jpnn.com, JAKARTA - Ketua Gerakan Suluh Kebangsaan Mohammad Mahfud MD mengatakan, Islam memiliki semangat merangkul kelompok lain.
Dia mencontohkan pada saat Indonesia berjuang merebut kemerdekaan. Saat itu umat Islam bersatu dengan penganut agama lain untuk melawan penjajah.
BACA JUGA: Menhub Ajak Tebarkan Kesejukan dalam Menjaga Persatuan
Menurut Mahfud, semangat seperti itu seharusnya tetap dijaga demi keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Mahfud menyampaikan hal itu saat rembuk nasional bertajuk Api Islam untuk Peradaban Indonesia Masa Depan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta Pusat, Rabu (27/2).
BACA JUGA: Mahfud MD Ingatkan Bahaya Teori Aduk Ikan di Baki, Negara Bisa Tidak Ada Lagi
"Mengapa api Islam? Kami menyakini seyakin-yakinnya Indonesia ini merdeka karena juga api Islam yang berkobar. Islam itu lalu bersatu membulatkan tekad, merangkul kelompok lainnya yang tidak Islam untuk bersama, berpikir tentang Indonesia, dan memajukannya," ujar Mahfud.
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) itu menambahkan, istilah api Islam kali pertama digelorakan oleh mantan Presiden Soekarno.
BACA JUGA: Pesan Damai Paus di Tanah Kelahiran Islam
Menurut Mahfud, Bung Karno pernah mengatakan Islam akan sangat maju jika dilandasi semangat membangun kemajuan bangsa dan umat seperti dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Namun, sambung Mahfud, pada waktu itu Bung Karno menyebut banyak orang hanya menggunakan abu Islam, bukan api Islam.
Dia juga mencontohkan abu Islam. Misalnya, perdebatan mengenai memelihara jenggot panjang, memakai serban, mengenakan jilbab, dan bersuci menggunakan abu.
“Itu semua hanya abu. Kata Bung Karno, Islam punya api semangat untuk memajukan sebuah bangsa. Sebab, di dalam Islam banyak ajaran yang mendorong ke arah kemajuan itu," imbuh Mahfud.
Ketua Dewan Pembina MMD Initiative ini menerangkan, pemikiran Bung Karno sejalan dengan ormas Islam di Indonesia pada saat itu.
Misalnya, Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan Persatuan Islam (Persis).
Mahfud lantas menyinggung soal pihak yang berpura-pura memperjuangkan Islam padahal hanya demi kepentingan diri sendiri.
Menurut Mahfud, Bung Karno menyebut kelompok seperti itu dengan istilah Islam sontoloyo.
"Islam sontoloyo bisa berubah kalau dia dapat keuntungan dari sebuah situasi. Pura-pura memperjuangkan Islam, sesudah ditawari jadi pejabat, hilang," imbuh Mahfud.
Dia menambahkan, Pancasila merupakan konsep final karena sudah menjadi keputusan bersama para pendiri bangsa.
"Bung Karno, Bung Hatta, Mohammad Yamin, Wahid Hasyim, Hasyim Asyari, Bagus Hadi Kusumo, dan KH Ahmad Dahlan semua sudah membahas inilah negara yang cocok untuk Indonesia. Mari kita bangun ke depan moderasi Islam ini," kata Mahfud. (jos/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Penjelasan TGB soal Keislaman Presiden Jokowi
Redaktur : Tim Redaksi