Mandiri Salurkan Kredit Infrastruktur Rp 92 Triliun

Sabtu, 24 September 2016 – 01:42 WIB
Bank Mandiri. Foto: JPNN

jpnn.com - BELITUNG TIMUR – Kinerja pembiayaan sektor infrastruktur PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menunjukkan catatan impresif.

Bank pelat merah itu mencatat pertumbuhan pembiayaan sektor infrastruktur yang tinggi tahun ini.

BACA JUGA: KADI Selidiki Dumping Baja dan Frit Tiongkok

Hingga Agustus, komitmen penyaluran kredit infrastruktur mencapai Rp 92,8 triliun atau bertumbuh 40,2 persen secara year-on-year.

Dari nilai komitmen pembiayaan tersebut, pinjaman yang telah dicairkan mencapai Rp 49,4 triliun.

BACA JUGA: Emiten Delisting Dirayu Melantai di Bursa Lagi

Jumlah itu meningkat 19 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu.

Mayoritas kredit di sektor infrastruktur disalurkan pada proyek transportasi.

BACA JUGA: Pertahankan Nihil Kecelakaan Kerja agar Produksi Amonia Terjaga

Proyek-proyek transportasi yang dibiayai Mandiri adalah pengerjaan dan pengembangan bandara, pelabuhan, serta infrastruktur kereta api.

Jumlahnya mencapai Rp 36,4 triliun.

’’Di sektor transportasi, pencairan pinjaman hingga Agustus 2016 menyentuh Rp 16,7 triliun,’’ kata Corporate Secretary BMRI Rohan Hafas kemarin (22/9).

Fungsi intermediasi bank di sektor infrastruktur ditingkatkan karena menjadi motor pertumbuhan ekonomi.

Karena itu, bank bersemangat menjaring proyek multitahun.  Pencairan kredit pun mengikuti progres tiap-tiap proyek sehingga tingkat pencairan kredit berbeda-beda.

Bank Mandiri juga membiayai proyek pembangkit tenaga listrik Rp 28,7 triliun, pembangunan jalan tol (Rp 15,3 triliun) serta telekomunikasi (Rp 12,5 triliun).

Jika dilihat dari sisi pencairan kredit, pembiayaan pembangkit listrik mencapai Rp 15,6 triliun, jalan tol (Rp 7,6 triliun), dan telekomunikasi (Rp 8,9 triliun).

Karena risiko pinjaman untuk sektor konstruksi dan infrastruktur lebih tinggi daripada sektor lain, bank secara ketat melakukan evaluasi kinerja calon debitor dan evaluasi portofolio kredit.

Perseroan juga menerapkan early warning signal, prinsip antisipatif, serta monitoring administrasi kredit.

’’Sampai akhir 2016, kami memproyeksikan rencana penarikan kredit sekitar Rp 17 triliun, terutama dari proyek-proyek pembangkit listrik serta migas,’’ tutur Rohan.

 Tahun lalu pertumbuhan ekspansi kredit infrastrukur untuk migas tercatat sangat lambat, yakni 0,07 persen.

Pertumbuhan sektor tersebut menjadi yang paling lambat jika dibandingkan dengan ekspansi kredit infrastruktur yang lain. (rin/c5/noe/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Aplikasi My Blue Bird Manjakan Pengguna Taksi di Surabaya


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler