Manggala Agni, Garda Terdepan KLHK Padamkan Titik Api

Senin, 18 September 2017 – 14:47 WIB
Manggala Agni KLHK melakukan pemadaman titik api di lokasi Karhutla. Foto: Humas LHK

jpnn.com, JAKARTA - Memasuki puncak musim kering tahun ini, kebakaran hutan dan lahan di Indonesia masih mengancam. Meski sukses tahun 2016 dilalui tanpa bencana asap yang berarti setelah hampir dua dekade rutin mengalami bencana, tahun ini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tetap memprioritaskan penanganan Karhutla.

Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan, Ditjen Pengendalian Perubahan Iklim KLHK, Raffles B.Panjaitan menegaskan pihaknya secara terus menerus melakukan upaya pemadaman dini, sebelum api meluas dan menimbulkan banyak kerugian.

BACA JUGA: 2 Program Nyata, Terobosan Jokowi Sejahterakan Rakyat

Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan KLHK, Manggala Agni, menjadi garda terdepan melakukan pemadaman Karhutla di lokasi rawan. Mereka bekerja siang dan malam, bahkan nyaris tidak mengenal hari libur. Untuk memadamkan titik api, Manggala Agni juga bekerjasama dengan TNI/Polri dan pihak terkait lainnya.

Manggala Agni KLHK melakukan pemadaman titik api di lokasi Karhutla. Foto: Humas LHK

BACA JUGA: Pesan Menteri Siti: Tolong Luruskan Berita Hoaks!

''Jika terjadi kebakaran, Manggala Agni akan berusaha keras mengejarnya sampai ke titik lokasi. Tidak jarang hingga malam haripun terus melakukan pemadaman sampai api benar-benar padam,'' ujar Raffles.

Brigade Dalkarhutla KLHK - Manggala Agni secara rutin melaksanakan patroli ke sejumlah desa, terutama di kawasan yang berpotensi terjadi karhutla. Tim menghimbau masyarakat agar tidak melakukan pembukaan lahan dengan cara membakar.

BACA JUGA: Alhamdulillah, Hotspot 2017 Berkurang Banyak

Patroli juga digelar untuk mengecek lokasi (groundcheck) hotspot sebagai upaya pencegahan dini karhutla. Pada periode Mei hingga pekan pertama September 2017, patroli terpadu telah menjangkau 1.203 desa rawan.

Upaya lainnya yang dilakukan dalam penanganan Karhutla, melingkupi penguatan deteksi dini, patroli terpadu pencegahan, penataan tata kelola air di kawasan gambut, sosialisasi dan penyadartahuan, menyiapkan sumber daya Dalkarhutla baik untuk operasi pemadaman darat maupun udara, serta melaksanakan teknologi modifikasi cuaca- hujan buatan.

KLHK telah menyiagakan 2.100 personel Manggala Agni di provinsi rawan karhutla. Selain itu KLHK juga menyiagakan personil dalkarhutla di kawasan-kawasan konservasi di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam di seluruh wilayah Indonesia.

Hal ini untuk mengantisipasi prediksi Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK) dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), yang menunjukkan sebagian besar wilayah Sumatera, Jawa, dan Papua masih berada pada kondisi sangat mudah terbakar.

Tidak hanya di wilayah Sumatera dan Kalimantan yang selama ini menjadi fokus upaya pengendalian karhutla, wilayah lain seperti Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Papua juga terus diwaspadai.

Berdasarkan Satelit NOAA 18 untuk periode 1 Januari – 18 September 2017 terdapat 924 titik pada provinsi rawan. Jumlah ini menurun dibandingkan pada periode yang sama tahun 2016 sebanyak 2.707 titik. Secara total se Indonesia, jumlah hotspot juga mengalami penurunan, dari 3.180 titik menjadi 2.009 titik.

Sementara berdasarkan Satelit Terra/Aqua (NASA) Confidence Level >80% periode tanggal 1 Januari – 18 September 2017 juga mengalami penurunan jumlah hotspot, dari 2.464 titik di tahun 2016, turun menjadi 702 titik di tahun 2017 pada provinsi rawan.

Sedangkan total se Indonesia juga jauh menurun, dari 3.427 titik di tahun 2016, turun menjadi 1.370 titik di 2017.

Selain terus melakukan kegiatan rutin penanganan di lapangan, KLHK juga menyaluarkan bantuan sarana prasana pengendalian Karhutla.

Salah satunya ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah. Bantuan tersebut berupa 90 unit kendaraan roda dua, 127 unit pompa punggung dan 34 unit smartphone yang dilengkapi aplikasi peringatan dini karhutla. (jpnn/kh)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Dear Manusia...Lingkungan dan Alam Butuh Perlindungan, Sekarang!


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler