Mamelodi, Nama-nama Jalannya Berbau Bola

Selasa, 08 Juni 2010 – 01:55 WIB
JALAN - Beberapa tanda jalan yang menggunakan nama pemain sepakbola Afrika Selatan, di kawasan Mamelodi, pinggiran Johannesburg. Foto: Yuyung Abdi/Jawa Pos.

NUANSA Piala Dunia (PD) benar-benar terasa di seantero Afrika Selatan (Afsel)Salah satunya terlihat di kawasan Mamelodi, di pinggiran Johannesburg

BACA JUGA: 200 Game Sehari, Gratis

Di sana, ada sebuah komplek perumahan yang nama-nama jalannya berbau sepakbola.

Laporan KURNIAWAN M dan DANI NS, Johannesburg

Minggu (6/6) pagi, langit di atas Kota Sandton, Johannesburg, begitu cerah
Meski demikian, hawa dingin tetap terasa di kulit

BACA JUGA: Ada Kemungkinan Tak di Jakarta

Maklum, saat ini di Afrika Selatan (Afsel) sedang berlangsung "musim dingin".

Sekitar pukul 11.30 waktu setempat (pukul 16.30 WIB), kami bersiap-siap pergi ke Mamelodi yang punya nama-nama jalan unik tersebut
Kami mengetahui kawasan itu sejak di Indonesia.

Awalnya kami tidak tahu posisi lokasi kawasan tersebut

BACA JUGA: Persebaya Gugat Komding PSSI Rp 100 Miliar !

Tapi, setelah mencari-cari di peta, barulah nama Mamelodi kami temukanDari Sandton tempat kami menginap ke Mamelodi berjarak sekitar 51 kmJarak tersebut kami tempuh dalam waktu sekitar 30 menitPadahal, mobil yang kami tumpangi tidak ngebutKira-kira melaju dengan kecepatan 70-80 km/jam.

Kondisi jalan yang kami lewati memang tidak begitu padat kendaraanKarena itu, kami tidak terhambat oleh kemacetan lalu lintasSelain itu, jalannya cukup lebar, kira-kira selebar 13 meterItu baru di satu sisiSisi satunya dengan arus berlawanan juga punya lebar samaDua ruas jalan tersebut juga beraspal hot mix.

"Tapi, di luar hari Minggu, lalu lintasnya padat," kata Daniel Masuke, sopir mobil carteran yang mengantar kami.

Di sepanjang jalan yang kami lalui, tampak bagaimana Johannesburg membangun infrastruktur jalannyaSelain beraspal hot mix, tata pengaturannya sangat rapi dan bersihMungkin untuk menyambut pergelaran Piala Dunia (PD) 2010Saking mulusnya jalan, kami sampai tertidur meski tak lama.

Begitu sampai di lokasi, kami sempat terkejutSebab, lokasi tersebut ternyata bukan komplek perumahan elitKomplek itu tak jauh berbeda dari kawasan perumahan sederhana di IndonesiaRumah-rumahnya seukuran tipe 36Malah, banyak yang berbentuk kubus dan beratap sengTapi, ada juga yang tergolong mewah dengan ukuran lebih besarHanya saja, jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

Kami lantas berhenti di sebuah persimpangan jalanDi sana ada papan-papan penunjuk nama jalanMisalnya, Kaizer Chiefs yang ternyata merupakan nama klub sepakbola papan atas di AfselKlub itu sering menjuarai Liga Primer Afsel.

Ada pula jalan bernama Moroka SwallowsItu juga nama klub sepakbola dari kota tua SowetoKami lalu bergeser ke lokasi lain, di persimpangan jalan yang lainKali ini ada jalan bernama Striker RoadKondisi rumah-rumah di jalan tersebut juga tak jauh berbeda dari di persimpangan sebelumnyaBahkan, kali ini cenderung agak kumuh.

Menurut Johny Serage, warga yang tinggal di Striker Road, nama-nama jalan berbau sepakbola itu ada sejak 1998"Sebab, warga di sini rata-rata gila bolaLihat anak saya iniDia sangat suka sepakbola, sehingga kausnya pun bergambar kesebelasan favoritnya," ungkap Serage, sambil memamerkan anaknya yang baru berumur 5 tahun mengenakan kaus kesebelasan Brazil.

Pria berusia 33 tahun tersebut lantas menunjukkan sebuah lapangan sepakbola yang biasa dimanfaatkan warga, terutama anak-anak, untuk berlatih dan bermain bolaSaat Jawa Pos tiba di lapangan itu, puluhan warga sedang berlatihRata-rata adalah remaja.

Kami juga menjumpai sebuah bangunan yang terkesan didirikan daruratBangunan itu berdinding kayu dan beratap sengLuasnya sekitar 7x12 meterSetelah didekati, ternyata bangunan tersebut difungsikan sebagai gerejaSaat itu, di gereja tersebut sedang berlangsung kebaktian yang diikuti sekitar 40 jemaat.

Menurut Pastor Jim Phalame, gereja beraliran Pantekosta tersebut didirikan sejak 2006Ditanya soal bentuk gereja yang terkesan dibikin seperti bangunan darurat, Phalame membenarkan"Jumlah jemaat kami memang masih sedikitBaru 50-an orangKarena itu, bangunannya sengaja seperti ini dulu," jelas pria paruh baya tersebut.

Meski gereja itu dibangun darurat, para jemaatnya berpenampilan sangat rapi dan necisYang pria, hampir semua mengenakan setelan jas lengkapYang perempuan kebanyakan mengenakan setelan pakaian formalBahkan, beberapa berdandan seperti akan menghadiri pesta pernikahan.

Kami sempat heran juga dengan gereja "darurat" tersebutSebab, dengan jumlah penduduk di kawasan Mamelodi itu, rasanya kok nggak sebanding dengan kondisi gereja yang mungil dan apa adanyaMasak pemerintah setempat atau para jemaat tak mampu membangun gereja yang lebih layak?

"Masyarakat di sini lebih banyak menganut agama tradisionalAda tujuh agama tradisional di siniJadi, maklum kalau jemaat gereja kami sedikit," kata Newman Skosana, pengurus gereja itu.

Meski demikian, kata sales manager di McCarthy Toyota Pretoria itu, warga di kawasan tersebut menghormati warga lain yang menganut Kristen, termasuk yang beraliran Pantekosta(*/c5/ari)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Rossi Harus Absen Enam Pekan


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler