jpnn.com, MUSI BANYUASIN - Calon Bupati Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) nomor urut 1, Lucianty menunjukkan sosok kepemimpinan yang empatik dan merangkul.
Hal itu terlihat saat Lucianty ikut dalam tradisi 'manggung' bersama ibu-ibu di Komplek Griya Bumi Lestari, Kelurahan Balai Agung, Sekayu.
BACA JUGA: Cakada Terkaya di Sumsel, Lucianty Janji Hibahkan Seluruh Gaji jika Terpilih jadi Bupati Muba
Kegiatan manggung merupakan bentuk gotong royong untuk membantu persiapan acara besar, seperti resepsi pernikahan yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakat Musi Banyuasin.
Lucianty turun langsung membantu memasak gulai kambing, salah satu hidangan utama dalam acara syukuran pernikahan warga setempat.
BACA JUGA: Anggap Cederai Rasa Keadilan, KMI Desak KPK Tinjau Ulang Kasus Korupsi Lucianty
Tak hanya terampil memasak, Lucianty juga tampak membaur dan berdialog dengan para emak-emak yang ikut berpartisipasi.
Hal itu menunjukkan bahwa dirinya bukanlah sosok yang berjarak dengan masyarakat, melainkan hadir sebagai bagian dari mereka.
BACA JUGA: Para Istri Cantik Terjerat Korupsi Bersama Suami: Neneng, Suzanna, Evi, Lucianty, Lily
"Saya senang sekali bisa ikut serta dalam kegiatan manggung hari ini. Rasanya seperti kembali ke akar budaya kita, di mana gotong royong dan kebersamaan adalah kekuatan utama masyarakat Muba," ungkap Lucianty, Minggu (6/10/2024).
"Hari ini kami masak gulai kambing bersama, ini bukan hanya soal masakan, tetapi soal ikatan dan kebersamaan yang dibangun," sambung Lucianty penuh kehangatan.
Apa yang dilakukan Lucianty mencerminkan sifat keibuan yang dia bawa ke dalam gaya kepemimpinan lembut, peduli. Namun, tetap tegas.
Seperti seorang ibu yang merawat keluarganya, Lucianty menunjukkan komitmen untuk melayani masyarakat dengan hati dan penuh perhatian.
Kedekatannya dengan para emak-emak tidak hanya terlihat dari cara dia berbicara, tetapi juga dalam aksinya yang nyata, seperti ikut memasak dan mempersiapkan acara bersama-sama.
Analisis M. Haekal Al-Haffafah pengamat politik dari Universitas Sriwijaya mengungkapkan bahwa sifat keibuan tidak hanya membuat Lucianty diterima dengan baik oleh masyarakat, terutama kalangan perempuan, tetapi juga menjadi kekuatan utama yang membuatnya sangat layak menjadi pemimpin Kabupaten Musi Banyuasin.
"Sosok Lucianty itu mengingatkan kita pada pemimpin-pemimpin yang dekat dengan rakyatnya. Namun, yang membedakan ialah sentuhan keibuan yang dimilikinya," ungkap Haekal.
"Dia memimpin dengan hati, seperti seorang ibu yang memperhatikan setiap detail untuk kebaikan keluarganya," tambah Haekal.
Di tengah dinamika politik yang sering kali keras dan penuh persaingan, pendekatan kepemimpinan Lucianty yang alami, hangat, dan penuh empati menghadirkan nuansa berbeda yang lebih humanis dan merangkul semua lapisan masyarakat.
Bukan hanya keterampilannya dalam memasak yang membuat Lucianty begitu dikagumi, tetapi juga sikapnya yang rendah hati dan selalu siap membantu.
Membangun Muba bukan hanya tentang infrastruktur dan kebijakan besar.
Bagi Lucianty, kunci keberhasilan sebuah kepemimpinan ialah bagaimana seorang pemimpin dapat menjaga dan merangkul nilai-nilai lokal, seperti gotong royong dan kebersamaan, yang telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Musi Banyuasin.
"Kehadiran Lucianty di tengah masyarakat Muba memberikan harapan bahwa kita akan memiliki pemimpin yang tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik, tetapi juga pembangunan sosial dan kultural."
"Sifat keibuannya memperlihatkan kepedulian yang mendalam, tidak hanya terhadap kemajuan daerah, tetapi juga terhadap kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakatnya," tutup Haekal. (mcr35/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kejuaraan Tarkam di Musi Banyuasin Bukti Kemenpora Jalankan Pesan Presiden Jokowi
Redaktur : M. Rasyid Ridha
Reporter : Cuci Hati