jpnn.com, JAKARTA - CEO PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) John Riady mengatakan bahwa tren pemulihan bisnis LPKR pada pilar lifestyle terjadi seiring dengan penurunan kasus Covid-19.
Karena itu John optimistis tingkat kunjungan mal akan makin bertumbuh seiring dengan pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
BACA JUGA: Industri Properti Cerah, Pra Penjualan LPKR Moncer juga Ditopang LPCK
LPKR mengoperasikan pusat perbelanjaan melalui Lippo Malls Indonesia (LMI) yang saat ini mengelola 60 mal.
Mal-mal yang dioperasikan LMII tersebar di Jabodetabek, Bandung, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Indonesia bagian Timur seperti Makassar, Manado, Bali, dan Kupang.
BACA JUGA: 272 Rumah Tapak Terjual dalam Waktu Singkat, LPKR Bidik Kalangan Milenial
LPKR juga mengelola 10 hotel di bawah brand Aryaduta yang mencakup country club dan lapangan golf.
LPKR menargetkan operasional kunjungan mal akan mencapai full recovery pada pertengahan 2022 seiring meningkatnya mobilitas masyarakat yang menunjukkan geliat aktivitas ekonomi.
BACA JUGA: 4 Hal Perselingkuhan Briptu A dengan Polwan Bripda RPH, Mantan Istri Cari SK Pemecatan
"Kami percaya akan terjadi turnaround pilar bisnis Lifestyle pada tahun 2022, didukung oleh tenant mal LPKR yang bervariasi dan pembukaan kembali Hotel Aryaduta Bali. Kami yakin pilar bisnis lifestyle dapat meningkatkan kontribusinya terhadap pendapatan serta EBITDA LPKR," jelas John Riady dalam keterangannya, Rabu (25/5).
John mengatakan LPKR mengincar pertumbuhan pendapatan berulang (recurring income) pilar bisnis lifestyle pada 2022 seiring dengan peningkatan bisnis pusat perbelanjaan (mal) dan perhotelan.
Dia menjelaskan, di tengah puncak penularan varian Covid-19 Omicron, pilar bisnis Lifestyle LPKR yaitu mal dan hotel menunjukkan pemulihan pada kuartal I/2022 dengan meraih pendapatan sebesar Rp 249 miliar, naik 1,2 persen YoY (year on year) dari Rp 246 miliar pada kuartal I/2021.
Hingga Maret 2022, jumlah pengunjung ke mal yang dikelola LPKR mencapai 56 persen dari kapasitas pengunjung.
Angka tersebut menunjukkan lonjakan dibandingkan 2021 yang hanya sebanyak 22 persen saat puncak penularan varian Delta.
Tingkat okupansi hotel juga mengalami naik menjadi 69 persen dibandingkan dengan level okupansi terendah, yaitu 39 persen pada 2021. (esy/jpnn)
Jangan Lewatkan Video Terbaru:
Redaktur : Soetomo Samsu
Reporter : Mesyia Muhammad