Mantan Kombatan Bertutur Tentang Pemuda dan Radikalisme  

Kamis, 02 November 2017 – 03:15 WIB
Muhammad Sofyan Tsauri. Foto: Istimewa for JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Muhammad Sofyan Tsauri. Nama ini dikenal sebagai mantan polisi yang juga eks kombatan teroris pengikut jaringan Al Qaeda. Namun, itu dulu.

Sekarang, Sofyan Tsauri yang pernah berdinas di Polres Depok ini sudah tobat dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi.

BACA JUGA: Tito Karnavian Bela Nama Islam di Forum PBB

Kini, dia aktif membantu pemerintah dalam menyuarakan perdamaian dan anti-radikalisme terorisme.

Lalu, apa kata pria yang pernah divonis enam tahun ini tentang pemuda dan radikalisme?

BACA JUGA: Atas Nama ISIS, Tebar Teror Jelang Halloween

“Pertama, generasi muda memegang sebuah peranan yang penting bagi kekuatan suatu bangsa. Banyak orang bijak mengatakan bahwa pemuda ini mempunyai energi yang lebih dan mempunyai idealisme yang kuat. Alangkah baiknya bila energi itu diarahkan pada hal-hal positif yang lebih bermanfaat bagi sesama manusia, membangun bangsa dan negara,” kata Sofyan, Rabu (1/11).

Dia mengatakan, ada pepatah Arab berbunyi sesungguhnya pemuda itu adalah tonggak umat.

BACA JUGA: Mahasiswa Demen Khilafah, Begini Respons Kemenristekdikti

“Kalau dia mundur maka mundurlah umat ini, namun apabila ia maju maka maju lah umat ini,” lanjut Sofyan.

Selain itu, pemuda memiliki idealisme yang kuat. Mereka bahkan enggan mengekor begitu saja dengan apa yang diwariskan orang tuanya.

Generasi muda juga haus ilmu dan informasi. Hal inilah yang kini dimanfaatkan kelompok radikal untuk melakukan propaganda untuk merekrut anggota baru.

“Karena itu kita harus bekali generasi muda dengan pengetahuan dan ilmu positif, terutama ideologi dan kebangsaan. Ini penting karena masa depan bangsa ini berada di tangan generasi muda,” imbuhnya.

Sofyan meminta generasi muda Indonesia untuk bisa mengambil pelajaran dari perjalanan sejarah bangsa.

Pasalnya, bangsa Indonesia menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berawal dari Sumpah Pemuda 1928.

Nilai dan semangat Sumpah Pemuda inilah yang harus terus diteladani.

Hal itu agar mereka tidak salah jalan seperti yang pernah dia lakukan saat terjerumus pada kelompok radikal terorisme.

“Generasi muda harus cerdas dalam mengaktualisasi diri terutama dalam menghadapi ancaman radikalisme dan terorisme,” tutur Sofyan.

Banyak teladan yang bisa dijadikan pelajaran generasi muda Indonesia dalam menghadapi era globalisasi ini.

Salah satunya adalah teladan dari Rasulullah Muhammad SAW.

Pertama, generasi muda harus mempunyai karakter dan jati diri.

Dia berharap generasi muda memanfaatkan kemajuan teknologi untuk hal-hal positif.

Belajar dari pengalaman hidupnya, Sofyan mengajak generasi muda menyalurkan energi untuk pembangunan.

Selain itu, dalam rangka membentuk karakter bangsa, generasi muda jangan muda ternoda oleh paham-paham yang merusak .

“Menurut saya, ancaman radikalisme adalah ancaman besar, ancaman yang sangat serius bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Maksudnya paham-paham yang tidak mengerti tentang toleransi , tidak mengerti tentang kemajemukan yang ada di Indonesia sehingga itu menjadi pemicu perpecahan,” terang Sofyan.

Menurut hematnya, ancaman radikalisme harus diseriusi dan dilawan oleh generasi muda. Sebab, mereka adalah sasaran utama propaganda radikalisme.

Mereka juga harus paham bahwa ajaran radikalisme itu tidak cocok bagi Indonesia. Intinya, generasi muda harus terus menerus diberikan edukasi tentang jati diri bangsa. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Warning! 23% Mahasiswa dan Pelajar Terjangkiti Radikalisme


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler