Mana Ekspresinya? Mannaaa....?

Jumat, 17 Desember 2010 – 16:46 WIB

STADION Gelora Bung Karno ikut beresonansi! Gemuruh histeria sekitar 80.000 fans timnas PSSI itu terdengar lebih kencangSerasa kor dengan berbagai jenis bunyi-bunyian menyatu dalam musik kemenangan

BACA JUGA: Pak SBY, Please Deh..

Pita suara sopran, mezo sopran dan alto berjumpa dengan terompet dan genderang
Aneka warna suara itu bertemu dalam satu momen, yang menaikkan adrenaline sekaligus membuat merinding

BACA JUGA: Climate Change Sepak Bola Kita

Dirijennya Christian Gonzales, saat sundulannya tipis membentur gawang Filipina dan gol


Momentum gol itu seperti membuka pintu waduk ketegangan, yang volume airnya nyaris tumpah

BACA JUGA: Berkawan Upin Ipin Bro!

Setelah menunggu 32 menit, akhirnya datang juga gol ituJutaan manusia Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, pada menit dan detik itu, bersorakAda yang meneriakkan hore! Ada yang berdiri dari tempat duduknyaAda yang melompat tinggi sambil meneriakkan yes! Ada yang mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya, seperti Ibu Ani Bambang Yudhoyono

Ada yang sangat ekspresif, berjoget-joget, seperti perempuan berseragam militer yang duduk di belakang Ibu Ani di tribun VVIPTetapi ada juga yang untuk bertepuk tangan saja seolah harus dipikir panjangSeperti, tidak yakin kalau gol itu betul-betul gol ke gawang Neil Etheridge yang menghasilkan poin buat TimnasTidak spontanDingin-dingin sajaMenunggu beberapa detik baru tepuk tangan! Dialah, pria yang duduk di samping Ibu Ani, yakni Presiden SBY

Beliau memang sedang menonton sepak bola langsungFisiknya, hadir di stadion GBK langsungTatapan mata dan kontak dengan atmosfer suasana stadion, juga langsungTetapi reaksi saat terjadi gol, momen yang paling ditunggu-tunggu oleh jutaan pemirsa dan penonton langsung, tidak terjadi secara langsungSeolah hati dan pikirannya tidak sedang berada di lapangan langsungGesture, mimik, perubahan gerak muka, adalah bahasa pesan yang paling jujur! Apalagi langsung!

Untung, iklan Losta Masta -salah satu produk keretek beberapa tahun lalu- sudah tidak aktual lagiKalau sedang naik daun, bisa digodain dengan teriakan: "Mana ekspresinya? Mannaaa..." seperti percakapan dalam iklan itu, yang membuat lawan bicaranya bertambah bingung, karena dia merasa tidak kenal, tidak tahu dan tidak sadar sedang diajak bicara dengan gaya seperti sutradara dengan artisnyaRupanya, dia sedang terobsesi menjadi sutradara film

Untung, televisi juga tidak berlama-lama mengambil gambar Pak SBY, sehingga bisa dikamuflase dengan gambar sorak-sorai suporter lainUntung, juga Pak SBY akhirnya juga bertepuk tangan dan tersenyumCoba saja ada televisi yang usil, dengan men-shoot gambar close up Pak SBY dari menit pertama sampai menit ke-90

Lalu menghitung, berapa kali senyum? Berapa kali teriak, memberi yel-yel suport kepada anak asuh Alfred Riedl? Wah, bisa-bisa nanti ada yang berkomentar, "Maaf, Bapak tidak sedang memimpin rapat kabinet atau Partai Demokrat lho!"

Untung juga Pak SBY tidak sedang membawa BlackberrySehingga tidak sempat membaca pesan-pesan BBM orang-orang iseng, atau memantau facebook dan twitterCoba kalau ada pesan: "Smile dong! Jangan terlalu serius, ini saatnya happy! Soal Nurdin Halid, nggak usah dipikirin! Tertawa tidak kena offside kok! Pak-pak, tebak-tebakan yuk, Makelar Kasus yang berprestasi siapa? Jawabnya, Markus Horison, kiper andalan timnas! Teka-teki lagi pak, pemain Filipina yang poliandri (punya suami lebih dari satu, red) siapa? Jawabnya: Younghusband!" 

Apa yang membuat Pak SBY tidak banyak mengumbang senyum? Tidak ekspresif di tempat yang semestinya lebih leluasa untuk meluapkan kegembiraan dan kebanggaannya sebagai pemimpin negeri ini? Apa tidak bangga, karena golnya cuma satu? Apa kecapekan" Kalau kecapekan, ngapain juga bersusah-susah datang ke pesta sepak bola?

Publik pasti juga mengira-ira, ada apa gerangan? Suasana sepak bola yang egaliter, bebas, merdeka, menjadi terbebani protokoler kepresidenan yang kaku.

Sebenarnya, mengenakan baju merah-putih dan syal timnas merah putih sudah tidak saltum alias salah kostumSudah sangat casualMungkin beliau sedang merancang strategi agar negeri ini segera memiliki timnas sepak bola yang bertaji di tingkat Asia? Semoga

Atau sedang protes dalam hati, "Kenapa sih, Filipina pakai kostum biru-biru? Kenapa nggak kuning?"

Saya sejak tiga hari yang silam khawatir suasana kaku dan formil seperti ini turut mempengaruhi timGara-gara ditonton langsung oleh Pak SBY, pemain pun tidak bisa bermain lepasKhawatir salah posisi, takut salah umpan, waswas salah shooting, dan aneka ragam perasaan guilty yang lainKarena disaksikan langsung di lapangan oleh orang nomor satu di negeri ini, waw! Tak boleh salah sedikit pun

Ingat di babak ke-2? Berapa gol seharusnya Timnas PSSI bisa borong? Serangan bertubi-tubi tapi tak satupun tambahan golPemain Filipina sudah nggak kuat lari pun, tidak bisa mendapatkan golBegitu banyak peluang yang bisa dihasilkan, tetapi tidak membuahkan gol

Saya menduga, itu bagian dari beban psikis dan tekanan batin yang teramat kuatPemain, pelatih, ofisial tim ini sudah terkena pressure oleh antusiasme dan apresiasi publik terhadap sepak bola nasional yang luar biasaRoda sepak bola kita sedang bangkit dan berada di atasAngin sedang menghembuskan rasa berpihakAda beban, untuk tidak mengecewakan fans dan publik yang sedang jatuh cinta bola

Sampai-sampai, semalam, saat pertandingan berlangsung, suasana Sudirman, Asia Afrika, dan banyak jalan protokol di Jakarta lengangSeperti melintas di pukul 00.00 malamSepi, dan lancarSering-sering aja Timnas main di Stadion GBK! Siapa tahu itu salah satu trik mengatur lalu lintas JakartaHah, Bravo timnas! (don@indopos.co.id)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Gue Bilang Juga Ape!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler