perdebatan tentang konsep negara Islam dan negara sekuler antara Bung Karno dan Natsir Cs, itu bermuara di BPUPK dan PPK (perancang UUD dan pendiri negara) pada tahun 1945."
"Hasilnya, adalah mendirikan negara Pancasila yakni negara yang bukan negara sekuler tetapi juga bukan negara agama," paparnya.
Level Attaturk dan Bung Karno
Menurut Mahfud MD, statemennya terkait kisah perspektif Bung Karno saat perumusan dasar negara tak ada kaitannya dengan perspektifnya soal pro dan kontra penetapan nama Jalan Mustafa Kamal Attaturk di Jakarta.
"Bagi saya penentuan Jalan Ataturk itu tak ada hubungannya dengan urusan Bung Karno itu sebanding atau tak sebanding dengan Kemal Ataturk," ujarnya.
Mahfud menyebut posisinya hanya menjelaskan fakta sejarah tentang perdebatan pemikiran para pemimpin negara.
"Saya hanya menunjukkan fakta bahwa secara terang-terangan Bung Karno pada 1938 menyatakan kagum kepada Kemal Ataturk dan menginginkan Indonesia yang sedang berjuang untuk merdeka saat itu adalah negara sekuler seperti yang dibangun oleh Attaturk di Turki," tuturnya.
Akan tetapi, konsep pemerintahan ala Mustafa Kamal Attatur ketika didebat dan didiskusikan dengan tokoh-tokoh Islam yang mengusulkan konsep negara agama (Islam), akhirnya diterima konsep jalan tengah yakni Negara Pancasila.
"Negara Pancasila itu bukan negara sekuler dan bukan negara agama, tetapi sebuah 'religious nation state'," pungkas Mahfud MD. (Antara/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini:
BACA JUGA: Gelombang Ketiga COVID-19 Diperkirakan Terjadi Awal 2022, ini Penyebabnya
Redaktur & Reporter : Ken Girsang